QR CodeQR Code

NU Garis Fulus, eh Garis Lurus

7 Feb 2016 13:11

Islam Times - Beberapa di antara konflik itu sampai berujung dengan bentrok massal di antara sesama Nahdliyin. Beberapa tahun lalu, massa PPP yang dari Nahdliyin bentrok dengan massa pendukung PKB yang juga dari Nahdliyin.


NU Garis Fulus, eh Garis Lurus, tak pelak, hanyalah salah satu faksi dalam tubuh organisasi Islam yang berdiri tahun 1926 itu. Setidaknya begitulah kata banyak pengamat dan pemantau organisasi ini. Dan karena itu pula, nyaris mustahil orang berani terang-terangan mengkritiknya. Semua sama-sama memaklumi atau enggan berterus-terang kepada NU. Banyak pula aktivis yang mengabaikan potensi intoleransi di dalam tubuh NU ini karena mereka banyak bersentuhan dengan kalangan NU atau berasal darinya.

Begitulah NU yang selama Republik ini berdiri senantiasa mempresentasikan mayoritas Islam di Indonesia. Merekalah pewaris absah dari Islam Indonesia atau Islam Nusantara. Merekalah penjaga NKRI. Mereka adalah ormas paling kuat di negeri ini. Dan memang mungkin begitulah adanya.

Harus diakui bahwa organisasi ini memang jauh dari watak monolit. Ada banyak faksi di dalamnya. Satu faksi dengan faksi lainnya bertabrakan secara diamtrikal. Bahkan tidak jarang tabrakan itu mengemuka ke ruang publik dan menyebar sampai ke akar rumput. Beberapa di antara konflik itu sampai berujung dengan bentrok massal di antara sesama Nahdliyin. Beberapa tahun lalu, massa PPP yang dari Nahdliyin bentrok dengan massa pendukung PKB yang juga dari Nahdliyin. Muktamar NU di Jombang 1-5 Agustus 2015 silam mempertajam friksi itu dan memperlihatkan bahwa persoalan mungkin bukan sebatas perebutan pengaruh tapi ada yang lebih laten dan permanen.

Sebagai catatan awal, harus kita tegaskan bahwa sebagian besar aksi kekerasan terhadap Ahmadiyah dan Syiah di negeri ini dimotori dan dilakukan oleh orang-orang yang juga mengaku NU. Seperti pembantaian terhadap PKI beberapa dekade silam, pemberangusan minoritas sekte Islam di negeri ini juga diprakarsai oleh massa NU. Massa Front Pembela Islam (FPI) juga tidak sedikit yang berasal dari NU.

Konon Gus Dur rahmatullah alaih pernah bilang kepada Profesor Mark Woodward bahwa sebagian massa NU merupakan bagian bangsa yang paling intoleran. Gus Dur tentu paham persis apa yang disampaikannya. Dan mungkin juga dia sedang mengisyaratkan pentingnya elit bangsa ini menemu-kenali sisi gelap itu agar senantiasa menjaga NU agar tidak jatuh ke tangan faksi intoleran tersebut.

Di antara faksi intoleran di tubuh NU yang saat ini cukup menonjol adalah NU Garis Lurus. Para tokoh NU yang bergabung di dalam faksi ini umumnya masih muda. Tapi militansi mereka menciutkan banyak pihak, termasuk Ketua PB NU, KH. Said Agil Siraj. Dalam sejumlah pertemuan yang beredar di media sosial seperti Youtube, para tokoh muda NU Garis Lurus ini terang-terangan menunjukkan pembangkangan dan perlawanan sengitnya atas Kang Said. Tidak tanggung-tangguh, mereka sampai pada menyatakan Kang Said sebagai orang titipan Syiah di dalam NU.

Namun, jika kita telusuri sepak terjang puak NU Garis Lurus ini, seperti kiai muda bernama Idrus Romli, kita memang bisa mengendus aroma fulus Saudi di balik gerakan mereka. Kedekatan mereka dengan sejumlah kalangan Salafi seperti Bahtiar Natsir, Zaitun Rasmin dan Farid Okbah membenarkan dugaan itu. Bagaimana bisa orang NU yang dijadikan sasaran pengkafiran oleh kelompok salafi Wahabi menjadi begitu dekat dengan mereka?! Kecuali jika memang ada udang di balik batu.

Sejauh ini, gerakan NU Garis Lurus masih kecil. Mereka umumnya bermanuver di dunia maya. Basisnya di wilayah Tapal Kuda juga masih rapuh dan berserakan. Tapi, dengan dana dan program yang mumpuni, menghadapi NU yang kian rapuh, tidaklah mustahil mereka akan menjadi besar dalam waktu dekat. Tentu, semua ini jika kita andaikan bahwa Pemerintah Indonesia dan segenap jajarannya tak menganggap mereka sebagai kepanjangan tangan Arab Saudi dan gerakan trans-nasional wahabi di Indonesia.

Jika Anda sempat mampir ke website NU Garis Lurus ini, maka Anda akan menemukan bau khas Wahabi di dalamnya. NU Garis Fulus Arab Saudi juga begitu nyata terukir dalam nyaris semua isi website mereka. Dari soal permusuhan terhadap Ahmadiyah, LDII, Syiah sampai kebencian bercampur dengki mereka terhadap Kang Said yang kini memimpin NU. Ini misalnya berbeda dengan website resmi NU http://www.nu.or.id

Lantas bagaimana sebaiknya menghadapi NU garis ini? Ada sejumlah cara. Pertama, penyadaran bahwa Islam di atas semua ormas, dan bahwa semua ormas di bawah Pancasila dan konstitusi negara yang telah menyerap dan menerima esensi Islam dengan sebaik-baiknya. Kedua, penolakan atas klaim representasi tunggal Islam Indonesia. Maksudnya, sejak awal, Islam di Indonesia telah hadir dalam berbagai tafsir, pandangan dan mazhab yang wajib untuk terus saling menghargai. Klaim salah satu pihak, sebesar apapun ia, sebagai mewakili seluruh umat adalah absurd dan harus dilawan.

Ketiga, elemen kritis bangsa ini tidak boleh memberi cek kosong kepada faksi-faksi NU yang intoleran, khususnya yang terang-terangan menghasut dan menebar kebencian siang dan malam. Keempat, NU sendiri sebagai organisasi harus terus berbenah dan melakukan konsolidasi internal sehingga para pendompleng intoleran itu tidak semena-mena mewakili suara besar NU.

Kelima, pemerintah tidak boleh ragu-ragu menindak siapa saja yang hendak menerjang hak-hak asasi warga negara lain. Pancasila dan UUD 1945 adalah pegangan kita bersama. Apa saja atau siapa saja yang mencoba menabraknya wajib dihalau dan bila perlu disepak takraw sejauh mungkin.

Keenam, perlawanan terhadap aksi sejumlah pihak untuk menjadikan Indonesia ajang perang proksi antara kekuatan-kekuatan asing, dari mana pun datangnya.

Terakhir, ketujuh, dan lucunya usulan ini sebenarnya datang sebagai kelakar dari aktivis NU sendiri, menyediakan sebanyak mungkin kesibukan bagi para kiai muda NU Garis Lurus agar tidak lagi berpikir mencari jalan cadas beroleh popularitas dan kesejahteraan.[IT/AJ]



Story Code: 518742

News Link :
https://www.islamtimes.org/id/article/518742/nu-garis-fulus-eh-lurus

Islam Times
  https://www.islamtimes.org