0
Thursday 26 May 2022 - 10:08

Al-Waght: Apakah Hitung Mundur Suksesi Bin Salman Sudah Dimulai?

Story Code : 996136
Al-Waght: Apakah Hitung Mundur Suksesi Bin Salman Sudah Dimulai?
Dalam sebuah analisa yang diturunkan Al-Waght pada Rabu, disebutkan bahwa ada laporan tentang Bin Salman yang akan menjadi pengganti di tengah kondisi kritis Raja Salman bin Abdulaziz. Dan langkah kebijakan luar negeri Bin Salman baru-baru ini menunjukkan bahwa dirinya akan segera mengambil alih kekuasaan.

Hal itu tersirat jelas dari kunjungan Bin Salman ke UEA untuk menyampaikan belasungkawa kepada Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed bersama delegasi pejabat senior Saudi dari semua cabang keluarga kerajaan. Kehadiran pangeran pembangkang seperti Muhammad bin Nayef dan Abdulaziz bin Ahmad, putra satu-satunya saudara lelaki raja Saudi yang masih hidup dan salah satu saingan serius bin Salman dalam perkara tahta, di antara sahabat-sahabat bin Salman merupakan sinyal jelas yang menunjukkan konsolidasi persatuan di rumah Saud. Bin Salman mencoba mengirim pesan kepada publik bahwa transisi kekuasaan sudah semakin dekat.

Beberapa sumber juga menyatakan bahwa bin Salman akan membebaskan beberapa pangeran dari penjara, yang merupakan tanda lain dari mudahnya perselisihan dalam keluarga yang berkuasa, karena kesetiaan semua pangeran perlu bagi bin Salman untuk memulai pemerintahan. Di sisi lain, dia ingin berpura-pura bahwa dirinya tidak berperan dalam pemenjaraan para pangeran yang memberontak; bahwa semua tindakan itu dilakukan atas perintah Raja Salman.

Juga, penguatan hubungan dengan Turki, pembicaraan dengan pejabat AS untuk memperbaiki hubungan dan menyelesaikan perselisihan menunjukkan bahwa hal-hal khusus sedang terjadi di Arab Saudi dan transisi kekuasaan hanya menunggu waktu.

Enam tahun lalu, bin Salman mengambil kesempatan drai posisi sebagai putra mahkota ketika Presiden AS Donald Trump mengunjungi Riyadh, dan ini tampaknya terulang kembali, dan mungkin selama kunjungan Biden ke Arab Saudi, bin Salman akan merayakan kenaikan tahtanya. 

Bagaimanapun, penguasa Saudi membutuhkan dukungan AS untuk melanjutkan kekuasaan mereka, dan kehadiran presiden AS ketika bin Salman naik takhta akan melegitimasi raja baru.

Kebijakan Bin Salman termasuk penentangan terhadap peningkatan produksi minyak setelah krisis Ukraina, kebijakan hati-hati terhadap Rusia dan kedekatan dengan China dalam beberapa tahun terakhir telah merusak hubungan antara Riyadh dan Washington, sehingga Bin Salman, yang sangat membutuhkan dukungan AS untuk mentransfer kekuasaan, telah meningkatkan diplomasi baru-baru ini.

Mengingat bahwa pemerintahan Demokrat di AS tidak berandangan positif terhadap kebijakan HAM bin Salman, ia telah mengirim saudaranya untuk mencari bantuan pejabat Washington, dan kebijakan ini tampaknya berhasil karena laporan menunjukkan bahwa Joe Biden dan kepala CIA akan melakukan perjalanan ke Arab Saudi dalam waktu dekat untuk bertemu dengan bin Salman.

Jika semuanya berjalan sesuai dengan tuntutan bin Salman dan Amerika menunjukkan lampu hijau, dia mungkin akan mengulangi kepada Biden peredaan yang sama yang dia buat untuk Trump dan akan menandatangani kesepakatan senjata multi-miliar sebagai imbalan atas dukungan Washington untuk suksesinya.

Menggunakan tangan besi untuk meletakkan jabatannya sebagai putra mahkota dan memenjarakan banyak bangsawan lawan, dia melihat ancaman ada dalam oposisi mereka, yang dapat menenggelamkan kerajaan ke dalam periode ketidakstabilan. Oleh karena itu, bin Salman sangat membutuhkan dukungan regional dan internasional, terutama dari AS, untuk transisi kekuasaan yang lebih lancar.

Mengingat fakta bahwa Salman bin Abdulaziz adalah putra terakhir dari pendiri Arab Saudi modern, transfer kekuasaan dari dia ke putranya adalah transfer ke keturunan Abdulaziz, dan generasi kedua dari dinasti Saudi akan mengambil alih kekuasaan, dengan bin Salman berada di depan. Bin Salman telah merencanakan hari seperti itu selama bertahun-tahun dan telah memulai rencananya untuk mengubah Arab Saudi menjadi negara modern dan bergaya Barat.

Salah satu alasan mengapa dia terburu-buru untuk naik takhta adalah naiknya Mohammed bin Zayed di UEA. Keduanya memiliki kesamaan dan dalam beberapa tahun terakhir memiliki peran yang jelas dalam menentukan kebijakan nasional dan luar negeri. Contohnya adalah perang Yaman, serta ketegangan dengan Turki dan Iran. Dengan bin Salman dan bin Zayed yang berbeda dari generasi penguasa sebelumnya, asumsi kekuasaan akan mendekatkan kebijakan Riyadh dan Abu Dhabi.

Gerakan politik yang luas di Arab Saudi akhir-akhir ini mungkin menunjukkan bahwa transisi kekuasaan akan terjadi sebelum kematian Raja Salman dan melalui penculikan.[IT/AR]
Comment