0
Wednesday 27 November 2019 - 06:44

Arab Saudi Tangkap Jurnalis dan Blogger

Story Code : 829185
Arab Saudi Tangkap Jurnalis dan Blogger
Penangkapan itu terjadi selama sepekan terakhir di Riyadh, Jeddah, dan kota-kota lain, kata ALQST, sebuah kelompok berbasis di London yang memantau pelanggaran HAM di kerajaan itu. Disebutkan bahwa para pejabat keamanan menyerbu rumah-rumah dan menyita laptop dan ponsel.
 
Penahanan terbaru ini terjadi ketika pejabat Arab Saudi berupaya memperbaiki citra kerajaan setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi tahun lalu yang memicu krisis diplomatik terburuk Riyadh dalam beberapa tahun.

Riyadh meningkatkan upaya dalam beberapa bulan terakhir kala Putra Mahkota Mohammed bin Salman mendorong rencananya meluncurkan penawaran umum perdana Saudi Aramco, perusahaan minyak negara, dan memikat investasi asing ke kerajaan. Tetapi penangkapan pekan lalu menunjukkan bahwa Pangeran Mohammed, pemimpin negara secara de facto, tidak menyerah dalam tindakan kerasnya terhadap kritik potensial.
 
"Gelombang penangkapan terakhir ini merupakan putaran lain dalam penumpasan yang berkelanjutan dan berjangka panjang terhadap para aktivis, penulis dan pendukung reformasi yang telah berlangsung sejak Mohammed bin Salman menjadi putra mahkota," kata ALQST dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Financial Times, Selasa 26 November 2019.
 
Sejak Raja Salman mempromosikan putranya yang berusia 34 tahun untuk menjadi pewaris pada Juni 2017, pangeran muda telah mempelopori reformasi ekonomi merombak ekonomi yang bergantung pada minyak dan melonggarkan pembatasan sosial, terutama bagi perempuan, di kerajaan konservatif. Tetapi para kritikus mengatakan pemerintah sudah menjadi semakin otokratis di bawah pengawasan Pangeran Mohammed. Sejumlah bangsawan, pengusaha, akademisi, ulama, aktivis wanita, dan blogger telah ditahan.
 
Tidak segera jelas mengapa delapan orang itu ditahan karena tidak ada yang dianggap sangat menonjol.
 
Mereka yang ditahan pekan lalu termasuk Fouad al-Farhan, seorang blogger dan pengusaha teknologi yang sebelumnya ditahan selama 173 hari pada 2008 setelah menulis tentang tahanan politik. Dia terus bersikap santun sejak itu dan menghindari membuat komentar publik tentang politik. Yang lainnya termasuk Abdulmajeed al-Buluwi dan Bader al-Rashed yang keduanya menulis untuk surat kabar Saudi. Abdulaziz al-Heis, seorang peneliti berpendidikan Amerika Serikat yang sebelumnya bekerja untuk jaringan televisi Al Jazeera milik Qatar, juga ditangkap, kata ALQST.
 
Riyadh telah terkunci dalam pertikaian lebih dari dua tahun dengan Doha setelah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir memberlakukan embargo regional terhadap Qatar, menuduh negara Teluk yang kaya gas itu mensponsori kelompok-kelompok militan.
 
“Pada April, kelompok Arab Saudi lainnya -- yang juga tidak dianggap sebagai aktivis terkemuka atau garis depan -- ditangkap. Mereka tetap dalam tahanan dan belum dibawa ke pengadilan,” kata ALQST.
 
Agen-agen Arab Saudi membunuh Khashoggi, seorang jurnalis veteran, ketika dia mengunjungi konsulat kerajaan di Istanbul. Dilaporkan CIA menyimpulkan bahwa Pangeran Mohammed pasti telah mengizinkan pembunuhan itu. Riyadh bersikeras bahwa itu adalah operasi jahat dan Putra Mahkota membantah bahwa dia mengetahui pembunuhan tersebut.
 
Pangeran Mohammed berkata kepada CBS News pada September bahwa pembunuhan Khashoggi adalah ‘kejahatan keji’. "Tapi saya menerima tanggung jawab penuh sebagai pemimpin di Arab Saudi, terutama karena itu dilakukan oleh individu yang bekerja untuk pemerintah Saudi," kata Pangeran Mohammed. [IT/Medcom]


 
Comment