0
Friday 3 February 2023 - 04:02
Rusia dan Konflik Ukraina:

Rusia Berjanji Akan Menolak Pasukan Ukraina Mundur sebagai Tanggapan atas Roket Jarak Jauh

Story Code : 1039238
Russian Foreign Minister Sergei Lavrov
Russian Foreign Minister Sergei Lavrov
Dalam sebuah wawancara di televisi negara yang disiarkan pada Kamis (2/2), Lavrov juga mengatakan semua orang ingin mengakhiri konflik saat ini di Ukraina, tetapi dukungan tanpa henti dari Barat terhadap Kiev memainkan peran penting dalam cara Moskow menghadapi perang.

“Kami sekarang berusaha untuk menolak mundur artileri tentara Ukraina ke jarak yang tidak akan menimbulkan ancaman bagi wilayah kami. Semakin besar jangkauan senjata yang dipasok ke rezim Kiev, semakin kami harus mendorong mereka kembali dari wilayah yang adalah bagian dari negara kami," kata diplomat tinggi Rusia itu.

Komentar Lavrov muncul hanya dua hari setelah Reuters mengutip dua pejabat AS yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Washington sedang mempersiapkan paket bantuan militer baru senilai $2,2 miliar yang diharapkan mencakup roket jarak jauh untuk pertama kalinya.

Rusia meluncurkan apa yang disebutnya "operasi militer khusus" di Ukraina pada 24 Februari 2022, atas anggapan ancaman dari bekas republik Soviet yang bergabung dengan NATO. Sejak itu, Amerika Serikat dan sekutu Ukraina lainnya telah mengirim senjata ke Kiev senilai puluhan miliar dolar, termasuk sistem roket, drone, kendaraan lapis baja, tank, dan sistem komunikasi.

Negara-negara Barat juga telah memberlakukan banyak sanksi ekonomi terhadap Moskow.

Kremlin mengatakan bahwa sanksi dan bantuan militer Barat hanya akan memperpanjang perang.

Rusia menganeksasi wilayah Ukraina Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia pada September tahun lalu setelah referendum, bersumpah untuk melindungi mereka dari agresi apa pun oleh pasukan Ukraina.

Crimea juga mendeklarasikan kemerdekaan dari Ukraina pada 17 Maret 2014 setelah referendum dan menjadi bagian dari Federasi Rusia setelah secara resmi mengajukan permohonan untuk menjadi bagian dari Rusia.

Di tempat lain dalam sambutannya pada hari Kamis (2/2), Lavrov mengatakan bahwa AS telah terlibat langsung dalam ledakan yang merusak pipa gas Nord Stream Rusia di bawah Laut Baltik tahun lalu. Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Inggris meledakkan pipa, yang dibantah oleh London.[IT/r]
Comment