Coronavirus: Tenaga Medis Turki Menyalahkan Pemerintah atas Kematian Petugas Kesehatan

Hampir 3.500 profesional medis juga telah terinfeksi virus di Turki, atau sekitar 3,6 persen dari total kasus negara.

Asosiasi Medis Turki (TTB), yang mewakili 80 persen dokter di negara itu, menyalahkan kematian dan infeksi tersebut karena kurangnya tindakan dari Ankara.

Dia menuduh pemerintah "tidak mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan tepat waktu dan efektif" dan "gagal menyediakan peralatan pelindung pribadi tepat waktu".

Pada awal April, sekitar 600 pekerja medis dipastikan terinfeksi, menurut Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca.

Jumlah staf kesehatan yang terinfeksi meningkat bulan ini karena kasus-kasus meningkat di seluruh negeri, dengan banyak pasien membanjiri rumah sakit Turki.

Di antara 24 profesional kesehatan yang telah meninggal bulan ini, 14 adalah dokter.

Dokter di Turki selama bertahun-tahun menjadi sasaran serangan, beberapa dari anggota masyarakat yang dirugikan marah karena kualitas perawatan atau keluhan atas akses ke obat atau layanan.

Para pejabat mengatakan serangan telah menurun selama krisis coronavirus dan minggu lalu parlemen mengeluarkan undang-undang yang menggandakan hukuman karena mengancam, menghina atau secara fisik menyerang petugas kesehatan.

Turki sejauh ini secara resmi mencatat 95.591 infeksi dan 2.259 kematian akibat wabah koronavirus.
Sebagian besar kasus telah dilaporkan di kota Istanbul yang paling padat penduduknya dan TTB mengatakan kota itu juga tempat mayoritas pekerja kesehatan yang terinfeksi berada.

Pemerintah menutup sekolah, universitas dan ruang publik untuk menghentikan penyebaran virus tetapi belum memberlakukan kuncian total seperti banyak negara di Eropa.

Sebaliknya, kuncian akhir pekan sepanjang hari telah diluncurkan di 31 kota di seluruh negeri.

Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan perintah penutupan minggu ini akan dimulai awal Kamis, yang merupakan hari libur umum, dan berlangsung hingga Minggu tengah malam.[IT/r]