0
34
Komentar
Saturday 1 March 2014 - 17:36
Pandu dan Suluh

Surat Terbuka untuk Syiah Indonesia

Story Code : 356845
Musuh berharap Syiah dan Sunni berperang
Musuh berharap Syiah dan Sunni berperang

HARI-HARI INI gelombang fitnah mengurung kalian. Pagi saat sarapan Anda yang dicap kafir. Besok giliran istri dan anak Anda yang sesak nafas dimaki pelacur, penyembah kubur dan maniak seks. Hari ini musuh mengayunkan parang stigmasi ke leher kawan di samping, besok giliran sobat di kampung yang divonis 'sesat' dan 'halal darahnya'.

Hei orang-orang Syiah Indonesia! Kemana kalian kan melangkah? Siapa pandu dan mana suluh kalian?

Kawan, surat ini bukan sosis pengusir lapar di tengah malam. Ini sekadar untuk mengingatkan bahwa mungkin cara terbaik bagi kita semua adalah dengan menganggap semua panah fitnah yang datang, baik dulu, kini dan setelahnya, sebagai risiko kecil. Sesuatu yang tak begitu berarti di hadapan gunungan cinta dan kerinduan besar kita semua pada pertemuan dengan Nabi Agung Muhammad SAW dan Ahlul Bait yang suci.

O, tentu saja, kita bakal melawan semua itu Bung -- dan itu pasti. Tapi mungkin kita perlu menasehati diri bahwa keburukan tak bisa dibunuh dengan tembakan salvo perilaku yang sama buruknya. Kita tak boleh lagi seperti dulu-dulu, saat banyak dari kita bereaksi sekadar untuk beraksi, menanggapi issu dan fitnah sekadar untuk dianggap ‘eksis’. Kita, orang-orang Syiah Indonesia, bukan mereka yang tersesat dan meraba-raba di pekatnya malam. Kita bukan mereka yang kebingungan karena tak tahu kode pos kebenaran, yang gampang dibaca kekacauan pola pikir, tutur kata dan tingkah lakunya.

Tidak. Tidak. Ini hari, ini menit, ini detik ... kita semua perlu berubah dan mempersiapkan diri. Kita harus membiasakan diri untuk lebih berpijak pada kebenaran dan keadilan -- dan bersedia membayar tunai segala konsekuensinya. Kebenaran, kawan-kawanku orang-orang Syiah Indonesia, adalah tangga menuju ketenangan dan keamanan. Dan dua yang terakhir adalah buah dari ranumnya keimanan dalam diri. Nah, tidakkah pas bagi untuk mulai menjawab aneka fitnah dan tuduhan dengan berpengang bulat-bulat pada buhulan kuat ilmu dan akal. Seperti cahaya, ilmu terang dan menerangi. Sementara akal adalah jalan lapang menuju kota penuh Cahaya.

Dusta? Ah, usah terlampau dicemaskan. Dusta tetaplah dusta yang gelap nan singkat, kawan. Musuh-musuh kita bisa mengelabui dan mengapuri otak banyak orang untuk waktu yang lama -- tapi jelas tidak akan pernah bisa selama-selamanya. Di satu titik, kebenaran dan, tentu saja, kematian pasti akan mencegat dan membanting mereka. Sebab itu tak sedap lagi rasanya bila masih ada cerita dusta musuh-musuh kemudian menaikkan tensi kegusaran orang-orang Syiah Indonesia.

Nah, sekarang soal lain: adil. Ini rasa-rasanya penting juga untuk kita semai secara masif. Kita, masing-masing kita, perlu adil termasuk ke mereka yang selama ini menetak-netakkan pedang dan menakut-nakuti kita dengan ancaman penghalalan darah. Agama mengajarkan bahwa adil adalah sempurna dan baik. Dan ia bakal tetap begitu tak peduli sedikitnya orang yang melakukannya atau banyaknya mulut yang menertawakan. Pun tak peduli kecil-besarnya prospek kita mendapatkan balasan keadilan yang serupa. Keadilan bagi kita adalah yang terbaik sebab ia yang paling benar dilakukan dan paling abadi dalam hukum alam.

Sampai di sini, mungkin kita perlu menderingkan kembali ingatan pada jejak langkah Nabi Suci dan Ahlul Bait dalam menghadapi segala rupa cemoohan, kecaman, blokade, propaganda busuk, penistaan, labelisasi, boikot, perang urat saraf, perang fisik, pembantaian, dan seterusnya. Cobaan mereka tentu saja jauh lebih besar dan tak bisa dibandingkan, dengan sedikit yang kita tanggung di Indonesia sekarang ini.

