0
Tuesday 23 May 2017 - 13:00

Terimakasih Donald Trump Kepada Raja Era Dinosaurus

Story Code : 639562
Raja Salman, el-Sisi dan Trump (Reuters)
Raja Salman, el-Sisi dan Trump (Reuters)
Bagian paling memuakkan dari seluruh parade kunjungan tiga hari Donald Trump ke Arab Saudi adalah saat Trump berkhutbah berapi-api dihadapan para juragan-juragan kuat semenanjung Arab.

Dalam khutbahnya, Trump mengawali dengan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Raja Salman atas sambutan luar biasa yang dimulai dari bandara, ke ruang Istana sampai penyematan Medali. Dan kepada Kerajaan Saudi, Trump memuji habis atas terselenggaranya pertemuan puncak KTT Arab-AS.

Sebagai seorang narsisis, dengan ego seukuran kapal tanker minyak super, sementara otak segede kacang kedelai, Trump merasa tersanjung ketika pak tua Salman mengenugerahi Medali King Abulaziz. Medali sipil tertinggi kerajaan yang sudah diobral kepada hampir semua presiden Amerika dan perdana menteri Inggris. Si tua renta Salman, juga pernah menganugerahkan Medali serupa kepada Kanselir Jerman Angela Merkel dan pemimpin Hindu anti-Muslim, Narendra Modi.

Teks khutbah yang dibaca Trump dihadapan puluhan kepala negara dari 50 negara Muslim itu, bukan hasil karya tulis Trump. Sebab Trump bukan ditakdirkan sebagai penulis hebat, dia hanya seorang idiot yang merasa jenius dan lihai memproduksi kata-kata sarkasme dan bejat. Teks khutbah itu ditulis oleh David Miller dan Stephen Miller, dua orang arsitek kebijakan gagal pelarangan warga dari tujuh negara mayoritas Muslim untuk memasuki Amerika Serikat. Tapi, Trump tetap sempurna dan brillian saat menguras isi khutbah terkait visi tentang perdamaian, keamanan, dan kemakmuran di wilayah dan dunia.

Trump adalah seorang gila bersertifikat yang diperolehnya dari sejumlah psikiater Amerika yang mengatakan, secara mental, Trump tidak stabil. Tapi, pada Sabtu, 21 Mei di Saudi Arabia, dihadapan puluhan para pemimpin Islam, Trump yang tidak waras itu mengajar soal perdamaian, keamanan dan kemakmuran di wilayah ini dan dunia.

Salah satu bukti kebenaran psikiater Amerika adalah, pada tanggal 6 April lalu, Trump menghujani pangkalan militer Suriah dengan 59 rudal jelajah Tomahawk yang diklaimnya, sebagai depot penyimpanan senjata kimia untuk membunuh warga sipil Suriah. Tapi klaim Trump itu, sampai sejauh ini tidak ada bukti yang bisa ditunjukkan. Tapi begitulah Trump yang sakit jiwa, tak peduli, toh dunia tetap sepi dan tak bereaksi.

Di Riyadh itu, Trump juga mengancam Korea Utara dan membuka pintu dan gagang senjata kepada tua renta untuk digunakan melawan Republik Islam Iran yang dituduh mensponsori terorisme. Padahal, dunia faham, Iran Islam justru salah satu dari sedikit negara yang benar-benar berperang melawan ancaman terorisme dan korban terorisme yang disponsori Saudi-AS-Zionis.

Trump jelas dibutakan oleh gelontoran miliaran dolar yang diserahkan kepadanya oleh Saudi -,$ 400 miliar tepatnya,- dan Trump terang-terangan menolak keras bahwa Arab Saudi adalah pabrik segala bentuk teror. Bukankah, Wahabisme dan kelompok-kelompok teroris Takfiri pemenggal kepala dan pemakan hati manusia itu diproduksi tepat di jantung kerajaan yang dia kunjunginya? Trump tak peduli, toh dunia tetap sepi dan tak bereaksi.

"Tujuan kami adalah sebuah koalisi negara-negara yang memiliki tujuan sama untuk menghentikan ekstremisme, dan memberikan masa depan penuh harapan kepada anak-anak kita yang menghormati Tuhan.

