0
Wednesday 12 September 2018 - 15:37
AS dan Konflik Semenanjung Korea:

Senator AS: Trump Pernah Mau Bunuh Kim Jong Un

Story Code : 749594
Kim -Trump
Kim -Trump

Dilansir The Independent Selasa (11/9/2018), kabar itu berhembus dari buku Fear: Trump in the White House yang ditulis jurnalis terkemuka Bob Woodward. Dalam buku tersebut, terjadi pertemuan antara Trump dengan Menteri Pertahanan James Mattis dan Penasihat Keamanan saat itu, HR McMaster di September 2017.
 
Hadir dalam pertemuan tersebut adalah senator Partai Republik yang berasal dari Carolina Selatan, Lindsey Graham.
 
Sebelumnya, Korut melakukan uji coba rudal balistik antar-benua (ICBM) baru, yang membuat Trump menjuluki Kim sebagai "Pria Roket".
 
Dalam pidatonya di PBB, presiden 72 tahun itu mengancam bakal menghancurkan Korut jika terus melakukan aksi provokatif.
 
Di pertemuan tersebut, Graham mengajukan ide kepada Trump; mendesak pemerintah China untuk membunuh Kim. Sebagai gantinya, Beijing bakal menempatkan seorang jenderal yang bisa mereka pengaruhi di negara komunis tersebut.
 
Dalam wawancara dengan Today di Agustus 2017, Graham membahas adanya opsi militer yang dipertimbangkan AS ke Korut. "Menghancurkan nuklir Korut, atau melenyapkan negara itu sendiri. Jika ribuan tewas, mereka tewas di sana, bukan di sini. Dan dia (Trump) sudah berkata kepada saya," ujar Graham.
 
Senator 63 tahun dalam buku Woodward juga mendesak pemerintahan Trump untuk mengambil aksi lebih tegas di Afghanistan.
 
Kepada Trump, Graham berujar apakah sang presiden bersedia jika catatan prestasinya ternoda oleh kebijakan di Afghanistan.
 
"Apakah Anda bakal membiarkan Afghanistan kembali ke masa kelam seperti dulu, sehingga tragedi 9/11 berulang?" tanya Graham.
 
"Kalau begitu, bagaimana akhirnya?" respon Trump. "Tak pernah berakhir. Ini adalah pertarungan antara baik melawan jahat," jelas Graham kembali.
 
Sejak buku itu muncul di hadapan publik, Trump langsung bereaksi dengan menyebut apa yang ditulis Woodward murni fiksi.
 
Pemerintahannya dalam dua bulan terakhir harus berjibaku dengan sejumlah isu yang melibatkan internal Gedung Putih. Terakhir adalah sebuah opini New York Times dengan penulis mengaku sebagai staf Gedung Putih. Opini itu menyebut adanya usah mengaktifkan Amandemen Ke-25.
Amandemen tersebut menjadi jalan untuk menyingkirkan Trump karena merasa kepemimpinannya berbahaya bagi masa depan AS.[IT/r]





 
 
Comment