Namun apa kiranya yang memalingkan kita dari fakta bahwa di tengah semua ujian itu para manusia suci tak pernah bergeser perhatiannya dari Allah Yang Tinggi dan Hari Akhir yang pasti datangnya? Kenapa kita bisa pangling bahwa mereka tidak pernah balas memaki dan mencaci -- sekalipun mereka sebenarnya 'layak' dan pasti bakal dimaklumi Allah? Lupakah kita kalau Nabi Suci, yang merupakan penerima wahyu dan pembawa Islam yang paling absah dan paling berhak untuk mengklaim kebenaran, tak pernah terlibat saling cakar klaim kebenaran atau menanggapi pemaki dan pendusta dengan makian dan dusta setimpal?

Sejarah merekam orang-orang Suci kita tetap santun menyampaikan dan menjelaskan kebenaran yang sesungguhnya menjadi tugas asli dan wewenang mutlak mereka. Tak ada benci. Tak ada ketergesa-gesaan dan kepanitan. Atau kecemasan terbabit panah musibah dan kematian.

Kita, semua orang-orang Syiah Indonesia, perlu melangkah di jalur para Nabi dan Ahlul Bait.

Kita, semua orang-orang Syiah Indonesia, perlu mengendepankan keindahan akhlak, sopan santun yang luhung dan sikap ilmiah yang terukur -- meski seolah semua itu laiknya kesia-siaan di hadapan musuh yang bodoh, dungu dan ahmaq.

Toh, bukankah kita-kita ini hanya penyambung yang tak asli bagi tugas dan wewenang penyampaian kebenaran agama Nabi dan Ahlul Bait? Bukankah kita hanya ‘ngalap’ berkah dan keridhaan serta berupaya berbakti dengan mendukung tugas mereka? Bukankah tugas utama kita hanyalah mengikuti ajaran Nabi dan Ahlul Bait?

Masing-masing kita boleh menjawab. Tapi apapun itu, masih banyak yang perlu kita geledah: Kenapa kita kerap seperti lebih berapi-api dan bernafsu dalam menyampaikan apa yang kita persepsi sebagai kebenaran? Mengapa kita, banyak dari kita orang-orang Syiah di Indonesia, kerap terperosok dalam prasangka, ketidakadilan, sikap saling caci? Mengapa kita kerap terpancing emosi dan seperti menikmati melembingkan kata-kata kasar pada musuh yang memang mengharapkan kemarahan?

Kawanku ... Jangan panas, jangan galau, jangan seperti gardu listrik jika musuh mengulang-ulang tuduhan 'Syiah penyembah Ali', Syiah begini dan Syiah begitu. Jangan juga seperti kekurangan oksigen, menjadi gugup, cemas, dan nyaris putus asa, hanya karena musuh banyak dalam jumlah dan seperti tak pernah kehabisan kreatifitas dalam menyerang dan memanggang kita di palagan opini.

Tenang. Tenang. Tenang. Andai bisa, atur denyut jantung Anda di bawah suhu es di Kutub Utara. Lagi pula, apa faedah marah dan meradang pada musuh yang gelap mata dan hati?

Kawan, tak ada yang baru di kolong langit ini. Tak ada yang baru dari permusuhan segelintir orang atas mazhab Syiah dan penganutnya di Indonesia. Yang mengangkat lembing permusuhan pada kita saat ini dulunya juga sudah pernah terjadi. Hanya beda aktor dan latar. Lebihnya itu sama. Plek-plek. Lupakah kita bahwa musuh-musuh kemanusian bahkan pernah sampai memfitnah Allah Yang Tinggi, menyebut “tangan Allah telah terbelenggu”, bahwa Allah papa, tak sanggup berbuat apa-apa? Lupakah kita pada cerita Al Quran tentang mereka yang pernah lancang menggelari Rasul sebagai 'pendusta', 'sok suci', 'sok benar', 'bodoh', 'tukang sihir yang kerasukan setan'?

Ibarat tak ada habisnya. Tapi yang penting adalah mematri dalam diri bahwa semua fitnah dan celaan itu -- dari zaman Nabi hingga yang menghujam kita di Indonesia hari-hari ini -- tak akan bisa mengubah kenyataan dan kebenaran. Begitu, bukan? Tuduhan hanya berguna apabila yang dituduh terbukti sesuai (atau menyesuaikan diri) dengan tuduhan. Sebab itulah, jika kita yakin bahwa semua gelombang tuduhan yang datang menerpa hanya dusta belaka, sudah waktunya kita menampar semuanya dengan kebenaran yang mendiamkan.

