0
Monday 10 January 2022 - 06:17

Pemimpin Gereja Palestina: Ekstremis Israel Mengancam Kehadiran Kristen di Yerusalem

Story Code : 972778
Theopilos III (The New Arab).
Theopilos III (The New Arab).
Dalam sebuah kolom di Times of London pada hari Sabtu, Yang Diberkahi Theophilos III, mengatakan dia yakin tujuannya adalah untuk mengusir komunitas Kristen dari Kota Tua Yerusalem, yang memiliki situs-situs suci bagi Yudaisme, Kristen dan Islam.

Israel merebut Yerusalem Timur, termasuk Kota Tua, bersama dengan Tepi Barat dan Jalur Gaza dalam perang 1967. Israel juga mencaplok Yerusalem Timur setelah perang dalam sebuah langkah yang belum mendapat pengakuan internasional.

"Kehadiran kami di Yerusalem berada di bawah ancaman," tulis sang patriark dalam artikel yang diterbitkan sehari setelah perayaan Natal Ortodoks Yunani seperti dilansir The New Arab pada hari Minggu.

"Gereja-gereja kami diancam oleh kelompok pinggiran radikal Israel. Di tangan para ekstremis Zionis ini, komunitas Kristen di Yerusalem sangat menderita," katanya.

"Saudara dan saudari kita adalah korban kejahatan kebencian. Gereja-gereja kita secara teratur dinodai dan dirusak. Klerus kita sering menjadi sasaran intimidasi."

Dengan menyebut ekstremis sebagai Israel, kritik Theophilos lebih pribadi dan tajam daripada pernyataan kolektif yang dikeluarkan oleh kepala gereja lain di Yerusalem sebelum Natal.

Pernyataan kepala gereja lain berbicara tentang "serangan yang sering dan berkelanjutan oleh kelompok-kelompok radikal pinggiran" tetapi tidak mengidentifikasi mereka sebagai orang Israel.

Sebuah laporan Departemen Luar Negeri AS yang diterbitkan tahun lalu tentang kebebasan beragama di seluruh dunia mengatakan para pendeta dan peziarah Kristen terus melaporkan contoh-contoh orang Yahudi ultra-Ortodoks di Yerusalem yang melecehkan atau meludahi mereka.

Pada hari Minggu, seorang pejabat Israel mengatakan kenyataan di lapangan bagi orang Kristen benar-benar berbeda dari yang dijelaskan oleh patriark, mengutip pernyataan Kementerian Luar Negeri pada 22 Desember yang membantah klaim para pemimpin gereja sebelumnya.

"Sejak hari didirikan, Israel telah berkomitmen untuk kebebasan beragama dan beribadah untuk semua agama, serta untuk memastikan kebebasan akses ke tempat-tempat suci," kata pernyataan kementerian itu.

Dalam kolomnya, Theophilos mengatakan para radikal yang dia kritik "tidak mewakili negara Israel atau orang-orang Yahudi," dan menyerukan Yerusalem untuk tetap menjadi "komunitas mosaik" yang beragam dari Yudaisme, Kristen, dan Islam.[IT/AR]
Comment