0
Friday 19 May 2017 - 17:26

KTT Arab: Trump dan Salman Galang Kekuatan Dunia Islam untuk Lawan Iran

Story Code : 638296
Trump dan Salman
Trump dan Salman
Kerajaan Saudi Arabia ingin menegaskan kepemimpinan regionalnya terhadap Iran dengan mengadakan pertemuan puncak disela kunjungan Presiden AS Donald Trump dan para pemimpin Muslim dari seluruh dunia, kata beberapa analis.

Trump, dalam perjalanan luar negerinya yang pertama sejak menjabat pada bulan Januari lalu, akan memberitahu para pemimpin Muslim tentang "harapan untuk mewujudkan visi damai Islam" karena itu, Saudi mencari dukungan untuk perang melawan kelompok Islam radikal, kata Washington.

Pemimpin Muslim juga kemungkinan akan menaruh harapan kepada Trump untuk membangun jembatan setelah tuduhan Islamofobia terhadap pemerintahannya dan upayanya untuk melarang para imigran dari enam negara berpenduduk mayoritas Muslim.

Tapi bagi Riyadh, menurut analis, tujuan utamanya adalah untuk memamerkan kepemimpinannya di dunia Muslim, terutama dalam menghadapi saingan regional Iran.

"Ini sama dengan tanda kepemimpinan regional Saudi" sesuai ketegasan AS, dan bertujuan menunjukkan sejauh mana kerajaan tersebut dapat mengumpulkan pemimpin Muslim utama, kata Adam Baron, seorang tamu undangan di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa.

Para pemimpin dan perwakilan dari 55 negara, dari kesultanan Asia Tenggara Brunei, Niger dan Afrika termasuk Turki diundang oleh Raja Salman untuk pertemuan puncak hari Minggu dengan Trump.

KTT tersebut akan menjadi satu dari tiga pertemuan akhir pekan, karena Trump akan mengadakan pembicaraan bilateral dengan pejabat tinggi Saudi dan dengan para pemimpin Dewan Kerjasama Teluk (PGCC) yang mencakup Arab Saudi.

KTT bilateral pada hari Sabtu digelar dengan para pemimpin Saudi untuk membangun kembali hubungan penting dengan Washington setelah merasa bahwa pendahulu Trump, Barack Obama dianggap terlalu condong ke Tehran.

Kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia termasuk Amerika Serikat merupakan langkah besar untuk mengakhiri isolasi internasional Tehran namun menimbulkan kekhawatiran serius di ibu kota Arab Saudi tersebut.

Iran, adalah kekuatan terbesar kedua di Timur Tengah sesauai standar ekonomi dan populasinya, dan dianggap sebagai saingan Arab Saudi.

Sisi lain pemimpin Saudi secara teratur menuduh Iran mengaduk-aduk konflik regional dengan mendukung gerakan Syiah di Suriah, Irak dan Bahrain dan juga di Yaman.

Tehran dengan tegas membantah tuduhan tersebut dan mengatakan jsutru Riyadh yang mendukung dan membiayai kelompok-kelompok Takfiri.

Iran, yang saat ini sedang menggelar pemilu presiden dengan Hassan Rouhani yang sedang berkuasa melawan ahli hukum Ebrahim Raisi, kemungkinan akan menjadi bahan pembicaraan dalam pertemuan puncak hari Minggu, kata para analis.

"KTT ini memiliki pesan yang sangat jelas kepada rezim radikal Iran bahwa akan ada konsensus global dan kesepakatan global antara Amerika Serikat dan dunia Arab dan Muslim," kata Salman al-Ansari, presiden Komite Hubungan Masyarakat Saudi Amerika (SAPRAC), sebuah inisiatif pribadi untuk memperkuat hubungan Saudi-AS.

Andreas Krieg, dari Defense Studies Department at King\'s College London, mengatakan Raja Salman mencoba menggunakan AS untuk membentuk sebuah "aliansi pan-Islam di bawah kepemimpinan Saudi sebagai benteng melawan jihadisme dan Iran.

KTT tersebut merupakan bagian dari persiapan strategi baru AS yang memobilisasi dunia Muslim melawan teroris, dan juga terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran seperti Hizbullah yang berbasis di Libanon, kata Mustafa Alani, penasihat senior di Gulf Research Center.

"Saya pikir ini akan menjadi penting karena seharusnya diterjemahkan ke dalam tindakan di lapangan, partisipasi keuangan, partisipasi pasukan dan pertukaran intelijen."

Alani lebih lanjut mengatakan, pemerintah baru AS tersebut mengakui bahwa Arab Saudi adalah "negara super regional" yang bantuannya diperlukan untuk menahan Iran dan memerangi "terorisme".

"Kami menyaksikan sekarang perubahan nada, perubahan kebijakan" dari Trump, katanya.

Krieg setuju bahwa Trump membutuhkan pasangan, tapi satu untuk melakukan "pekerjaan kotor" pada sebuah negara yang tidak menginginkan militernya terlibat secara mendalam, mencerminkan kebijakan Trump tentang "America First".

"Pada akhirnya \'America First\' berarti menggunakan mitra negara-negara PGCC dan Arab sebagai proxy dan peran pengganti, didukung oleh peralatan dan pelatihan AS (dibayar oleh para mitra ini), untuk menerapkan kebijakan AS," katanya. [IT/Onh/Ass]
Comment