0
Tuesday 2 February 2016 - 06:47
Analisa

Eksekusi Syeikh al-Nimr dan Faktor Washington

Story Code : 517394
Bani Saud
Bani Saud
Eksekusi Syeikh Nimr Baqir al-Nimr oleh Bani Saud menuai reaksi keras dari masyarakat dunia. Hal yang sebenarnya didambakan oleh AS, yang dengan itu AS leluasa mengatur wilayah yang terbakar sehingga tak seorang pun akan mampu mengendalikannya.

Sangat logis dan sangat benderang bagi siapa pun, bahkan dengan pemahaman yang terbatas mengenai situasi di Timur Tengah saat ini sekalipun, sksn mengatakan, eksekusi Syeikh Nimr Baqir al-Nimr akan meningkatkan ketegangan regional yang memang sudah tinggi. Jadi, pertanyannya adalah, atas dasar dan alasan apa Bani Saud melakukan hal konyol seperti itu, belum lagi tindakannya yang benar-benar ilegal dan provokatif di berbagai belahan dunia Muslim, termasuk di Indonesia.

Tentu ada banyak aspek untuk menjawabya, bahkan hampir semua pakar di media korporasi sengaja beropini berfokus pada nilai-nilai "sektarian" dari eksekusi Sheikh Nimr, sementara mengabaikan fokus dan faktor utama yang sebenarnya berada di Washington.

Eksekusi Syeikh al-Nimr adalah akibat tidak langsung kebijakan AS untuk menetapkan wilayah Timur Tengah untuk tetap terpanggang dan bergejolak sebelum AS mundur dari sana. Rezim Washington menyadari, jika hal itu terjadi, siapapun dan negara manapun tidak akan bisa mengontrol amarah di Timur Tengah sampai Afrika Utara (MENA), yang dengan cara itu digunakan sebaik-baiknya oleh Washington untuk menyulut pemberontakan seperti peristiwa Januari 2011 di Suriah. Oleh karena itu, kebijakan AS adalah untuk memastikan tidak ada orang lain atau negara manapun yang mampu mengelola kawasan itu secara baik, apakah melalui aktor regional atau global.

Sisi lain kerajaan Bani Saud menyadari pengaruh tak terbendung Iran Islami dan perkembangan sosial-politik strategis yang terus mengalami lonjakan bahkan di tingkat akar rumput di wilayah MENA, sementara pengaruh AS dan boneka regional menurun drastis. AS mungkin mampu mundur dari wilayah MENA, tetapi bagi Bani Saud hal itu sangat mustahil, karena Bani Saud berada di wilayah tersebut, bahkan "jika dianggap" merupakan bagian sah dari wilayah.

Kemungkinan eksekusi Sheikh al-Nimr bermuara dari upaya dan desakan kuat elit-elit penguasa Bani Saud untuk mengintensifkan konfrontasi antara AS-Iran di wilayah tersebut sebagai upaya mengulur waktu Washington untuk mejadi Herder yang setia bagi kerajaan Bani Saud. Riyadh mungkin berandai-andai, usai kesyahidan Syekh al-Nimr, Iran Islami akan merespon dengan cara yang dramatis, sementara Washington mungkin mempertimbangkan kembali mundur dari wilayah dan mempertahankan gaya modus operandi pra-2011. Bani Saud tahu betul, tanpa keterlibatan Amerika yang pro-aktif dan kejahatan yang ditimbulkan di wilayah ini, bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.

Sementara Washington di sisi lain menganggap, dengan menetapkan kawasan itu dalam kondisi terbakar sebelum mundur taktis, suatu hari nanti, Washinton berkhayal akan diminta untuk kembali lagi ke wilayah MENA untuk menjadi broker perdamaian "netral" dan hansip untuk menenangkan kondisi.

