0
Wednesday 25 March 2020 - 13:56

Di Italia, Kematian Akibat Corona Momok Menakutkan Bagi yang Meninggal dan Ditinggal

Story Code : 852475
Banyak pasien Covid-19 yang meninggal tidak didampingi keluarga di saat-saat terakhir. (Getty Images)
Banyak pasien Covid-19 yang meninggal tidak didampingi keluarga di saat-saat terakhir. (Getty Images)
Banyak pasien Covid-19 sekarat di ruang isolasi di rumah sakit tanpa keluarga atau teman. Kunjungan dilarang karena risiko penularan terlalu tinggi.

"Pandemi ini membunuh dua kali," kata Andrea Cerato, yang bekerja di sebuah rumah duka di Milan.

"Pertama, virus mengisolasimu dari orang-orang terkasih sesaat sebelum ajal menjemput. Kemudian, ia tidak mengizinkan siapapun mendekat."

"Keluarga yang ditinggalkan merasa sangat kecewa dan kesulitan menerima kenyataan ini," kata Cerato.

Sementara otoritas kesehatan mengatakan virus tidak dapat menular dari jenazah, tapi virus dapat bertahan di pakaian untuk beberapa jam. Artinya, jenazah harus langsung dibungkus sesegera mungkin.

"Banyak keluarga bertanya dapatkah mereka melihat jenazah untuk terakhir kalinya. Tapi itu pun dilarang," kata Massimo Mancastroppa, seorang pengurus jenazah di Cremona.

Jenazah tidak dapat dirias atau menggunakan pakaian kesayangan mereka. Mereka hanya menggunakan pakaian rumah sakit yang terakhir mereka pakai.

Dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, para pengurus jenazah berfungsi juga sebagai pengganti keluarga, pengganti teman, sekaligus pengganti pendeta.

Ini karena keluarga dan teman terdekat kerap kali tengah dikarantina.

"Kami mengambil alih peran-peran tersebut," kata Cerato.

"Kami mengirim foto peti jenazah ke kerabat. Lalu kami menjemput jenazah untuk dikebumikan atau dikremasi. Mereka tak punya pilihan lain selain mempercayakan semuanya pada kami."

Hal tersulit bagi Cerato adalah tidak dapat meringankan beban hati mereka yang berduka. Tidak hanya menyebutkan daftar apa saja yang bisa ia lakukan kepada keluarga, ia kini terpaksa menyebutkan juga daftar apa saja yang tak lagi dapat ia lakukan.

"Kami tidak bisa merias (jenazah), kami tidak diperkenankan menyisir rambut jenazah, kami tidak boleh memakaikan pakaian. Kami tidak bisa membuat jenazah terlihat damai. Ini sungguh sedih", katanya.

Jika seseorang meninggal di rumah, pengurus jenazah masih diperbolehkan masuk ke dalam - tapi mereka harus menggunakan alat pelindung diri: pelindung mata, masker, sarung tangan, jubah.

Itu merupakan pemandangan yang sangat melukai hati bagi orang yang baru saja kehilangan orang terkasih.

Kebanyakan pengurus jenazah kini juga tengah dikarantina. Sebagian sudah menutup usahanya.

Kekhawatiran terbesar kali ini adalah tidak ada cukup alat pelindung diri bagi para pengurus jenazah.

Sebuah undang-undang darurat telah melarang upacara pemakaman di Italia untuk menghindari penyebaran virus.

Pelarangan seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya di negara penganut nilai-nilai Katolik tersebut. [IT/BBC/Detik]


 
Comment