0
Thursday 29 October 2020 - 09:42

Erdogan: Mereka Ingin Meluncurkan Kembali Perang Salib

Story Code : 894667
Erdogan in Assembly meeting (PressTV).
Erdogan in Assembly meeting (PressTV).
Dilansir Press TV, dalam pidatonya di hadapan anggota Partai AK di Parlemen pada hari Rabu, Erdogan menekankan bahwa melawan serangan terhadap Nabi saw adalah "masalah kehormatan bagi kami."

Dia melanjutkan,  "Saya sedih dan frustrasi bukan karena serangan menjijikkan terhadap saya secara pribadi tetapi karena ketidaksopanan membidik nabi kita yang kita cintai lebih dari diri kita sendiri."

Barat "sekali lagi menuju ke masa kebiadaban", tambahnya, menggambarkan kekuatan kolonial sebagai "pembunuh" untuk jejak mereka di Afrika dan Timur Tengah.

"Mereka benar-benar ingin meluncurkan kembali Perang Salib. Sejak Perang Salib, benih kejahatan dan kebencian mulai berjatuhan di tanah [Muslim] ini dan saat itulah perdamaian terganggu," lanjutnya.

Awal bulan ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron secara terbuka menyerang Islam dalam membela penerbitan kartun yang menghina Nabi Muhammad sw.

Dia membuat pernyataan itu pada peringatan nasional untuk seorang guru sekolah Prancis yang dibunuh oleh seorang remaja asal Chechnya setelah sang guru menunjukkan kepada siswanya karikatur Nabi saw yang diterbitkan oleh majalah satir Charlie Hebdo.

Presiden Macron mengatakan dia tidak akan "melepaskan karikatur itu." Dia menggambarkan Islam sebagai agama yang berada "dalam krisis" dan menyatakan perang terhadap "separatisme Islam," yang diklaimnya telah mengambil alih populasi Muslim Prancis yang diperkirakan berjumlah enam juta orang.

Komentar tersebut membuat marah tidak hanya komunitas Muslim di Prancis, tetapi semua negara Islam, yang menyebabkan protes dan seruan boikot.

Menanggapi pernyataan Macron, Erdogan mengatakan pada hari Sabtu bahwa pemimpin Prancis membutuhkan "perawatan kesehatan mental."

Presiden Turki pada hari Senin juga meminta rakyatnya untuk memboikot produk Prancis.

Charlie Hebdo kemudian menerbitkan kartun yang mengejek Erdogan, menambah bahan bakar dalam api kemarahan di Turki.

Para pejabat Turki mengatakan Ankara akan mengambil tindakan hukum dan diplomatik sebagai tanggapan atas kartun itu, menyebutnya sebagai "upaya menjijikkan" untuk "menyebarkan rasisme dan kebencian budaya".

Menurut media pemerintah Turki, jaksa Ankara telah melakukan penyelidikan terhadap para eksekutif Charlie Hebdo.

Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan pada Rabu mengatakan bahwa Kuasa Usaha Prancis telah  dipanggil terkait karikatur tersebut.

Prancis dan Turki telah berselisih karena sejumlah masalah, termasuk Mediterania timur dan Libya.

Menteri Urusan Eropa Prancis pada Rabu mengatakan bahwa negaranya akan "mendorong tanggapan Eropa yang kuat, yang mencakup sanksi" atas serangkaian "provokasi" Erdogan.[IT/AR]
Comment