0
Monday 13 January 2020 - 03:04
Krisis HAM di Saudi Arabia:

TV Saudi Menangguhkan Penyiar Palestina karena Solidaritas dengan Yaman

Story Code : 838088
Razan Malash, Palestinian sports announcer.jpg
Razan Malash, Palestinian sports announcer.jpg
Ghanem al-Qahtani mengumumkan dalam sebuah posting Twitter bahwa Malash telah ditangguhkan dari pekerjaannya di saluran olahraga karena tweet yang kasar terhadap Kerajaan.

Qahtani menambahkan bahwa penyiar yang berbasis di Spanyol tidak bekerja secara langsung dengan jaringan olahraga Saudi, tetapi melalui perusahaan yang dikontrak oleh mereka.

Dia menuduh Arab Saudi bertanggung jawab atas munculnya kelompok teroris Takfiri Daesh di pos sebelumnya.

Arab Saudi dan sejumlah sekutu regionalnya meluncurkan serangan yang menghancurkan terhadap Yaman pada Maret 2015, dengan tujuan mengambalikan kuasa pemerintah mantan presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi dan menghancurkan gerakan Houthi Ansarullah.

Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata yang bermarkas di AS (ACLED), sebuah organisasi penelitian konflik nirlaba, memperkirakan bahwa perang telah merenggut lebih dari 100.000 nyawa selama empat setengah tahun terakhir.

PBB mengatakan lebih dari 24 juta orang Yaman sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan, termasuk 10 juta orang menderita kelaparan tingkat ekstrem.

Kembali pada tahun 2018, Pusat Penyiaran Timur Tengah (MBC) milik Saudi dan yang berbasis di Dubai memecat penyiar Ola Al-Fares setelah dia mengkritik pengakuan Presiden AS Donald Trump terhadap Yerusalem al-Quds sebagai ibukota rezim Zionis Israel.

 "Trump tidak memilih waktu yang masuk akal ... Malam ini, kami mengutuk dan besok kami menyambutnya," dia menulis tweet pada saat itu.

Trump memicu kontroversi dengan mengakui secara resmi Yerusalem al-Quds sebagai ibu kota Zionis Israel pada Desember 2017, sebelum memindahkan kedutaan negaranya ke sana dari Tel Aviv pada Mei 2018.

Guatemala dan Paraguay kemudian mengikuti jejak Washington, sebelum yang terakhir membalikkan keputusannya setelah hanya empat bulan.

Israel mengklaim seluruh Yerusalem al-Quds, tetapi komunitas internasional memandang sektor timur kota sebagai wilayah yang diduduki dan Palestina menganggapnya sebagai ibu kota negara masa depan mereka.[IT/r]
 
Comment