0
Wednesday 2 June 2021 - 11:35
Gejolak Afghanistan:

Sedikitnya 10 Tewas, 12 Luka-luka dalam Serangan Bom di Kabul

Story Code : 935842
Afghan security personnel stand guard at a checkpoint on a road in Kabul
Afghan security personnel stand guard at a checkpoint on a road in Kabul
Hamid Roshan, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, mengatakan dua bom meledak di lokasi terpisah di lingkungan Kabul barat Selasa (1/6) malam, menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai belasan lainnya.

Roshan mengatakan dua pemboman, keduanya menargetkan minivan, terjadi di sebagian besar daerah etnis Hazara di ibu kota, dengan yang pertama meledak di dekat rumah seorang pemimpin Hazara terkemuka, Mohammad Mohaqiq, dan yang kedua di depan sebuah masjid.

Polisi menutup kedua daerah tersebut dan para penyelidik sedang menyaring puing-puing.

Sangar Niazai, juru bicara departemen pasokan listrik pemerintah, mengatakan bom ketiga merusak parah stasiun jaringan listrik di Kabul utara.

Tidak ada klaim tanggung jawab langsung atas ledakan itu, tetapi kelompok teroris Takfiri Daesh yang beroperasi di Afghanistan sebelumnya telah menyatakan perang terhadap Muslim dan kelompok agama lain di negara berpenduduk 36 juta orang itu.

Ratusan warga sipil Afghanistan tewas, terluka dalam beberapa bulan terakhir.

Seperti yang ditunjukkan oleh laporan resmi, kekerasan yang terutama berasal dari ledakan bom, pembunuhan dan serangan terkoordinasi yang diluncurkan oleh kelompok teroris telah meningkatkan jumlah korban sipil di Afghanistan secara tajam.

Daesh mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan pada bulan Mei di pembangkit listrik Afghanistan di Kabul dan di beberapa provinsi lainnya.

Pada 9 Mei, sebuah bom mobil dan dua bom pinggir jalan meledak di luar sekolah menengah perempuan, juga di lingkungan yang didominasi Hazara di Kabul barat, menewaskan hampir 90 orang, banyak dari mereka adalah pelajar.

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pembantaian di sekolah tersebut.

Semua pasukan asing seharusnya ditarik pada 1 Mei, sebagai bagian dari kesepakatan yang telah dicapai AS dengan Taliban di ibu kota Qatar, Doha, tahun lalu. Tetapi Presiden AS Joe Biden bulan lalu mendorong tanggal itu kembali ke 11 September.

Taliban memperingatkan bahwa melewati batas waktu 1 Mei untuk penarikan penuh "membuka jalan bagi" para militan untuk mengambil setiap tindakan balasan yang mereka anggap tepat terhadap pasukan asing di daerah itu. [IT/r]
Comment