Kawan-kawan sekalian ... Jangan pernah ragu menampilkan penjelasan dan pembuktian. Siapapun boleh seenaknya mengkhayalkan sesuatu yang salah, merajut kebohongan dan melontarkan tuduhan dusta. Tapi tak sekali pun mereka bisa memahami semua dusta dan kebohongan itu. Dunia ini, Bung, terikat hukum besi: hanya kebenaran yang bisa dipahami, dinalar dan dijelaskan secara logis. Dan kebenaran tak pernah pelit memberikan pembuktian. Pun dengan kenyataan tak pernah lelah memunculkan penampakan.

Aih, kurang apa pelajaran dari Baginda Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib? Kurang apa dia menasihati kita dari beribu-ribu tahun silam tentang prinsip jitu menghadapi gelombang fitnah. Kata Imam Ali: hadapilah fitnah dengan bersikap layaknya anak onta yang punggungnya tak bisa ditunggangi dan susunya tak bisa diperah. Agaknya beliau ingin membisikkan bahwa ada dua cara penyulut fitnah menggantang keuntungan: menunggangi atau memerah. Imam sepertinya ingin kita pintar-pintar membaca situasi, membedakan mana golongan yang menunggangi dan mana yang memerah fitnah. Penunggang, seperti kita semua tahu, biasanya ingin menternakkan fitnah untuk waktu yang lama, sementara pemerah ingin semuanya selesai cepat. Penunggang mengincar faedah di masa datang, sementara pemerah hanya melihat manfaat jangka pendek karena khawatir susu keburu basi. So, jangan biarkan mereka yang merasa berkuasa leluasa menunggangi punggung orang-orang Syiah. Jangan pula membiarkan mereka yang merasa terancam oleh pesatnya kemajuan Syiah di Indonesia, bisa memerah susu dari keluguan kita-kita semua.

Kawan-kawan dari Sabang sampai Merauke … Hanya kebenaran dan keadilan yang bisa menjamin kemenangan sejati. Kebenaran yang tidak saja berlaku di sisa umur yang singkat ini, tapi berlanjut terus sampai generasi setelahnya -- bahkan di alam keabadian. Jika kalian bingung dan nyaris merasa kehabisan oksigen saat mencoba memahami kelakuan orang-orang yang merasa benar sendiri, maka ingatlah bahwa semua itu sudah pernah terjadi dan bakal terjadi lagi sampai Allah memutuskan untuk menghakimi kita semua, kelak di alam keabadian. Kita pengikut setia Nabi dan Ahlul Bait. Sekarang lah saatnya membuktikan semua klaim dengan langkah nyata. Mari jadi pengikut yang memang layak mengibarkan panji-panji kehormatan dan keagungan nama Nabi dan Ahlul Bait. Mari jadi pertama dan kembang kebanggaan mereka.

Kawan-kawan, ingat dan tempel yang berikut di ruang tengah masing-masing rumah kita: Kebenaran tetap benar meski tak kita bela, dan kebatilan akan tetap batil meski pembelanya sa'tapruk. Dusta tetaplah dusta, yang mempercayainya tetaplah bodoh meski terlihat pandai. Kenyataan tetaplah kenyataan meski terus ditutup-tutupi, dan kepalsuan tetaplah kepalsuan meski ditampak-tampakkan. Kemuliaan tetaplah kemuliaan meski dihinakan dan dinistakan, dan kehinaan tetaplah kehinaan meski diagung-agungkan dan dijunjung-junjung. Semua itu adalah gen kebenaran yang tak bisa berubah meski sekalian makhluk bersepakat mengoperasinya. Allah Yang Agung tetaplah Pencipta meski semua manusia bermaksiat pada-Nya; Nabi Muhammad tetap makhluk paling mulia dan agung meski banyak yang meremehkannya; Ahlul Bait tetaplah bintang-bintang pemberi petunjuk meski banyak yang berupaya mengubur mereka.

Mari kawan, mari kita semua bercermin lalu bertanya: Sudahkah kita mengenal, menjaga dan memegang kebenaran agar dapat berpikir benar, bersikap benar dan berlaku benar? Sudahkah kita memeluk keadilan sekuat tenaga agar kita selalu mulia dan jaya bersamanya? Sudahkah kita memiliki keberanian menahan nafsu amarah dan bersit kebencian dalam rangka memegang kebenaran dan menjaga keadilan? Maukah kita mengambil risiko apapun dalam rangka merengkuh kebenaran, memeluk keadilan, dan menghiasi diri dengan kasih sayang?