"Pertemuan para pemimpin yang bersejarah, dan belum pernah terjadi sebelumnya, simbol bagi dunia untuk tekad bersama dan rasa saling menghormati. Kepada para pemimpin, dan warga negara dari setiap negara yang berkumpul di sini hari ini, saya ingin Anda tahu bahwa Amerika Serikat sangat ingin membentuk ikatan persahabatan, keamanan, budaya dan perdagangan yang lebih dekat," begitu penggalan kata-kata Trump dalam khutbahnya.

Trump tak lupa memuji puja aksi genosida tentara Saudi di negara yang dimiskinkan, Yaman. AS juga terlibat disana dengan mempersenjatai, melatih dan mendukung elemen-elemen pemenggal kepala, pemakan organ manusia di Suriah dan Irak. Dan untuk menyempurnakan dukungannya, Trump menandatangani sebuah kesepakatan kontrak senjata senilai $ 110 miliar kepada inkubator teroris, Rezim Dinosaurus Bani Saud.

"Sekarang, ada berita yang lebih diberkati lagi yang saya senang berbagi dengan Anda. Pertemuan saya dengan Raja Salman, Putra Mahkota, dan Wakil Putra Mahkota, yang dipenuhi dengan kehangatan, kehendak baik, dan kerja sama yang luar biasa. Kemarin [20 Mei], kami menandatangani kesepakatan bersejarah dengan Kerajaan yang akan menginvestasikan hampir $ 400 miliar di kedua negara, dan kami menciptakan ribuan lapangan kerja di Amerika dan Arab Saudi," puji Trump usai penandatanganan.

Benar, kesepakatan senjata senilai $ 110 miliar adalah kesepakatan senjata tunggal terbesar dalam sejarah AS, dan itu diakui sendiri oleh Trump, "Militer Amerika sangat senang. Dan memang seharusnya begitu. Aktivitas dan pabrik para pedagang kematian telah diamankan untuk waktu yang lama.

"Kami di sini tidak untuk memberikan kuliah, kami di sini tidak untuk memberitahu orang lain bagaimana cara hidup, apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, atau bagaimana cara untuk beribadah, tapi kemudian dia melakukan hal itu," tandas Trump.

Trump memuji para pemimpin Arab-Arab berigal, "Tapi negara-negara Timur Tengah tidak bisa menunggu kekuatan Amerika untuk menghancurkan musuh [terorisme] ini. Negara-negara Timur Tengah harus memutuskan masa depan, sesuai dengan apa yang mereka inginkan untuk diri mereka sendiri, untuk negara mereka, dan untuk anak-anak mereka," ucap Trump yang diikuti sorak sorai membahana memecah dinding ruangan.

Trump dengan fasih menggambarkan pertempuran antara Baik dan Buruk di wilayah. Dia katakan, orang-orang yang buruk itu bukan kelompok-kelompok Takfiri, tetapi Iran, Ansarallah Yaman, Hizbullah dan Hamas, mereka adalah adalah orang-orang jahat dan harus diperangi. Mengapa? Karena mereka ini adalah orang-orang yang menginginkan kebebasan sejati bagi bangsanya, dan tidak ingin menjadi boneka Amerika! Dan karena itu, mereka adalah para penjahat.

Dihadapan para penguasa Muslim itu, Trump menegaskan kembali bahwa Amerika hanya menginginkan uang para penguasa-penguasa Arab, tapi tidak untuk melawan monster-monster yang dilahirkan Amerika-Saudi-Israel demi menganak cucukan agenda-agenda jahatnya.

"Tapi masa depan ini," lanjut Trump, "hanya bisa dicapai dengan mengalahkan terorisme dan ideologi yang mendorongnya". Padahal Trump mampu menyebut ideologi tersebut dengan tepat, Wahabisme! yang dipelihara oleh kerajaan Saudi dan disebarluaskan ke negara-negara Muslim dan sekitarnya.

Tapi menyebutkan ideologi Wahabi, beresiko membahayakan pencarian Trump untuk menyusu puting Salman. Dan yang sama pentingnya, dan selalu dijaga Trump adalah, AS dengan tenang dan leluasa tetap mencengkeramkan kehancurkan di wilayah ini, demi mengamankan masa depan Zionis Israel sebagai kekuatan dominan.

Berapa banyak lagi penghinaan demi penghinaan yang terus diterima dan dialami oleh badut-badut Arab ini? Nampaknya tidak ada kedalaman kebobrokan moral yang tidak mereka hadapi sepanjang peradaban. [Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times]
Comment