0
Tuesday 6 October 2020 - 15:18
Saudi Arabia dan Kesepakatan Arab Teluk - Zionis Israel:

Mantan Kepala Intelejen Saudi: Penentangan Kepemimpinan Palestina terhadap Normalisasi Arab-Israel Tercela

Story Code : 890441
Prince Bandar bin Sultan bin Abdulaziz, Former Saudi intelligence chief.jpg
Prince Bandar bin Sultan bin Abdulaziz, Former Saudi intelligence chief.jpg
Berbicara dalam sebuah wawancara dengan jaringan berita televisi al-Arabiya milik Saudi yang disiarkan pada hari Senin (5/10), anggota senior Kearjaan Saudi menyebut kritik otoritas Palestina sebagai "pelanggaran" dan "wacana tercela."

"Tingkat wacana yang rendah ini bukanlah yang kami harapkan dari para pejabat yang berusaha mendapatkan dukungan global untuk perjuangan mereka," katanya dalam sambutan pedas.

Dengan mediasi Washington, UEA dan Bahrain bulan lalu sepakat untuk membangun hubungan diplomatik dengan Zionis Israel, dalam kesepakatan yang dikutuk oleh Palestina sebagai "tusukan di belakang" bangsa yang tertindas dan pengkhianatan terhadap perjuangannya melawan pendudukan Israel.

“Perjuangan Palestina adalah penyebab yang adil tetapi para pendukungnya gagal, dan perjuangan Zionis Israel tidak adil tetapi para pendukungnya telah terbukti berhasil. Itu meringkas peristiwa 70 atau 75 tahun terakhir,” komentar bin Sultan.

Mantan kepala intelejen Saudi itu kemudian mengkritik keras kepemimpinan Palestina atas apa yang dia klaim berulang kali kehilangan kesempatan untuk mencapai kesepakatan dengan rezim Zionis Israel, dan karena menerima bantuan Saudi sambil mengabaikan agenda politik rezim Riyadh.

“Zionis Israel sedang berusaha meningkatkan pengaruhnya, sementara orang Arab sibuk satu sama lain. Orang-orang Palestina dan para pemimpin mereka memimpin perselisihan ini di antara orang-orang Arab," kata bin Sultan.

Hubungan antara Palestina dan kerajaan Teluk Persia yang konservatif telah menurun selama bertahun-tahun.

Otoritas Palestina belum menerima bantuan dari UEA sejak 2014, sementara Arab Saudi mulai secara agresif memenjarakan dan menuntut anggota gerakan perlawanan Hamas pada 2017.

Para ahli dan pakar percaya Arab Saudi telah mulai mengubah wacana publik tentang Zionis Israel, dan pernyataan bin Sultan sejalan dengan hubungan yang menghangat antara kerajaan dan rezim Tel Aviv.[IT/r]
 
Comment