Kawan-kawanku orang-orang Syiah dari Sabang sampai Marauke. Jika lepas perenungan dan kalian merasa sudah bisa menjawab semua pertanyaan itu dengan benar dan jujur maka ... lemparkan semua kebinungan dan kecemasan itu. Yakinkah tidak ada lagi bulu kerisauan yang bisa menggetarnya nadi Anda semua.

Kawan . . . ingat-ingat kata pepatah: dimana langit dijunjung disitu bumi dipijak. Belajar membawa diri beradaptasi yang luwes. Sebab begitulah sikap orang berakal, meski orang ahmaq yang suka bertengkar ingin kita bersikap sebaliknya dan memperlihatkan perbedaan. Mencoba mencari persamaan meski terdapat perbedaan, karena persamaan adalah modal untuk bermasyarakat, dan perbedaan adalah sikap manusiawi diruang privat. Jadilah seperti para pendekar sakti mandraguna yang tak lagi butuh panggung untuk mempertontonkan jurus-jurus maut.

Kawan-kawan ... tapi semua itu ada syaratnya: jangan pernah mundur dari gelanggang saat tiba waktunya untuk menjaga kemuliaan dan kehormatan Allah, Islam, Rasul dan Ahlul Bait. Jikalau waktunya sampai, katupkan geraham kalian dan perlihatkan kegarangan di medan tempur. Kemenangan, seperti halnya kemenangan dulu bersama para Nabi dan AhlulBait, bakal bersama kita juga nantinya.

Kawan, patut kita ingat kembali semua bahwa kita adalah bagian dari bangsa besar bernama Indonesia. Ini negara kita, kampung halaman, tanah tumpah darah. Di sini kita hidup, disini kita bakalk berkalang tanah.

Kawan, sejarah bangsa ini selalu penuh dengan keramahan. Bangsa ini mulia karena memperlihatkan penerimaan yang tulus pada kebenaran Islam, meski para pemimpin Islam kini telah mengecewakan dan menyia-nyiakan mereka.

Kawan, sekaranglah saat yang tepat: di tengah fitnah yang berkecamuk, orang-orang Syiah Indonesia perlu bangkit melayani rakyat, menjadi terdepan dalam membela hak-hak masyarakat, menyegarkan cita-cita kemerdekaan, menghidupkan ikatan kebangsaan, dan bersama-sama mendorong kemajuan bangsa. Jangan pernah minder, ragu, bimbang atau kikuk menjadi minoritas di negara ini. Jangan pernah salah tingkah dengan mazhab saat yang kalian lakukan dinanti rakyat dan umat.

Seperti Imam Ali yang menanam 10.000 pohon korma untuk mereka yang bakal hidup kemudian, jangan pula pernah berharap imbalan dari mereka yang tak mau dan tak mampu membalas. Hanya pada Allah, dan hanya di Hari Akhir imbalan dan ganjaran jadi penuh.

Kawan, ingatlah bahwa fitnah atau cacian apapun di dunia itu hanya sementara. So, jangan pernah takut. Jangan membalasnya dengan cara setimpal sehingga menyebabkan Anda harus menanggung akibatnya kelak di Akhirat.

Terakhir, keluarkan pedang kritik untuk mendiamkan musuh-musuh yang melempar aneka fitnah di tengah kepanikan yang mereka karang-krang sendiri. Tapi jangan pernah sampai terjatuh pada sinisisme, sarkasme atau kata-kata pedas yang tak berguna. Orang yang melontarkan tuduhan palsu dan berbohong bakal gembira bila kita menjawab dengan kekasaran mulut. Obatnya hanya satu dan ini bakal mujarab: ungkapan kebenaran, kenyataan dan penjelasan yang terang benderang. Jika Anda tak mampu menjadi seperti matador papan atas, jangan menyambut tandukan banteng yang mengamuk. Kobaran api tak bisa dipadamkan dengan menghantam-hantamkan tangan ke tumpukan bara apalagi dengan menyiraminya dengan bensin. Begitulah kawan-kawanku semua, orang-orang Syiah Indonesia. Camkanlah bahwa hidup ini terlalu singkat untuk disia-siakan dan kemanusiaan terlalu berharga untuk dibuang percuma. Wassalam. *** (Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times/MK)
Comment


