0
Friday 29 November 2019 - 11:00
Saudi Arabia dan Gejolak Irak:

Setelah Serangan Konsulat Najaf, Diplomat Saudi Mengancam Iran dengan 'Lebih Buruk'

Story Code : 829629
Osama bin Ahmed Nuqali, Saudi Ambassador to Egypt.jpg
Osama bin Ahmed Nuqali, Saudi Ambassador to Egypt.jpg
Pada Rabu (27/11) malam, sekelompok perusuh menggunakan protes damai terhadap korupsi pemerintah dan layanan publik yang buruk sebagai kedok dan menyerbu ke misi diplomatik Republik Islam di Najaf, dan membakarnya.

Duta Besar Saudi untuk Mesir Osama bin Ahmed Nuqali mengatakan Kamis (28/11) bahwa insiden itu adalah akibat langsung dari kebijakan regional Iran dan bahwa Tehran harus menunggu lebih banyak serangan seperti itu.

"Apa yang terjadi semalam ke konsulat Iran di Najaf adalah hasil dari apa yang telah dilakukan Iran dan mereka harus menunggu lebih banyak reaksi," kata Nuqali seperti dikutip oleh surat kabar Arab Anba'a al-Youm. menambahkan. "Apa yang terjadi selanjutnya tidak akan lebih ringan dari ini."

Menyerukan apa yang dia gambarkan sebagai hubungan persaudaraan antara Irak dan Arab Saudi, utusan itu mengatakan Riyadh siap membantu "menyelamatkan" Baghdad dan "membersihkannya" dari pengaruh Tehran.

Arab Saudi membuka kembali konsulatnya di ibu kota Irak, Baghdad, pada April, mengakhiri 25 tahun absen setelah secara sepihak memutus hubungan dengan Baghdad atas invasi ke Kuwait di bawah mantan diktator Saddam Hussein.

Nuqali mengulangi tuduhan Saudi bahwa Iran "mengganggu kestabilan" negara-negara lain di Timur Tengah, termasuk Yaman di mana rezim Riyadh telah melancarkan perang mematikan sejak Maret 2015, menewaskan ribuan orang sambil menghancurkan infrastruktur negara miskin itu.

Utusan Saudi menuduh Iran mempersenjatai gerakan Houthi Ansarullah, yang telah mendorong balik terhadap agresor yang dipimpin Saudi. Iran dengan keras membantah tuduhan Saudi.

Nuqali juga menuduh Iran mengganggu kestabilan Lebanon dan Irak, yang keduanya berurusan dengan kerusuhan anti-pemerintah.[IT/r]
 
Comment