0
Friday 16 June 2017 - 01:40
AS, Qatar dan Konflik Arab Teluk:

Lelucon Politik Arab Saudi–Amerika Serikat di Qatar

Story Code : 645772
Yemen press
Yemen press
Hanya dengan melalui akun Twitter pribadi, Donald Trump mampu menyulut bara permusuhan Saudi Arabia dan koalisinya untuk terus menggebah kerajaan Qatar.

Dalam pernyataan yang diunggah lewat akun Twitter, Donald Trump menulis, "So good to see the Saudi Arabia visit with the King and 50 countries already paying off. They said they would take a hard line on funding..." — Donald J. Trump (@realDonaldTrump) June 6, 2017.

...extremism, and all reference was pointing to Qatar. Perhaps this will be the beginning of the end to the horror of terrorism!. — Donald J. Trump (@realDonaldTrump) June 6, 2017

Tak perlu menunggu waktu lama, Saudi begitu gesit merespon Twitt sang Kaisar baru dengan reaksi positif dan langsung memboikot Qatar dari segala penjuru. Arab Saudi kembali terjerumus ke jaman Jahiliyah era Dinosaurus dan mempersiapkan perang dengan saudara Arabnya, hanya dengan dalih perkara kecil dan sama sekali tidak jelas.

Untuk menguatkan dukungan kepada kerajaan Dinosaurus Bani Saud, Trump memberikan lelucaon ancaman kepada Qatar untuk menutup kran dukangan finansial dan menghentikan bantuan militer kepada kerajaan yang ujug-ujug dianggap beridiologi radikal.

"During my recent trip to the Middle East I stated that there can no longer be funding of Radical Ideology. Leaders pointed to Qatar - look!" — Donald J. Trump (@realDonaldTrump) June 6, 2017.

Lelucon Donald Trump itu akhirnya mampu membuat pemimpin Qatar merinding bulu kuduk yang langsug direspon dengan penandatanganan kesepakatan sebesar $ 12 Miliar untuk jet tempur F-15 AS, seperti dilansir oleh bloomberg pada 14 Juni 2017. https://www.bloomberg.com/politics/articles/2017-06-14/qatar-said-to-sign-deal-for-u-s-f-15s-as-gulf-crisis-continues

Begitu cekatan Bani Saud menyambut lelucon sang kaisar, meskipun banyak fakta yang tidak mungkin dihilangkan dari segenap ingatan publik bahwa kerajaan Saudi juga berideologi wahabi radikal.

Pada hal, Trump dalam pidato di Riyadh dalam KTT Arab-AS memuji puja Qatar yang disebutnya sebagai "crucial strategic partner" atau "mitra strategis penting."

Meskin mengancam Amerika Serikat, hingga hari ini tetap mempertahankan konsentrasi terbesar personil militernya di Pangkalan Udara al-Udeid di Qatar. Pangkalan yang berada di sekitar 20 mil barat daya Doha itu mampu menumpuk sekitar 11.000 personil militer AS dengan persenjataan lengkap dan modern.

Pusat Operasi Udara Gabungan AS (CAOC) di Pangkalan Udara al-Udeid juga terdapat pusat komando dan pusat kendali angkatan udara yang mampu menjangkau seluruh daratan Irak, Suriah, Afghanistan, dan 17 negara sekitar.

Pangkalan itu merupakan salah satu landasan pacu terpanjang di Teluk Persia pada ketinggian 12.500 kaki dan merupakan fasilitas terpenting yang dapat menampung hingga 120 pesawat tempur.

Memang, selama ini kerajaan Dinosaurus Bani Saud berambisi untuk melemahkan Qatar dan berusaha mendongkel penguasanya dari tahta, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani yang dianggap tidak hormat lagi kepada raja tua, Salman.

Maka lelucon ini kelak akan menjadi kegetiran dan kehilangan daya kelakar, karena AS sisi lain tidak akan siap mengikuti langkah Saudi yang berusaha masuk ke Turki, bahkan untuk mengganyang Iran yang menjadi musuh bebuyutan AS dan Saudi Arabia di regional.

Jika AS tetap ingin "menjaga hati" Saudi yang sudah menandatangani kesepakatan militer $ 110 milyar, maka AS akan akan terus menekan Qatar supaya jinak dan mengikuti telunjuk Saudi. Tapi ini sangat bersiko, baik untuk AS maupun Saudi sendiri.

Opsi lain adalah invasi Saudi Arabia ke Qatar, tentu dengan batuan AS, yang jauh-jauh hari sudah berada di jantung kerajaan Qatar, yang dengan itu, memungkinkan seluruh kekayaan dan seluruh apa yang ada di Qatar akan berpindah tangan ke AS dan Saudi. Bisnis yang sangat menarik tentunya.

Opsi terburuk adalah masuknya Iran ke Qatar, yang akan mengeruhkan situasi untuk lebih kompleks lagi, karena Qatar akan menjadi tempat paling bergejolak di wilayah teluk Persia dan bukan lagi Suriah maupun Irak.

Hingga sekarang belum ada titik terang, tapi bukan berarti tidak ada jalan yang sudah ditempuh.

Tapi Arab Saudi masih tetaplah Bani Saud, belum, dan tidak akan pernah berubah dari tabiat bengisnya. Mereka siap berbunuh-bunuhan dengan saudara muslim sendiri karena lebih mendengar seruan "bijak" dari tukang sihir modern berambut pirang dari tanah seberang yang menurutnya mampu menjaga keabadian kerajaan dari keruntuhan di jaman modern ini. Just wait and see ?! [Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times]
Comment