United States
Bagus banget isi suratnya saya _setuju 100%
United States
Bagus banget isi suratnya saya _setuju 100%
Germany
tulisan menarik, pas dan mengena. mengandung tamparan dan elusan!
Indonesia
pandangan saya : jangan abaikan makna BismillahHirRahmanNirRaheem (بسم الله الرحمن الرحيم ) . hayati dan rasakan kata2 itu... niscaya hatimu kan menjadi tentram.
United States
Terima kasih banyak atas surat terbuka ini, benar2 membantu akal dn hati ini terbuka kembali. Ketika mata ini letih membaca buku2 fitnah, telinga ini panas mendengar kobaran hujatan, hati kian lesu menahan sgla bentuk diskriminasi, dan langkah kaki mulai terseok-seok di jalan suci ini, surat ini menjadi air yg menyegarkan di tengah gurun pasir yg kering dan panas. Terima kasih ust MK
Terimah kasih dengan adanya surat terbuka luar biasa sangat mmbantu pikiran sy kembali untuk lebih arif dn bijak.
akhi, terima kasih atas uluran tangan pertolongan antum yang telah menyadarkanaku atas kekliruan dan langkah batil menuju kegelapan cinta diri dalam menghadapi gelombang fitnah, ancaman dan makar musuh-musuh kebenaran.
Semoga kesabaran, kearifan dan pengetahuan yang kemudian membimbing ana dalam menghadapi semua itu. Syukran katsiran.
Indonesia
Ikhwanaalkariim.. sebelumnya maafkan aku atas apa yang akan kuucapkan… sebenarnya kalianlah yang memisahkan diri dari agama, kalian yang memisahkan diri dari Al Qur’an dan kalian yang memisahkan diri dari tauhid!!”
Indonesia
Ikhwanaalkariim.. sebelumnya maafkan aku atas apa yang akan kuucapkan… sebenarnya kalianlah yang memisahkan diri dari agama, kalian yang memisahkan diri dari Al Qur’an dan kalian yang memisahkan diri dari tauhid!!”
Indonesia
Ikhwanaalkariim.. sebelumnya maafkan aku atas apa yang akan kuucapkan… sebenarnya kalianlah yang memisahkan diri dari agama, kalian yang memisahkan diri dari Al Qur’an dan kalian yang memisahkan diri dari tauhid!!”
Indonesia
“Tahukah kalian bahwa ulama-ulama kalian meyakini bahwa Al Qur’an telah dirubah-rubah, meyakini bahwa segala sesuatu ada di tangan Imam, mereka menyekutukan Allah dalam beribadah..!!
Indonesia
Sudah selayaknya seluruh masyarakat Islam pencinta Rasul dan Ahlul Baytnya dari Sabang sampai Merauke membaca surat ini dan menjadikannya sebagai bahan refleksi dan perenungan untuk menjaga keragaman, keharmonisan, dan persaudaraan Islam di Bumi Indonesia yang kita cintai.
makasih nasehatnya stad… semoga antum senantiasa dalam kesehatan dan keberkahan… ilahi amiin
Indonesia
Kebodohan yg senantiasa diulang2...ttg fitnah trhdp syiah..jk perlu anda kekedutaan iran saja.atau pelajar indonesia yg belajar diiran..agar anda tidk mempermalukan diri...
Indonesia
Sangat bagus.
Indonesia
Sangat bagus.
Indonesia
Sangat bagus.
Indonesia
Dalam sebuah kitab Syiah berjudul Mafatih al-Jinan karya Abbas al-Qummi, cover bukunya mirip mushaf al-Quran, disebutkan:

IDUL GHADIR

“Hari idul ghadir adalah hari raya milik Allah yang terbesar, dia lebih agung dari semua hari raya. Allah tidak pernah mengutus seorang nabi melainkan nabi tersebut berhari raya (merayakan) hari ini, namanya di bumi adalah yaum al-mitsaq….

