0
Friday 16 September 2022 - 10:08
AS dan Gejolak Afghanistan:

Taliban: AS 'Merampas' Aset Beku Afghanistan

Story Code : 1014605
Taliban: AS
"Aset rakyat Afghanistan telah dirampas oleh Amerika Serikat," kata juru bicara Zabihullah Mujahid, Kamis (15/9).

"Kami menganggapnya sebagai invasi terhadap properti warga Afghanistan," katanya. "Amerika Serikat bukan pemilik aset ini."

Juru bicara Taliban menyerukan pembebasan dana "tanpa syarat apapun."

Pada hari Rabu (14/9), Departemen Luar Negeri AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya akan mentransfer $3,5 miliar dana beku dari bank sentral Afghanistan ke Dana Afghanistan yang baru didirikan yang berbasis di Jenewa, Swiss. Washington mengklaim transfer itu untuk kebaikan rakyat Afghanistan karena kelaparan melanda hampir setiap provinsi di negara itu.

Taliban tidak akan menjadi bagian dari dana baru, yang akan mempertahankan rekeningnya di Bank for International Settlements di Swiss.

Wakil Menteri Keuangan AS Wally Ademeyo mengatakan dalam sebuah surat bahwa pengiriman uang ke bank sentral Afghanistan akan membuat dana tersebut berisiko tidak digunakan untuk kepentingan rakyat.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah membekukan lebih dari $7 miliar aset Afghanistan sejak penarikan NATO dari negara itu dan pengambilalihan Kabul oleh Taliban pada Agustus 2021.

Pada bulan Februari, Washington mengatakan setengah dari aset akan tersedia untuk para korban serangan 11 September 2001.

Pemerintah Taliban di Kabul terus berjuang dengan situasi kemanusiaan yang memburuk dengan cepat di negara itu di tengah sanksi AS yang melumpuhkan dan kekurangan dana.

Jutaan orang Afghanistan tidak bekerja hari ini, sistem perbankan hampir tidak berfungsi, fasilitas medis berantakan dan krisis kemanusiaan terburuk dalam sejarah modern sedang berlangsung. Hampir seluruh penduduk Afghanistan hidup di bawah garis kemiskinan hari ini, menurut PBB.

Pasukan AS menduduki Afghanistan selama sekitar dua dekade dengan dalih memerangi Taliban. Tetapi ketika pasukan secara kacau meninggalkan Afghanistan, Taliban menyerbu ibu kota Kabul, yang telah dilemahkan oleh pendudukan asing yang terus berlanjut.

Negara ini sejak itu dalam kekacauan. AS dan sekutunya sebagian besar telah menangguhkan bantuan keuangan mereka ke Afghanistan, yang ekonominya di ambang kehancuran. Inflasi di negara yang dilanda perang melonjak, dan jutaan warga Afghanistan berada di ambang kelaparan.[IT/r]
Comment