0
Saturday 28 September 2019 - 18:51
Pemilu di Afghanistan:

Ledakan Terjadi ketika Pemberontak Mencoba Mengganggu Pemilu Presiden Afghanistan

Story Code : 818901
Afghan President Ashraf Ghani casting his vote at a high school in Kabul.jpg
Afghan President Ashraf Ghani casting his vote at a high school in Kabul.jpg
Warga Afghanistan hari ini menggunakan hak suaranya dalam pemilihan presiden (pilpres). Pengamanan di berbagai wilayah, khususnya di ibu kota Kabul, pun diperketat.

Seperti dilansir AFP, Sabtu (28/9/2019), kampanye pilpres yang digelar selama dua bulan terakhir di Afghanistan diwarnai serangan bom dan kekerasan bersenjata yang memakan korban. Kebanyakan serangan itu didalangi oleh kelompok Taliban.

Dalam beberapa hari terakhir, Taliban telah merilis peringatan bahwa mereka akan menyerang tempat-tempat pemungutan suara dan mengimbau warga untuk menjauhi lokasi-lokasi tersebut. Sebagai antisipasi, otoritas Afghanistan memberlakukan pemblokiran sebagian di wilayah Kabul. Truk-truk dilarang masuk ke Kabul sebagai upaya mencegah calon pengebom bunuh diri mengganggu proses pilpres.

Lalu lintas kota Kabul yang biasanya macet, tampak lengang karena sekolah dan kantor-kantor ditutup saat pemungutan suara digelar pada Sabtu (28/9) waktu setempat. Kebanyakan warga setempat memilih tetap di dalam rumah.

Sekitar 9,6 juta warga Afghanistan terdaftar untuk memilih dalam pilpres tahun ini. Namun banyak warga yang kehilangan harapan karena setelah 18 tahun konflik terus berlanjut, tanpa ada satupun pemimpin yang mampu menyatukan negara yang terpecah-pecah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan perekonomian yang stagnan maupun meningkatkan keamanan.

Pilpres kali ini merupakan yang keempat dalam sejarah Afghanistan. Awalnya terdapat 18 calon presiden (capres), namun beberapa kandidat mengundurkan diri. Secara umum, pilpres tahun ini menjadi pertempuran sengit antara dua capres unggulan, yakni kandidat incumbent, Presiden Ashraf Ghani dan kepala eksekutif Afghanistan, Abdullah Abdullah.

Kedua tokoh itu juga bertarung sengit dalam pilpres 2014. Bahkan saat itu keduanya sama-sama mengklaim kemenangan. Pilpres 2014 di Afghanistan dinodai oleh kecurangan dan kekerasan yang memicu krisis konstitusional, sehingga memaksa Presiden Amerika Serikat (AS) terdahulu, Barack Obama, untuk mendorong kompromi yang berujung diberikannya peran subordinat kepada Abdullah.

Pemungutan suara dalam pilpres Afghanistan untuk tahun ini akan dimulai pukul 07.00 waktu setempat di sebanyak 5 ribu tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di berbagai wilayah. Otoritas Afghanistan awalnya berencana membuka ratusan TPS lainnya, namun gagal karena risiko keamanan.

Kampanye hari pertama diwarnai aksi kekerasan, saat pasangan capres Ghani menjadi target serangan bom dan serangan bersenjata yang menewaskan 20 orang. Serangan bom yang diklaim oleh Taliban juga mengguncang kampanye Ghani di Parwan, pekan lalu, yang menewaskan 26 orang.

Kementerian Dalam Negeri Afghanistan menyatakan 72 ribu personel militer akan dikerahkan untuk mengamankan TPS-TPS. Pemungutan suara akan diakhiri pada pukul 15.00 waktu setempat. [IT/R]
 
Comment