Islam Times - Kepala Nuklir: Iran Bekerja untuk Memproduksi Bahan Bakar yang Diperkaya 60%

IslamTimes - Kepala Organisasi Energi Atom Iran telah mengumumkan swasembada negara sepenuhnya dalam siklus bahan bakar nuklir, mengatakan Republik Islam sekarang bekerja untuk memproduksi bahan bakar nuklir dengan kemurnian 60%.

Iran memulai proses pengayaan uranium hingga kemurnian fisil 60% di pembangkit nuklir di atas tanah di Natanz, badan nuklir PBB mengkonfirmasi pada April 2021. Itu membuat langkah tersebut sebagai tanggapan atas ledakan yang merusak peralatan di Pabrik Pengayaan Bahan Bakar bawah tanah di Natanz. Negara tersebut sebelumnya hanya mencapai kemurnian 20%.

“Usaha musuh dengan melakukan sabotase di bidang teknologi nuklir telah menjadikannya garis depan. Ilmuwan kami berdiri atas perintah Pemimpin (Ayatollah Sayyid Ali Khamenei) yang mengatakan, 'Bangunlah dirimu sendiri'.

"Mereka bertindak atas masalah bahan bakar 20%, yang dibutuhkan oleh reaktor riset Tehran, dan hari ini kami tidak hanya memproduksi bahan bakar 20% tetapi juga bekerja untuk memproduksi bahan bakar 60%," kata Mohammad Eslami, Rabu (18/5).

Pejabat itu menyinggung tentang produksi penting radiofarmasi, dengan mengatakan bahwa negara itu sekarang sedang bergerak menuju penggunaan pengobatan nuklir dalam terapi plasma.

Eslami juga menyinggung peran "sangat penting" dari air berat yang coba dilarang oleh musuh untuk digunakan Iran dengan menuduhnya berusaha memproduksi senjata nuklir.

Dia mengatakan jika bukan karena strategi Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Sayyid Ali Khamenei, "kita tidak akan masuk ke teknologi nuklir dan tertinggal jauh sekarang".

Eslami berkata, "Rencana pembangunan negara harus bergerak tanpa gangguan, dan upaya para ilmuwan dan pemuda negara harus dihabiskan untuk tujuan besar negara, dan kita harus menanggung kesulitan dan perubahan untuk mencapai puncaknya."

Dia juga mengatakan sains dan teknologi adalah bidang pemberdayaan, tetapi organisasi internasional telah berupaya dalam beberapa tahun terakhir untuk menjadikan bidang kedirgantaraan, teknologi nuklir, teknologi informasi, bioteknologi, dan nanoteknologi sebagai domain avant gard eksklusif untuk beberapa negara tertentu dan mencegah yang lain, termasuk Iran, dari mencapainya dengan menciptakan rintangan.[IT/r]