0
Wednesday 14 September 2022 - 14:32

Muncul; Rincian Dugaan Serangan Siber AS di China 

Story Code : 1014260
Muncul; Rincian Dugaan Serangan Siber AS di China 
Mengutip media-media terkemuka, Russia Today pada Selasa melaporkan bahwa Badan intelijen AS menggunakan senjata siber "tersembunyi dan dapat beradaptasi" untuk meretas salah satu universitas top China.

Menurut Global Times, para ahli China telah menangkap alat siber yang diduga digunakan oleh Office of Tailored Access Operation (TAO), unit rahasia Badan Keamanan Nasional AS, dalam serangan terhadap Universitas Politeknik Northwestern.

Pada tanggal 5 September, Pusat Tanggap Darurat Virus Komputer Nasional China mengungkapkan hasil penyelidikan atas serangkaian serangan terhadap universitas yang didanai negara, yang berspesialisasi dalam penelitian aeronautika dan ruang angkasa. Pada saat itu, pihak berwenang mengatakan bahwa TAO menggunakan “lebih dari 40 senjata serangan siber khusus NSA” untuk mencuri data universitas.

Menurut para ahli yang diwawancarai oleh Global Times, unit perang siber NSA terutama mengandalkan alat yang disebut "minum teh" yang ditanamkan ke dalam jaringan internal universitas. Ini diduga memungkinkan pelaku untuk mencuri kata sandi manajemen jarak jauh dan layanan transfer file jarak jauh, dan mendapatkan akses Intranet. Akibatnya, sejumlah besar data sensitif dicuri.

Salah satu sumber outlet menjelaskan bahwa "minum teh" adalah alat yang sangat tersembunyi karena dapat dengan mudah berbaur dengan lingkungan baru. Setelah ditanamkan, spyware ini menyamar sebagai proses layanan latar belakang biasa, yang membuatnya sangat sulit untuk dideteksi, kata pakar cyber itu.

Dalam penuturannya, program dapat memantau data apa yang dimasukkan pengguna melalui konsol, memungkinkannya untuk melihat semua nama akun dan kata sandi. “Setelah nama pengguna dan kata sandi ini diperoleh oleh TAO, mereka dapat digunakan untuk melakukan serangan tahap berikutnya untuk membantu kantor mencuri file di server atau mengirimkan senjata siber lainnya,” kata pakar tersebut.

Lebih dari 140GB data bernilai tinggi dicuri oleh AS, menurut Pusat Tanggap Darurat Virus Komputer Nasional China. NSA dan Departemen Luar Negeri menolak mengomentari tuduhan tersebut.

China telah berulang kali menuduh AS memata-matai universitas-universitasnya, serta perusahaan energi dan internet. Pada saat yang sama, Washington mengecam Beijing karena mencuri rahasia komersial Amerika, dengan kepala FBI Christopher Wray mengklaim awal tahun ini bahwa negara itu secara ilegal mengambil "volume yang mengejutkan" informasi, sementara menjadi sumber lebih banyak serangan siber daripada gabungan semua negara lain.[IT/AR]
Comment