0
Wednesday 5 September 2018 - 05:22

Setelah Argentina, Turki & Venezuela, Kini Giliran Afsel Resesi

Story Code : 748114
Presiden Africa Selatan Cyril Ramaphosa (Lintao Zhang/Pool via REUTERS)
Presiden Africa Selatan Cyril Ramaphosa (Lintao Zhang/Pool via REUTERS)
Ekonomi Afrika Selatan memasuki resesi pada kuartal II tahun ini, pertama kalinya sejak 2009, berdasarkan data badan statistik negara tersebut yang diumumkan hari Selasa (4/9/2018).

Keadaan ini merupakan pukulan keras terhadap upaya Presiden, Cyril Ramaphosad, yang berjuang sedang untuk menghidupkan kembali perekonomian Afrika Selatan setelah stagnan selama satu dekade.

Badan Statistik Afrika Selatan (Stats SA) menyebutkan ekonomi mengalami kontraksi 0,7% pada kuartal II yang dipimpin penurunan di sektor pertanian, transportasi dan ritel.

Nilai tukar mata uang Rand juga semakin merosot dolar menjadi lebih dari 2% dan harga obligasi pemerintah jatuh setelah data kondisi ekonomo dirilis. Seperti dilansir dari CNBC International, analis sebelumya memperkirakan bahwa ekonomi akan tumbuh 0,6% pada kuartal II.

"Kami berada dalam resesi. Kami melaporkan kontraksi pada kuartal pertama ... dan sekarang pada kuartal kedua dengan penurunan 0,7%," kata Kepala Ahli Statistik Afrika Selatan Risenga Maluleke.

Badan Statistik Afrika Selatan mengatakan hasil pertanian turun 29,2% pada kuartal II, sementara sektor transportasi, komunikasi dan penyimpanan turun 4,9%. Produksi pertambangan tumbuh 4,9% dan keuangan naik 1,9%.

Stats SA juga mengatakan kontraksi ekonomi pada kuartal pertama lebih curam dari yang tercatat sebelumnya, pada 2,6%.

Analis mengatakan data yang suram itu kemungkinan akan semakin menyulitkan South African Reserve Bank untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan mendatang.

"Tidak ada cara untuk memperbaiki angka-angka itu, gambaran pertumbuhan pada paruh pertama 2018 buruk dan itu menunjukkan dalam ekonomi ini bahwa ada kelemahan berbasis luas di sektor-sektor ekonomi primer dan tersier," kata ekonom senior di BNP Paribas Jeffrey Schultz.

"Hal ini mengkhawatirkan pasar, itu bukan hasil yang diharapkan, banyak analis dan diri kami sendiri memproyeksikan hasil kuartal kedua yang sangat sederhana, tapi kami tentu tidak mengharapkan akan negatif." [IT/CNBC Indonesia]


 
Comment