0
Monday 7 December 2020 - 22:22
Eropa dan Kesepakatan N Iran - P5+1:

Prancis, Jerman dan Inggris 'Prihatin' Atas Rencana Iran untuk Menyiapkan Mesin Sentrifugal Baru di Situs Nuklir Natanz

Story Code : 902250
Natanz Nuclear Plant.jpg
Natanz Nuclear Plant.jpg
Iran berhenti mematuhi persyaratan kesepakatan nuklir 2015 pada Mei 2019 setelah AS menarik diri dari perjanjian itu dan menjatuhkan sanksi pada Republik Islam itu.
 
"Jika Iran serius tentang menjaga ruang untuk diplomasi, dia tidak boleh menerapkan langkah-langkah ini," bunyi pernyataan bersama itu.
 
Bulan lalu, parlemen Iran mengesahkan undang-undang yang mempertimbangkan perluasan program nuklir negara itu dan membatasi sejauh mana Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dapat memantaunya.
 
Kantor berita Tasnim sebelumnya melaporkan bahwa RUU baru, yang dijuluki "Langkah strategis untuk penghapusan sanksi", ditujukan untuk merevitalisasi kegiatan nuklir Iran setelah pembunuhan fisikawan nuklir Mohsen Fakhrizadeh. RUU itu juga mempertimbangkan peningkatan tingkat pengayaan uranium menjadi 20 persen atau lebih - menjadikannya tingkat senjata.
 
Saat ini, Iran memperkaya uranium lebih dari 4 persen, sedangkan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) membatasi tingkat kemurnian 3,67 persen.
 
Anggota parlemen Iran mengatakan bahwa jika sisa penandatangan kesepakatan nuklir Iran tidak membantu Teheran dengan sanksi ekonomi AS, negara itu tidak akan lagi mematuhi perjanjian dan melarang pengawas IAEA mengunjungi situs nuklirnya.
 
JCPOA ditandatangani di Wina pada musim panas 2015, antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa: China, Prancis, Rusia, Inggris Raya, Amerika Serikat plus Jerman bersama dengan Uni Eropa.
 
Pada 8 Mei 2018, AS secara resmi menarik diri dari perjanjian tersebut setelah Presiden Trump menandatangani Memorandum Presiden yang memerintahkan penerapan kembali sanksi yang lebih keras.
 
Setahun kemudian, Iran membuat tindakan penanggulangan: menghentikan penjualan uranium yang diperkaya berlebih dan air berat ke negara lain.
 
Selain itu, Presiden Hassan Rouhani mengatakan bahwa Iran akan melanjutkan pengayaan uranium melebihi 3,67 persen jika penandatangan lain tidak memenuhi tugas mereka untuk membiarkan Iran menerima manfaat ekonomi dari JCPOA.[IT/r]
 
Comment