Elit penguasa AS menganggap, kelak, Saudi dapat bertahan hidup sendiri, tetapi Riyadh tahu persis realitas dan kedalaman kelemahan yang dihadapinya, jauh lebih baik daripada elit-elit di Washington. Dengan demikian, Bani Saud mencoba berpetualang dengan cara yang terbaik untuk menciptakan kondisi yang bahkan bisa memaksa malaikat pelindung untuk mempertahankan eksistensinya di kawasan itu selama mungkin.

Bani Saud salah perhitungan, jika eksekusi Syeikh Nimr adalah salah satu pertimbangan bijak mereka. Pada sisi lain, AS memandang kebijakan dan pengaruhnya sedang menurun. Kebijakan ekonomi, sistem pendidikan, sistem politik, nilai-nilai sosial dan kekuatan militer tercabik-cabik dan ditantang di banyak belahan dunia, bahkan dalam beberapa kasus oleh sekutu-sekutunya sendiri. AS mungkin saat ini tidak berada di ambang kehancuran, tetapi kondisinya tidak dalam posisi kuat untuk mengambil tindakan sepihak menyelamatkan Saudi dari rawa di Yaman, Suriah dan Bahrain atau melindungi ambisi aneh Bani Saud. Keraguan Washington di Suriah, mundur dari pangkalan militer di Yaman, tangan dan hidung berdarah di Ukraina dan kerelaan program nuklir damai Iran adalah beberapa tanda yang mengarah pada penurunan kekaisaran AS.

Kesyahidan Sheikh al-Nimr dengan jelas membuka front baru bagi Bani Saud yang ingin unjuk gigi dan nyali bahwa mereka juga bisa melakukan petualangan meski tanpa dukungan internal. Saat ini, di bagian belahan Timur kerajaan Bani Saud berada pada jalur stabil pemberontakan dan pemisahan. Cepat atau lambat perlawanan Yaman dan faksi-faksi Islam Irak tak akan membiarkan Riyadh mencari obat penawar, dan akan campur tangan dalam urusan internal Arab Saudi, sesuatu hal yang oleh Riyadh telah lakukan terhadap negara lain, setidaknya untuk satu dekade lebih atas perintah dari Washington.

Saudi tidak akan mampu mengatasi berbagai jenis tantangan, sementara sekutu-sekutu obesitas di tepi Barat di Teluk Persia tidak akan banyak bisa membantu dengan baik.

Sepuluh tahun lalu AS menjadi Herder yang baik bagi Bani Saud, tapi hari ini peta sosial-politik regional secara radikal berbeda. Turki menghadapi pemberontakan de-facto Kurdi, pemerintah Suriah tengah membilas Takfiri dan mengirim kemasan mereka ke luar negeri. Kebanyakan elemen-elemen Takfiri menuju wilayah lokal, atau bahkan kembali ke rumah masing-masing.

Bani Saud gagal total di Yaman, sementara Gerakan Perlawanan Islam, Hizbullah menjelma menjadi kingmaker di Libanon dan Irak bermimpi membalas dendam pada Bani Saud yang telah menciptakan Takfiri selama bertahun-tahun dan menghancurkan Irak. Campur tangan langsung AS di kawasan untuk melindungi ambisi Bani Saud ditakdirkan menjadi bumerang dan bahkan membuat sakit kepala Washington saat melihat ketidaklayakan Bani Saud. Lewatlah sudah era ketika AS mampu dan bisa menginvasi negara manapun selama diinginkan.

Dan nampaknya, kata-kata Pemimpin Revolusi Islam Ayatulah Sayyid Ali Khamenei akan terpenuhi, balas dendam ilahi akan menimpa rezim Saudi. Semua tanda-tanda membuktikan ke arah itu. [Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times/Onh/Ass]

Catatan: Istilah MENA adalah akronim mengacu pada kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Istilah MENA meliputi wilayah yang luas, membentang dari Maroko sampai Iran, termasuk semua negara Timur Tengah dan Maghreb. Istilah kira-kira identik dengan istilah Timur Tengah Raya.

Comment