0
Tuesday 8 September 2015 - 13:33

Tentara Suriah Serahkan Senjata dan Amunisi kepada ISIS

Story Code : 484693
Tentara Suriah
Tentara Suriah
Ketika Tentara Arab Suriah (SAA) mundur teratur dari kota strategis Idlib dan Palmyra di akhir musim semi 2015, banyak spekulasi bermunculan dari para pengamat dan ahli strategi perang, tentara Suriah kalah dan menderita kekurangan personil dalam memerangi kelompok Takfiri, Jaysh al-Fateh dan ISIS.

Memang harus diakui, jumlah tentara Suriah di front ini tidak besar dalam mendukung Angkatan Bersenjata Suriah yang sebelumhya ditempatkan disana; namun, yang lebih penting dalah, strategi di balik penarikan besar-besaran benar-benar sangat membingungkan bagi mereka yang mengamati pertempuran di Palmyra dan Idlib dari kejauhan atau pengamat yang hanya mengandalkan data internet dan mesin pencari Google.

Bagaimana bisa, garis depan perlawanan tentara Suriah runtuh sebegitu cepat? Dimana Hizbullah? Dimana NDF yang terlatih itu? Tentu, sebagian orang bisa berargumentasi dan berdalih bahwa sel-sel tidur Takfiri di dalam kota-kota berhamburan keluar dari sarang memasuki kota-kota; tapi, ini masih tidak menjelaskan mengapa tentara Suriah meninggalkan tank, senjata, dan amunisinya?

Bahkan yang lebih sulit dicerna adalah fakta yang menjelaskan bahwa Jaysh al-Fateh tiba-tiba muncul tak terbendung, keluar dari sarang bergelombang menduduki kota dengan berjalan kaki menempuh jarak 30 kilometer dari medan kasar tanpa banyak mendapat perlawanan dari Tentara Suriah dan Tentara Nasional (NDF) usai jatuhnya kota Idlib pada bulan April 2015.

Kemudian ada pula kota Palmyra- kota tua yang selama ini berdiri kokoh tepat di jantung padang pasir luas membentang di gubernuran Homs-. Pertanyaanya, bagaimana bisa elemen-elemen ISIS mampu menghindari pengawasan ketat Angkatan Udara Suriah (SAAF)?

Jawaban itu semua cukup sederhana: bahwa tidak ada kontingensi tentara Suriah yang ditarik mundur, dan tidak ada koordinasi dengan Angkatan Udara Suriah untuk menghentikan gerak ISIS dari wilayah al-Sikanah. Semua dalam kontrol dan dikondisikan sedemikian rupa.

Lalu pertanyaan lain, di mana ranjau-ranjau ditempatkan? di mana bom pinggir jalan ditanam? Bukankah dengan demikian elemen-elemen Jaysh al-Fateh dan ISIS dengan mudah melakukan perjalanan invasi dari kota-ke-kota tanpa cedera dan hambatan? Sementara itu, Angkatan Bersenjata Suriah meninggalkan pos dan bahkan menyerahkannya kepada Takfiri, meninggalkan timbunan senjata dan kendaraan yang kemudian disita oleh elemen-elemen Takfiri.

Ini bukan pertama kalinya, Angkatan Bersenjata Suriah melakukan sesuatu yang menurut pengamat sangat bodoh, dan kemungkinan strategi ini bukan yang terakhir kalinya jika tidak mengubah kontinjensi penarikan tentara.

Tidak ada alasan yang memungkinkan bahwa pasukan musuh bergerak bebas dari kota-ke-kota tanpa penghalang; pada kenyataannya, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kekurangan tenaga dan lebih berkaitan dengan komandan medan yang mahir.

Idlib, Busra al-Sham, dan Palmyra adalah bencana bagi Angkatan Bersenjata Suriah jika benar-benar jatuh ke tangan Takfiri. Dan tentu saja, strategi tentara Suriah hingga saat ini mengundang tanya besar, sebab mereka sadar elemen-elemen Jaysh al-Fateh dari Idlib terus menerus melakukan penetrasi dan pencaplokan wilayah-wilayah sedikit demi sedikit. Tentu ini sebuah strategi perang yang sulit dicerna oleh pengamat dan ahli strategi perang didikan Pentagon sekalipun.[IT/Onh/Ass]
Comment