0
Thursday 23 June 2022 - 20:28

Parlemen Eropa Sangat Menyetujui Status Pencalonan Uni Eropa untuk Ukraina dan Moldova

Story Code : 1000733
Parlemen Eropa Sangat Menyetujui Status Pencalonan Uni Eropa untuk Ukraina dan Moldova
Secara total, 529 suara diperoleh untuk mendukung resolusi menangguhkan status di tiga negara, sementara 45 suara menentang proposal. Selanjutnya 14 politisi abstain.

Pemungutan suara Kamis pagi dilakukan empat bulan setelah Vladimir Putin menginvasi Ukraina.

Meski itu menunjukkan dukungan luas untuk tawaran negara-negara itu memasuki ruang tunggu UE, keputusan akhir ada di tangan para pemimpin Eropa.

Menjelang pembicaraan UE di mana status pencalonan negaranya kemungkinan akan diberikan, presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang melamar keanggotaan pada awal perang, mengatakan, "Ini seperti pergi ke cahaya dari kegelapan."

Sementara itu, Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa mengklaim bahwa “sejarah sedang berjalan”, saat blok tersebut bersiap untuk ekspansi yang ambisius.

“Saya tidak hanya berbicara tentang perang agresi Putin,” katanya menjelang KTT. “Saya berbicara tentang angin perubahan yang sekali lagi berhembus melintasi benua kita. Dengan aplikasi mereka, Ukraina, Moldova, dan Georgia memberi tahu kami bahwa mereka menginginkan perubahan.”

Status pencalonan adalah awal dari proses lambat kualifikasi keanggotaan UE, yang dapat memakan waktu lebih dari satu dekade untuk dicapai.

Bukan hanya UE yang sedang mempertimbangkan apakah akan memperluas keanggotaannya sebagai tanggapan atas ancaman yang ditimbulkan agresi Rusia. Baik Finlandia dan Swedia melamar pada bulan Mei untuk bergabung dengan NATO, tetapi aksesi mereka ditunda oleh oposisi Turki.

Berbicara awal pekan ini, kepala tentara Finlandia mengatakan negaranya siap untuk serangan Rusia.

“Kami telah secara sistematis mengembangkan pertahanan militer kami tepat untuk jenis perang yang sedang dilancarkan di sana [di Ukraina], dengan penggunaan besar-besaran senjata, pasukan lapis baja dan juga angkatan udara,” kata Jenderal Timo Kivinen.

“Ukraina telah menjadi sesuatu yang sangat sulit [bagi Rusia], dan begitu juga Finlandia,” tambahnya.[IT/AR]
Comment