Islam Times - Laporan: Anak-anak Berusia 8 Tahun Digeledah oleh Polisi Inggris, Kebanyakan Anak Kulit Hitam

Laporan: Anak-anak Berusia 8 Tahun Digeledah oleh Polisi Inggris, Kebanyakan Anak Kulit Hitam

IslamTimes - Anak-anak berusia delapan tahun sedang digeledah oleh polisi di Inggris Raya, menurut sebuah laporan baru yang merinci hampir 3.000 penggeledahan anak di bawah umur di Inggris dan Wales selama empat tahun, dengan anak-anak kulit berwarna menjadi target utama.

Laporan pedas yang dirilis pada hari Senin (27/3) oleh Komisaris Anak Dame Rachel de Souza mengungkapkan bahwa 2.847 anak digeledah di Inggris dan Wales antara 2018 dan pertengahan 2022.

Ini menunjukkan 52 persen penggeledahan telanjang dilakukan tanpa kehadiran orang dewasa yang sesuai, yang diwajibkan oleh hukum kecuali dalam situasi "mendesak".

Menurut laporan tersebut, anak-anak kulit hitam menyumbang lebih dari sepertiga penggeledahan, membuat mereka enam kali lebih mungkin untuk digeledah dibandingkan dengan total populasi anak di negara itu.

De Souza mengecam temuan itu sebagai "sama sekali tidak dapat diterima" dan mengatakan anak-anak yang menggeledah telanjang adalah "kekuatan yang mengganggu dan berpotensi traumatis" yang harus tunduk pada "perlindungan yang kuat".

"Anak-anak kami gagal dilindungi oleh lembaga negara di sana ," kata Runnymede Trust, sebuah wadah pemikir kesetaraan ras, dalam sebuah pernyataan.

Temuan itu mengikuti laporan minggu lalu yang mengatakan Layanan Polisi Metropolitan London, kepolisian terbesar di Inggris, penuh dengan rasisme dan misogini yang mengakar.

Laporan De Souza diluncurkan setelah seorang gadis kulit hitam berusia 15 tahun, yang diidentifikasi sebagai "Child Q", digeledah di sekolahnya pada tahun 2020 oleh dua petugas wanita tanpa kehadiran orang dewasa lainnya.

Dia dicurigai memiliki mariyuana tetapi tidak ada narkoba yang ditemukan bersamanya, memicu kemarahan nasional yang meluas.

“Keberanian seorang gadis untuk berbicara tentang hal traumatis yang terjadi padanya” mengarah pada laporan yang menemukan “ketidakpatuhan yang meluas” terhadap perlindungan dan bukti dari “praktik yang sangat memprihatinkan,” kata de Souza.

Menurut laporan tersebut, penggeledahan dilakukan di tempat-tempat yang seringkali tidak pantas seperti di luar gerai makanan cepat saji dan taman hiburan, di belakang mobil polisi, di sekolah, dan terkadang bahkan di tempat umum.

Laporan itu juga mengatakan lebih dari separuh penggeledahan dilakukan tanpa kehadiran orang dewasa yang pantas.

De Souza membuat 17 rekomendasi seputar penguatan perlindungan untuk melindungi anak-anak, mendesak Departemen Dalam Negeri untuk meninjau undang-undang dan kebijakan untuk penggeledahan dan membuat perubahan spesifik pada kode polisi dan bukti kriminal.

Dia juga meminta Dewan Kapolri untuk menerbitkan rencana untuk mereformasi penggeledahan anak.[IT/r]