0
1
Komentar
Tuesday 7 April 2015 - 12:19

Pesan Obama kepada Rezim Arab: Ancaman Anda dari Internal, Bukan Iran!

Story Code : 452472
Obama
Obama
Ahad kemarin, 5 April 2015, presiden AS Barack Obama dalam sebuah wawancara dengan New York Times, menunjukkan kebobrokan moral para penguasa Arab tidak sah di Timur Tengah dan merinci potensi ancaman internal yang dihadapi, dan menolak ancaman imajiner dari Republik Islam Iran.

Sebuah rincian konkrit yang hanya semakin menambah gelisah para penguasa tiran yang dilanda takut.

Usai kesepakatan nulir Iran dengan kelompok P5+1 di Lausanne, Swiss pada tanggal 2 April lalu, ancaman dan teror penguasa monarki absolut Timur Tengah bertubi-tubi meneror presiden AS, yang akhirnya memaksa Obama mengeluarkan larva pijar pikiran dan menyebut bahwa rezim-resim Arab adalah tidak sah dan ketidakpuasan besar masyarakat menjadi ancaman nyata para rezim.

"Ancaman terbesar yang mereka [negara-negara Arab] hadapi, mungkin tidak datang dari serangan Iran. Tapi, ketidakpuasan dalam negara mereka sendiri", kata Obama.

Menurut Obama, para penguasa Arab yang gelisah itu tidak harus merasa takut akan pengaruh Iran yang terus berkembang. Sebaliknya, mereka semestinya menyadari diri mengenai masalah internal yang mereka hadapi.

Obama menyebut, keterasingan masyarakat, dan pengangguran tinggi dari kaum muda merupakan ancaman nyata mereka.

Logika menyebut, tidak adanya pemerintah perwakilan di sebuah negara akan menciptakan keterasingan massal masyarakat. Dan kondisi ini berlangsung sekian dekade di negara-negara monarki absout di Timur Tengah.

Selanjutnya, angka pengangguran yang tinggi disebabkan oleh kurangnya perencanaan tepat dan merebaknya korupsi pada setiap level yang tidak terbayangkan. Dan situasi ini dikembangkan biakkan di Timur Tengah, khususnya monarki absolut seperti Saudi Arabia.

Sebagai contoh, monarki absolut Arab Saudi, menurut data IMF menujukkan lebih dari 60 persen penduduknya tidak mampu memiliki rumah, pengangguran  kalangan pemuda Saudi berkisar 35-40 persen meskipun beberapa ekonom menyebut angka tersebut sekitar 60 persen. Rujuk laporan IMF: http://muftah.org/unemployment-in-saudi-arabia-a-ticking-time-bomb/#.VSNkh_CdeB0

Data pengangguran di Saudi Arabia tahun 2015: http://www.tradingeconomics.com/saudi-arabia/unemployment-rate

"Bagian dari tugas kita bekerja sama dengan negara-negara ini adalah untuk mengatakan, "Bagaimana kita dapat membangun kemampuan pertahanan Anda terhadap ancaman eksternal, juga, bagaimana kita bisa memperkuat lembaga politik di negara-negara ini..." kata Obama dalam penggalan wawancara di NYT.

"Itu adalah kata-kata yang sulit untuk dimiliki, tapi itu salah satu yang harus kita miliki," tegas Obama.

Pekan lalu Obama menyatakan akan segera bertemu dengan para pemimpin negara-negara Persian Gulf Cooperation Council (P-GCC) termasuk Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Oman dan Bahrain di Camp David.

Tujuan pertemuan tersebut adalah membahas bagaimana membangun kemampuan pertahanan yang efektif diantara negara-negara Arab tersebut. Tapi Obama juga menekankan, negara-negara Arab itu harus lebih aktif mengatasi krisis regional yang melanda kawasan.

Pesan Obama dari sudut pandang politis ingin mengajari kepada mereka bahwa, rezim-rezim Arab bukan saja menjadi bagian dari masalah, tetapi semestinya menjadi bagian dari solusi, dan bukan hanya selalu mengeluh dan melimpahkannya kepada Republik Islam Iran.

"Saya dapat mengirimkan pesan kepada mereka mengenai komitmen AS untuk bekerja sama, dan memastikan bahwa serangan itu bukan dari luar, dan kita mungkin akan mengurangi beberapa kekhawatiran mereka dan memungkinkan untuk berkomunikasi lebih bermanfaat dengan Iran," tekan Obama.

Kegelisahan melanda rezim-rezim penguasa Arab akibat hasil kesepakatan kerangka perjanjian yang ditandatangani oleh Iran dengan kelompok P5 + 1 2 April lalu. Hal yang sama juga dialami oleh, Rezim Zionis Israel, yang merasa terancam dengan kesepakatan tersebut.

Para penguasa Arab tidak sah ini merasa kesepakatan itu justru memperkuat posisi Iran di kawasan. Alih-alih mereka bekerja dengan Republik Islam, bahkan justru mengadopsi kebencian ekstrim sebagaimana yang dilakukan oleh Zionis.

Tak mengheran, kesamaan kekhawatiran ini menyebabkan mereka tersungkur kedalam pelukan Zionis yang merasa senasib dan seperjuangan dalam menghadapi Republik Islam Iran. Para penguasa Arab tidak sah itu lebih suka bekerjasama dengan rezim pembunuh massal warga Palestina, dari pada dengan sesama muslim, seperti di Bahrain, Irak, Suriah dan Yaman.

Kesepakatan nuklir Iran juga menunjukkan sifat sejati mereka, bagaimana rezim-rezim Arab selama ini bermesraan dengan Zionis.

Yang jelas, kata-kata Obama memberi sedikit kenyamanan bukan saja untuk negara-negara monarki absolut di Timur Tengah, tetapi juga untuk di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, bahwa ancaman itu berasal dari internal dan kebobrokan moral. [Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times]
Comment


pelawok
Malaysia
Nyata kan akhirnya.amerika adalah sekutu senyap iran.nah terang lagi bersuluh _setelah amerika menggantung saddam.kuasa diserah kepada syiah.sekarang amerika mahu kata iran bukan punca masaalah ditimur tengah.

Kelicikan antara yahudi.iran dan as sekian lama mendominasi timur tengah.
Puluhan tahun amerika kata akan serang iran,tapi pernahkah?
Puluhan tahun iran kata akan musnahkan israel,tapi pernahkah?