0
Sunday 20 September 2020 - 13:22
AS vs Iran di DK PBB:

Pompeo: “Sanksi PBB terhadap Iran Telah Dipulihkan, Termasuk Perpanjangan Embargo Senjata Secara Permanen”

Story Code : 887338
Mike Pompeo. US Secretary of State..jpg
Mike Pompeo. US Secretary of State..jpg
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan kembali pada akhir Agustus bahwa Washington telah memicu proses 30 hari untuk memulihkan hampir semua sanksi PBB terhadap Tehran, karena kegagalan Iran untuk "menegakkan misinya" untuk menjaga perdamaian dan keamanan.

"Selain embargo senjata, ini termasuk pembatasan seperti larangan Iran terlibat dalam kegiatan pengayaan dan pemrosesan ulang, larangan pengujian dan pengembangan rudal balistik oleh Iran, dan sanksi atas transfer teknologi terkait nuklir dan rudal ke Iran, antara lain," kata Pompeo.

Dia menambahkan bahwa AS "tidak akan ragu-ragu untuk menegakkan sanksi kami, dan [mereka] mengharapkan semua Negara Anggota untuk sepenuhnya mematuhi kewajiban mereka di bawah pembatasan yang diberlakukan kembali ini".

Pompeo juga mengatakan bahwa AS akan melanjutkan "kampanye tekanan maksimum" terhadap Iran sampai kesepakatan komprehensif tercapai.

"Dalam beberapa hari mendatang, Amerika Serikat akan mengumumkan serangkaian langkah tambahan untuk memperkuat penerapan sanksi PBB dan meminta pertanggungjawaban pelanggar," kata Menlu AS.

Perwakilan Khusus untuk Iran dan Venezuela Elliott Abrams menegaskan kembali sentimen ini pada hari Rabu, mengatakan kepada wartawan bahwa Washington mengharapkan semua tindakan untuk diterapkan kembali.

Pemerintahan Trump mengharapkan sanksi PBB akan diberlakukan kembali di Iran pada 00:00 GMT pada hari Minggu (20/9).

Inggris, Prancis, dan Jerman telah menentang batas waktu Amerika Serikat untuk memberlakukan kembali tindakan hukuman. Dalam sebuah surat yang dikirim ke Dewan Keamanan PBB, tiga negara Eropa mengatakan bahwa keringanan sanksi, yang disepakati sebagai bagian dari kesepakatan nuklir 2015 yang membatasi kemampuan nuklir Iran, akan tetap berlaku setelah Minggu.

Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 pada 8 Mei 2018, memberlakukan kembali pembatasan ekonomi yang keras terhadap Tehran. Setahun kemudian, Iran mengumumkan bahwa mereka telah mulai menangguhkan beberapa kewajibannya berdasarkan kesepakatan nuklir.

Iran mengatakan bahwa Amerika Serikat telah melancarkan kampanye bertarget terhadap negara tersebut, mencoba untuk campur tangan dalam politik internalnya dan mengisolasi Iran di wilayah tersebut. Menteri Luar Negeri Iran Zarif juga mengkritik sanksi keras yang diberlakukan AS terhadap negara itu, dengan mengatakan bahwa kebijakan ini mempengaruhi "teman dan musuh."[IT/r]
 
Comment