QR Code

Normalisasi Dengan Israel Memperbanyak Perbedaan, Memicu Ketidakamanan Di Wilayah

27 Sep 2020 23:01

IslamTimes- Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain menandatangani perjanjian normalisasi yang kontroversial dengan Israel di Gedung Putih pada 15 September, di tengah kemarahan di seluruh Palestina dan dunia Muslim.

Segala bentuk normalisasi dalam hubungan antara Israel dan negara-negara kawasan tidak hanya merupakan pengkhianatan mendalam terhadap hak-hak warga Palestina, tetapi juga memperdalam kesenjangan di antara negara-negara yang mengambil langkah tersebut, kata sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran (SNSC). .

Ali Shamkhani membuat komentar dalam pertemuan hari Minggu dengan Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein yang sedang berkunjung sehubungan dengan langkah baru-baru ini oleh dua negara Teluk Arab untuk menjalin hubungan penuh dengan Israel dalam kesepakatan yang dimediasi oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain menandatangani perjanjian normalisasi yang kontroversial dengan Israel di Gedung Putih pada 15 September, di tengah kemarahan di seluruh Palestina dan dunia Muslim.

Kesepakatan yang ditengahi AS membuat UEA dan Bahrain menjadi negara Arab ketiga dan keempat yang bergerak untuk menormalisasi hubungan sejak Israel menandatangani perjanjian dengan Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.

Selama pertemuan hari Minggu, kepala keamanan Iran mengatakan rezim Zionis mempromosikan rencana melalui normalisasi hubungan dengan negara-negara kawasan tertentu melalui dukungan Washington, yang memiliki tujuan tunggal yaitu membantu Tel Aviv membangun dominasinya atas wilayah tersebut.

“Proses ini adalah pengkhianatan besar dan pelanggaran nyata terhadap hak-hak rakyat Palestina. Selain itu, hal itu tidak hanya menimbulkan rasa tidak aman dan menciptakan perpecahan di kawasan, tetapi juga menempatkan keberadaan negara-negara yang mencapai kompromi dengan Israel dalam bahaya serius, ”kata Shamkhani.(IT/TGM)

Story Code: 888763