QR CodeQR Code

Perang Dagang AS-China, Vietnam dan Taiwan Mengeruk Untung

10 Jun 2019 14:16

Islam Times - Perang dagang antara Amerika Serikat dan China ternyata menguntungkan Vietnam, Taiwan dan Chili. Pasalnya, banyak importir AS dan China yang sekarang mencari barang-barang dari negara lain untuk menghindari tarif impor yang diberlakukan kedua negara.


"Beberapa eksportir di AS dan China mungkin bersedia untuk membayar sebagian dari biaya tarif tambahan dari margin keuntungan mereka, dan beberapa perusahaan multinasional bisa memilih untuk merombak produksinya, tetapi… seiring waktu, respons terbesar yang kemungkinan besar terjadi adalah pengalihan perdagangan," tulis para pakar ekonomi dan bank investasi Jepang, Nomura, dalam laporan terbarunya.

Perang tarif impor antara AS dan China otomatis membuat biaya perdagangan antara kedua negara menjadi lebih tinggi, sehingga para pemasok di negara-negara lain menjadi lebih kompetitif dibandingkan perusahaan-perusahaan AS dan China.

Pemerintah AS telah mengenakan tarif impor sebesar 25 persen atas sebagian barang impor dari China, senilai seluruhnya 250 miliar dolar, dan mengancam akan memperluas tarif impor itu ke barang-barang lain sampai senilai 325 miliar dolar. Sebagai langkah balasan, Beijing mengenakan tarif impor atas sebagian barang dari AS senilai seluruhnya 110 miliar dolar.

Laporan Nomura menyebutkan, sejauh ini Vietnam menjadi penerima manfaat terbesar dari pengalihan perdagangan. 7,9% persen dari produk domestik bruto (PDB) Vietnam saat ini datang dari peningkatan ekspor, baik ke China maupun ke AS. Selain Vietnam, Taiwan, Chili, Malaysia dan Argentina juga menarik keuntungan besar.

Negara-negara itu lebih diuntungkan dengan meningkatnya permintaan barang dari importir AS daripada dari importir China, kata laporan Nomura. Para importir AS lebih banyak beralih ke perusahaan-perusahaan Asia, sementara importir China lebih sering beralih ke perusahaan-perusahaan dari Amerika Utara dan Selatan.

Importir AS terutama mencari substitusi untuk produk elektronik, furnitur dan barang-barang untuk perjalanan. Sedangkan para importir China mencari substitusi untuk kedelai, biji-bijian, kapas dan pesawat terbang.

"Efek substitusi ini mungkin kecil dalam kaitannya dengan PDB AS dan China, tetapi manfaat dari pengalihan perdagangan itu bagi negara ketiga dengan ekonomi yang lebih kecil cukup besar," kata para ekonom Nomura dalam laporannya. Mereka juga mengatakan, negara-negara Eropa hanya mendapat sedikit keuntungan dari pengalihan perdagangan itu.

Akan tetapi, para ekonom Nomura memperingatkan, bahwa dampak ekonomi sengketa dagang AS-China secara keseluruhan bisa menjadi ancaman serius bagi perdagangan dunia. Sekalipun beberapa negara dalam jangka pendek memetik keuntungan.

"(Keuntungan) Ini hanya satu aspek dari perang dagang. Ada banyak kekuatan lain yang bekerja dan dampak ekonomi secara keseluruhan di sebagian besar negara ketiga akan negatif," kata mereka.

Para ekonom mengatakan, banyak negara yang sekarang mengekspor lebih banyak barang ke AS cenderung mengekspor lebih sedikit barang ke China, karena mereka juga merupakan pemasok utama barang setengah jadi ke pabrik-pabrik China, tetapi mereka tidak memiliki kapasitas cukup untuk melayani AS dan China sekaligus.

Negara-negara Asia yang lebih kecil, yang memasok bahan mentah ke perusahaan-perusahaan China, juga sangat rentan terhadap tarif impor yang dikenakan AS atas produk-produk China. Karena kalau perusahaan di China keuntungannya turun dan mengalami kesulitan, mereka juga akan menurunkan produksi.

Para ekonom Nomura juga memperingatkan, perang dagang AS-China akan mengganggu rantai pasokan global dan menambah ketidakpastian tentang prospek ekonomi jangka menengah dan panjang. [IT/Detik]


 


Story Code: 798675

News Link :
https://www.islamtimes.org/id/news/798675/perang-dagang-as-china-vietnam-dan-taiwan-mengeruk-untung

Islam Times
  https://www.islamtimes.org