0
Sunday 21 October 2018 - 22:38

Jamal Khasoggi dan Strategi Politik Brutal Saudi

Story Code : 757117
Demonstrator holds a picture of Jamal Khashoggi in front of Saudi Arabia
Demonstrator holds a picture of Jamal Khashoggi in front of Saudi Arabia's consulate in Istanbul.jpg
Massa demonstran pernah meneriakkan tuntutan pembebasan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi yang dikabarkan hilang sejak memasuki gedung konsulat Saudi di Istanbul pada Selasa (2/10).
 
Jamal Khashoggi mencuat di dunia sejak awal Oktober lalu. Wartawan senior ini raib pada awal Oktober setelah memasuki gedung konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.
 
Dia mengunjungi konsulat itu untuk mengurus surat-surat sebagai syarat pernikahannya dengan tunangannya, wanita warga Turki. Entah mengapa Jamal masuk konsulat sendiri sementara tunangannya menunggu di luar dengan membawa handphone Jamal Khashoggi. Sekalipun kemungkinan besar bahwa Khassogi sudah membaca gelagat tidak baik, kerena sudah ada ancaman terhadap dirinya dari pemerintah MBS.
 
Sejak itu, tunangannya tidak pernah melihat Jamal keluar dari konsulat dalam keadaan hidup. Tidak juga orang lain, tak ada seorangpun yang melihatnya keluar dari konsulat itu.
 
Hilangnya wartawan ini mengguncang politik di tingkat global dan menyingkap bagaimana kepentingan mempengaruhi politik. Jamal Khashoggi adalah wartawan senior warga Arab Saudi yang dekat dengan keluarga Kerajaan Saudi.
 
Dia pernah menduduki jabatan sebagai editor-in-chief Al-Arab News Channel yang mempromosikan freedom of speech di Arab Saudi.
 
Ketika terjadi perubahan ke arah modernisasi di Arab Saudi, dia berubah posisi menjadi kritikus keluarga kerajaan.
 
Dia mengkritik penangkapan besar-besaran para pangeran yang dituduh korup, penangkapan para aktivis termasuk perempuan aktivis, dan mengkritik perang Yaman.
 
Sejak 2017, dia mengungsi ke Amerika Serikat karena merasa tidak aman. Dua-tiga hari setelah wartawan ini raib, media dan tokoh-tokoh dunia mempertanyakan keberadaan Jamal Khashoggi.
 
Di dahului oleh media Turki, dan diikuti media dunia mulai melakukan investigative reporting dan menemukan banyak hal yang mengarah bahwa Jamal sungguh menghilang setelah memasuki gedung konsulat. Pemerintah
 
Turki sangat peduli karena peristiwa ini terjadi di tanah Turki.
 
Hari-hari selanjutnya tersingkap beberapa bukti dan kesaksian yang membuat makin sulit dibantah bahwa Jamal Khashoggi sangat mungkin telah tewas di gedung konsulat. Sebuah media Turki menemukan rekaman suara terjadinya keributan dan penyiksaan setelah Jamal masuk ke konsulat.
 
Pada mulanya, pihak Saudi membantah dan menegaskan bahwa Jamal telah meninggalkan konsulat pada sore itu.
 
Dampak kebijakan menutup-nutupi pihak Arab Saudi dan cenderung menutup-nutupi telah menjadi bumerang. Sementara penyelidikan terus berlangsung,
 
Presiden AS menyampaikan jika benar terjadi sesuatu pada sang wartawan maka AS akan bertindak dan menghukum Arab Saudi dengan “menyakitkan” tapi pada sisi lain AS berusaha menjaga Saudi sebagai mitra strategisnya di Timur Tengah dan juga menyelamatkan deal deal ekonomi dan militer dengan Suadi.
 
AS sedang dalam proses tawar-menawar harga minyak dan proses pembelian senjata AS oleh Saudi. Trump sempat jumawa; ’Saudi King wouldn’t last ‘two weeks’ without US support (Raja Saudi akan ada lagi dalam waktu dua minggu kalau tidak ada bantuan AS), dan Kongres menuntut keterbukaan dan transparansi.
 
Trump yang tampak garang dalam kasus ini ternyata loyo karena tetap ingin mendapat minyak murah dan tidak ingin kehilangan keuntungan dari pembeli senjatanya.
 
Perkembangan penyelidikan terutama oleh Tukri makin memperkuat dugaan Jamal Khashoggi telah tewas ketika masih di konsulat.
 
Para penyelidik Turki menemukan makin banyak bukti yang mengarah telah terjadinya pembunuhan pada sang wartawan. Walaupun awalnya Arab Saudi menegaskan bahwa Khashoggi telah meninggalkna konsulat pada hari itu.
Tetapi tidak ada bukti yang mendukung, maka kemudian ada pengakuan bahwa terjadi perkelahian di konsulat.
 
Kompleksitas strategi politik Saudi atas kasus Jamal Khashoggi semakin rumit. Arab Saudi sedang hendak menyelenggarakan Future Investment Initiative (FII) Conference di Ryadh, 23 – 25 Oktober ini.
 
Ini adalah ‘Davos in the Desert,’ sebuah konferensi tingkat tinggi yang menjadi magnet bagi para ahli sektor keuangan, korporasi raksasa, eksekutif puncak teknologi, pemimpin negara dan media-media besar. Saudi butuh citra positif untuk mengundang para peminatnya.
 
Kasus hilangnya Khashoggi membuat FII kehilangan ruh dan daya tariknya.
 
Beberapa negara pada awalnya menyatakan akan hadir, kini membatalkan kehadiran mereka. Mitra-mitra besar pun seperti The New York Times, Financial Times, Bloomberg, Fox serta Google, undur diri dari insiatif ini. Politik itu sebenarnya sederhana, jujurlah, sekalipun kadang-kadang bisa sederhana.
 
Kompleksitas peristiwa ini karena harus menjaga berbagai kepentingan dan harus meyakinkan masyarakat. Kasus Jamal Khashoggi mengajarkan bahwa upaya menutup-nutupi yang tidak didukung bukti tidak membantu meyakinkan masyarakat.
 
Bahkan menghancurkan argumen yang dibangun. Dalam berkpilitik, jujur dan terbuka itulah nilai dasar yang dibutuhkan.

Kini negera-negara Eropa mulai menuntut Saudi Arabia untuk terbuka dan bertanggung jawab atas kebijakan brutalnya terhadap wartawan yang selalu menyuarakan kebebasan berbicara.

Peritiwa pembunuhan wartawan Jamal Khashogi warga Saudi ini telah menjadi ancaman bagi kebijakan politik dan juga ekonomi AS yang selama ini bertindak seperti pahlawan kebebasan, demokrasi dan HAM.[IT/r]


 
 
Comment