0
Wednesday 10 June 2020 - 12:55
Konflik Sungai Nil:

Mesir Menyalahkan Ethiopia karena Menghambat Perundingan Bendungan Nil

Story Code : 867660
Nile dam, Ethiopia.JPG
Nile dam, Ethiopia.JPG
"Garis waktu harus ditetapkan untuk menyelesaikan negosiasi, sehingga tidak berubah menjadi taktik baru untuk mengulur-ulur dan mengabaikan tanggung jawab dari Deklarasi Prinsip 2015 yang disetujui ketiga negara," kata kantor Al-Sisi dalam sebuah pernyataan.

Perjanjian yang ditandatangani oleh Mesir, Ethiopia dan Sudan membuka jalan bagi pembicaraan diplomatik setelah Addis Ababa memulai pembangunan Dam Grand Renaissance Ethiopia hampir satu dekade lalu.

Pernyataan tegas dari kantor Al-Sisi mengatakan posisi Ethiopia "tidak konsisten" dengan kewajiban hukumnya dan "membayangi negosiasi."

Itu terjadi pada hari ketiga negara melanjutkan pembicaraan, setelah Sudan pada hari Senin membujuk Mesir kembali ke meja perundingan.

Namun Mesir mengatakan pada hari Selasa bahwa undangan itu "terlambat tiga minggu" karena pemerintah Ethiopia telah "mengisyaratkan niat mereka untuk bergerak maju dengan mengisi reservoir Bendungan Renaissance tanpa mencapai kesepakatan."

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan kepada anggota parlemen pada hari Senin (8/6) bahwa negaranya akan tetap pada rencananya untuk segera mulai mengisi sebagian reservoir yang dapat menampung 74 miliar meter kubik air.

“Bendungan adalah proyek yang akan menarik Ethiopia keluar dari kemiskinan. Ethiopia ingin berkembang bersama dengan yang lain, tidak merugikan kepentingan negara lain, ”katanya.

Pada pertengahan Mei, Menteri Luar Negeri Ethiopia Gedu Andargachew menuduh Mesir sebagai penghalang dan mengatakan negaranya "tidak memiliki kewajiban hukum untuk meminta persetujuan Mesir untuk mengisi bendungan."

Menteri irigasi dan air dari tiga negara di lembah Nil mulai bertemu melalui konferensi video Selasa bersama dengan tiga pengamat dari Amerika Serikat, Uni Eropa dan Afrika Selatan.

Menyusul beberapa putaran negosiasi yang gagal, Amerika Serikat dan Bank Dunia mensponsori pembicaraan dari November 2019 yang bertujuan mencapai kesepakatan komprehensif.

Baik Khartoum dan Kairo khawatir bendungan setinggi 145 meter (480 kaki) akan mengancam pasokan air esensial begitu waduk mulai diisi pada Juli seperti yang direncanakan oleh Addis Ababa.

Tetapi Mesir, yang sangat bergantung pada Sungai Nil, khawatir tentang bagian airnya, Sudan berharap bendungan itu dapat menyediakan listrik yang sangat dibutuhkan dan membantu mengatur banjir.

Nil sepanjang 6.600 kilometer (3.900 mil) adalah jalur penyelamat yang memasok air dan listrik ke 10 negara yang dilaluinya.

Anak-anak sungainya, Nil Putih dan Biru, bertemu di ibukota Sudan Khartoum sebelum mengalir ke utara melalui Mesir untuk mengalir ke Laut Mediterania.[IT/r]
 
Comment