Al-Shadiq alaihissalam pernah ditanya: apakah umat islam memiliki hari raya selain hari jum’at, idul adha dan idul fitri? Dia menjawab: iya, bahkan dia yang paling agung kehormatannya. Rawi bertanya: hari raya apa itu? Dia menjawab: Hari dimana Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam mengangkat Ali sebagai amirul mukminin dan bersabda: Barang siapa yang saya mawlanya maka Ali adalah mawlanya. Hari raya ini adalah tanggal 18 Dzulhijjah
wahai umat Muhammad SAW...cari taulah apa itu Idul Ghadir..???

hadis ttg Al-Ghadir adalah hadis shahih paling mutawatir menurut metode Buhari-Muslim
wahai umat Muhammad SAW...cari taulah apa itu Idul Ghadir..???

hadis ttg Al-Ghadir adalah hadis shahih paling mutawatir menurut metode Buhari-Muslim
Namun, banyak ulama non Syiah yg tdk mau mengungkapnya, mungkin takut dituduh menghina sahabat, atau takut ttg yg lainnya
atau takut dituduh Syiah....hihihi
Indonesia
Imam besar syiah "Al Khumaini" berkata :

و أما سائر الاستمتاعات كاللمس بشهوة و الضم و التفخيذ فلا بأس بها حتى فى الرضيعة

“Adapun segala cara untuk mencari kenikmatan seperti menyentuh-nyentuh dengan syahwat, dan memeluk, serta menggesek-gesek kemaluan ke paha maka tidak mengapa walaupun yang menjadi objek adalah seorang bayi berkelamin wanita yang masih menyusui” Tahrir Al Wasilah hal. 854 Kitab An Nikah Masalah ke 12
Islam NGGAK USAH dilabeli "sekte-madhab-firqoh-toriqoh.
Bareng-barenga aja.
Sesat TELAN SENDIRI, tanggung jawab sama ALLAH SWT.
Zaman RASUL "kapir-yahudi-munafik dan sejenis TIARAP". Karena apa? Karena KECINTAAN PADA keIMANan/keWARASan.
SEKARANG ??????
Maybe _SETAN and SQUADRONnya SENAAANG.
Kuwait
maaf saya hanya seorang naif dan kurang ilmu. Bukankah sentimen sunny syiah ini kepanjangan yg bermula dari per_seteruan yazid bin muawiyah dengan husein bin ali bin abu tholib?
Yazid yg berambisi menjadi seorang raja di tentang oleh husein yg tetap ingin meneruskan kekalifahan seperti apa yg ajarkan oleh Rasul SAW. Sehingga terjadi pembantaian berdarah sayidina husein dan 60an orang pengikutnya oleh 10.000 orang pasukan yazid bin muawiyah,yang kebenciannya terhadap keturunan ali bin abi tholib mendarah daging sampai anak cucunya. Dgn kekuasaan di tangan yazid bin muawiyah keluarga ali bin abi tholib selalu di pojokan dan dihinakan di majlis2. Sehingga keluarga ali bin abi tholib memisahkan diri dan mengungsi.

Bila benar demikian,mari kita renungkan.
Indonesia
Kaum Yahudi hanya menikmati tubuh-tubuh istri mereka untuk sementara, sama dengan Syiah dengan kawin mut’ahnya, bersifat sementara, yang hakikatnya adalah perzinahan

Kaum Yahudi mencaci maki istri Nabi Musa ‘alaihi salam, Syiah juga mencaci maki istri Nabi Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam) Ummul mukminin ‘Aisyah radhiyallah ‘anha.

Yahudi dalam syari’at Ya’qub membolehkan nikah dengan dua orang wanita yang bersaudara sekaligus. Syi’ahjuga membolehkan penggabungan (dalam akad nikah) antara seorang wanita dengan bibinya.
Australia
perlu direnungkan.....
Kuwait
Orang yg ber Iman, akan yakin bahwa ALLAH telah menunjulkan jalan terang dengan menunjukan KEMAJUAN peradaban SYIAH IMAMIAH dan ajaran yg mengajak pada KEBENARAN dari kebodohan manusia. dan mereka yg membutakan dirinya dengan kemajuan ini tergolong orang ...jahiliah...
Australia
lakukan apa yg seharusnya dilakukan
Kuwait
syukrOn ? Ini adlah ilmu bagi saya ,kluarga & teman yg mau merenungkannya. SYUKRON
United States
hihihihi, menghibur diri. hihiihihihiii
Indonesia
miris ni situs syiah ternyata
Saya gak pernah membedakan dan bahakan tidak terlalu memikirkan SUNNY, SIYAH..karna masih meng Esa kan Allah dan mengakui Muhamad sebagai Rasul... mari kita tunduk sama-sama menyambah dan mengagungkan Allah SWT.. Allah maha besar dengan segala ciptaan Nya..
ari
Indonesia
benar skali kawan.. kalau kesalahan-kesalahan masa lalu yang memang tidak dapat diulang untuk diperbaiki lagi selalu diingat dan menjadi alasan untuk berbeda dan bermusuhan, maka tidak akan habis-habisnya permusuhan itu..