Islam Times - Rusia: Latihan Perang NATO Provokatif, Kemampuan Pertahanan Kami Siap

IslamTimes - Rusia sangat mengecam latihan perang NATO yang diluncurkan oleh aliansi militer pimpinan AS di depan pintu negaranya.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko menyampaikan pernyataan tersebut pada hari Senin (4/3), ketika aliansi tersebut memulai latihan Respons Nordik yang dijadwalkan berlangsung di Finlandia, Swedia dan Norwegia.

“Militer sedang memantau, kami memiliki semua sarana yang diperlukan untuk melakukan hal ini. Posisi politik kami sudah diketahui. Kami percaya bahwa latihan ini sangat provokatif,” katanya.

“Setiap latihan, terutama yang dilakukan secara geografis dekat dengan garis kontak, meningkatkan risiko insiden militer. Oleh karena itu, semua tindakan yang diperlukan telah diambil untuk memastikan kemampuan pertahanan Rusia,” tambah diplomat tersebut.

Latihan selama 11 hari tersebut melibatkan sekitar 20.000 tentara dari 14 negara NATO, termasuk AS, Inggris, Kanada, Prancis, dan Spanyol. Mereka juga mengerahkan lebih dari 100 pesawat tempur, pesawat angkut militer, pesawat pengintai angkatan laut, dan helikopter serta lebih dari 50 kapal, termasuk kapal perusak.

Latihan tersebut merupakan bagian dari latihan Steadfast Defender 2024 yang dimulai pada 22 Januari dan dijadwalkan berlangsung hingga 31 Mei, sebagai latihan perang terbesar yang dilakukan oleh aliansi tersebut sejak Perang Dingin.

Latihan Respons Nordik juga membanggakan integrasi ke dalam NATO oleh Finlandia, yang bergabung dengan aliansi tersebut tahun lalu, dan hubungan dekat perjanjian tersebut dengan Swedia, yang diperkirakan akan bergabung pada akhir tahun.

Moskow secara eksplisit memperingatkan negara-negara Skandinavia bahwa mereka telah menjadi korban “kegilaan Russofobia” yang terjadi setelah dimulainya operasi militer khusus Rusia di Ukraina pada tahun 2022.

Pada bulan Januari, Presiden Vladimir Putin menggambarkan ekspansi NATO ke arah timur sebagai “masalah yang diciptakan…secara artifisial demi kepentingan kebijakan luar negeri Amerika Serikat,” dan menekankan bahwa tindakan negara-negara Skandinavia dapat memperburuk “situasi yang sudah sulit di bidang ini. keamanan internasional.”[IT/r]