Perusahaan Baja Besar Iran Mengatakan Serangan Siber Digagalkan

CEO Perusahaan Baja Khuzestan Amin Ebrahimi mengatakan Senin (27/6) bahwa pabrik tersebut berhasil menggagalkan serangan siber dan mencegah kerusakan struktural pada jalur produksi yang akan berdampak pada rantai pasokan dan pelanggan.

"Untungnya dengan waktu dan kesadaran, serangan itu tidak berhasil," kata Ebrahimi seperti dikutip kantor berita Mehr, seraya menambahkan bahwa ia mengharapkan semuanya kembali "normal" pada akhir Senin (27/6).

Sebuah saluran berita lokal, Jamaran, melaporkan bahwa serangan itu gagal karena pabrik tidak beroperasi pada saat itu karena listrik padam .

Tahun lalu, serangan siber terhadap distribusi bahan bakar Iran menargetkan pompa bensin di seluruh negeri. Para pejabat sebelumnya telah menuding Amerika Serikat dan Zionis Israel.

AS dan Israel secara luas diyakini berada di belakang terorisme dunia maya negara pertama melalui virus komputer Stuxnet yang mengganggu beberapa sentrifugal Iran di situs nuklir negara itu pada akhir 2000-an. Sejak itu, Iran telah memutuskan banyak infrastruktur pemerintahnya dari internet.

Khuzestan Steel Company, yang berbasis di Ahvaz di provinsi Khuzestan barat daya yang kaya minyak, adalah produsen baja utama di Iran bersama dengan dua perusahaan besar lainnya.

Didirikan sebelum Revolusi Islam 1979 Iran, perusahaan selama beberapa dekade kemudian memiliki beberapa jalur produksi yang dipasok oleh perusahaan Jerman, Italia dan Jepang. Layanan terus berlanjut kecuali selama perang Irak tahun 1980-an di Iran, ketika diktator Irak Saddam Hussein mengirim pasukannya melintasi perbatasan untuk menduduki Khuzestan.

Namun, sanksi keras terhadap Iran telah memaksa perusahaan untuk mengurangi ketergantungannya pada suku cadang asing.[IT/r]

Ekspor baja Iran telah menghadapi medan yang semakin tidak bersahabat di Eropa di mana badan eksekutif blok tersebut, Komisi Eropa, telah memungut tarif perdagangan terhadap produk-produk Iran.

Industri baja telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir sejalan dengan rencana ambisius negara untuk meningkatkan produksi menjadi 55 juta ton per tahun pada tahun 2015.