0
1
Komentar
Sunday 8 November 2009 - 14:18

QUO VADIS PEMUDA INDONESIA?

Story Code : 14674
Pemuda Indonesia
Pemuda Indonesia



 Inilah yang mengemuka dalam perbincangan santai namun penuh semangat dengan Muhammad Jawad, ketua Ikatan Pemuda Ahlul Bait Indonesia (IPABI) yang saat ini banyak berupaya untuk membangun pusat-pusat keunggulan bagi generasi harapan bangsa ini, di sekretariatnya di kota hujan, Bogor, belum lama ini. Berikut petikannya.

Pertama, ada semacam kegamangan yang melanda kalangan muda kita. Mereka sekarang ini kebanyakan tak memiliki orientasi yang jelas tentang masa depan mereka; hidup tanpa prinsip dan pandangan hidup yang jelas. Bagaimana Anda memandang persoalan ini?

Bismillahirrahmanirrahim. Di satu sisi, memang demikianlah kenyataannya. Kebanyakan di antara pemuda kita memang terjebak dalam arus kehidupan yang hanya mementingkan hal-hal yang berbau permukaan, semacam gaya berpakaian, mode rambut, dan lain-lain, atau hanya berorientasi pada pemuasan kecenderungan untuk bersenang-senang, semacam berselancar di dunia maya, ber-facebook ria, atau nongkrong di pinggir jalan di malam minggu di antara sesama pengendara vespa, dan lain-lain. Namun, saya lebih melihatnya dari sisi lain, yaitu mereka sebagai korban. Maksudnya, mereka telah dimangsa oleh nilai-nilai kebudayaan lain, melalui apa yang terkenal sebagai serangan budaya. Dalam hal ini, kita semua boleh dibilang tak luput darinya; disadari ataupun tidak. Karena dalam peperangan ini, korbannya memang tak merasakan sakit ataupun terluka secara fisik, bahkan seolah mendapatkan nikmat.

Jadi Anda melihat adanya genderang perang yang dengan sengaja ditabuh untuk merusak generasi muda kita?

Tepat sekali! Musuh-musuh Islam tak ingin kita memiliki pemuda yang berkesadaran dan berwawasan luas. Mereka ingin agar pemuda kita jauh dari agamanya dan tak peduli dengan persoalan-persoalan yang menimpa bangsa dan negaranya, serta penderitaan yang dialami saudara-saudara muslimnya. Paling tidak, musuh hendak menjadikan kita dan pemuda kita hanya sebagai pasar bagi barang-barang produksi mereka. Melalui pencitraan yang ditanamkan ke kepala kita dengan sarana media, merekalah yang menentukan apa yang baik dan apa yang buruk kita, dan mengubah-ubahnya sesuai kepentingan pasar mereka. Misal, dulu mereka menanamkan di benak putri-putri kita sebuah citra bahwa rambut yang cantik itu adalah yang keriting, sehingga beramai-ramailah para pemudi mengeritingkan rambutnya ke salon kecantikan. Sekarang, mereka mengubah citra itu, bahwa yang cantik justru yang rambutnya lurus. Maka, ramailah alat-alat dan produk-produk kecantikan yang berkait dengan rambut lurus dan upaya meluruskan rambut!

Siapa pelakunya? Apakah kekuatan asing atau anasir dalam negeri yang memang berorientasi pada nilai kebudayaan tertentu?

Tak ada bedanya… Di zaman seperti sekarang ini, batas-batas negara memang menjadi tak bermakna. Segalanya sekarang bersifat trans-nasional. Kalau kita hendak membuat kategori, maka dapat dikatakan bahwa secara ekonomi, kepentingan kapitalisme-globallah yang menjadi biang dari kerusakan itu. Namun kalau kita hendak membahasnya secara politik dan ideologi, atau dalam sekala yang luas, maka tentu saja kaum Zionislah yang sangat berkepentingan untuk menghancurkan kita dan kaum muda kita. Mereka melihat bahwa pemuda muslimlah yang akan mengubur mimpi-mimpi rasis mereka untuk melakukan kejahatan kemanusiaan yang berterusan guna menguasai seluruh dunia. Tentu Anda ingat apa yang dikatakan wakil mereka di PBB saat mereka membantai anak-anak kecil yang tak berdosa di distrik Nabatiyah, Lebanon selatan pada tahun 2006. Bahwa mereka itu memang anak-anak, tapi mereka akan menjadi ancaman bagi kehadiran ilegal kaum Zionis di bumi Palestina, katanya.

Nah, untuk melakukan penangkalan atas upaya-upaya semacam itu bagaimana? Perlukah kita memperketat dan mengawasi penggunaan internet, misalnya, terutama untuk anak-anak dan remaja kita?

Saya pikir, cara-cara semacam itu tidak akan efektif. Kalaupun ada pengaruh yang dapat ditimbulkannya, tentu akan bersifat sementara. Ada hal yang lebih kuat dan bertahan lama yang mesti kita bangun dalam diri mereka, tetapi memang memerlukan waktu yang relatif lebih panjang, juga kesabaran yang prima. Yaitu, menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam kesadaran mereka. Maksudnya, agama bukan sebagai mata-ajaran yang dipelajari dan hanya menjadi wacana, tetapi agama yang hidup dalam degup jantung dan aliran darah di nadi mereka. Agama yang menghidupi mereka dengan air-jernih harapan akan masa depan. Agama yang melintasi batas-batas waktu dan tembok tebal serta keruhnya kesenangan duniawi. Ya, generasi muda muslim perlu memiliki cara pandang dan gaya hidup yang khas, tetapi bukan berarti mereka menjadi anti-sosial atau anti-teknologi, misalnya. Justru mereka harus lebur dalam perjuangan untuk mengangkat martabat bangsa dan menguasai kecakapan-kecakapan yang diperlukan.

Caranya?

Pertama, pandangan-dunia tauhid harus diperkuat dalam diri mereka, kemudian mereka juga harus memahami kesempurnaan Islam sebagai sebuah agama. Selanjutnya, mereka harus mengambil jalur para pemuka Islam, Rasulullah saw dan keluarganya, serta para pemimpin yang otoritatif secara ilahiah dan para ulama-pejuang Islam. Nah, beragam cara atau metode dapat ditempuh, seperti kajian keislaman, pembinaan (training) motivasi, ibadah dan ritual keagamaan, bahkan acara-acara yang bersifat kepemudaan semacam outbond, olah raga, dan lain-lain. Saya kira, kita mesti belajar secara langsung dari para pemuda sendiri tentang persoalan ini dengan cara duduk dan bergaul dengan mereka.

Apakah Anda memandang dengan optimis peran para pemuda di masa yang akan datang?

Saya sangat optimis… Justru dengan harapan itulah kita akan bergerak maju. Bukankah mereka masih jernih dalam memandang persoalan? Dan bukankah dengan begitu mereka akan menangkap kemurnian dan kesejatian Islam? Bahkan di tengah badai fitnah yang diarahkan terhadap Islam belakangan ini dan dengan kerancuan pandangan tentang Islam yang diembuskan kepada generasi muda kita sehingga sebagian mungkin tertipu dengan tindak terorisme, misalnya, saya tetap optimis bahwa generasi muda kita yang berkesadaran nan tulus akan menangkap pesan Islam yang sesungguhnya dan murni. Zaman ini adalah zaman kebangkitan Islam; takkan ada yang mampu mencegahnya. Tugas kita hanyalah mengantarkan dan memfasilitasi pemuda-pemudi kita untuk menjalankan tugas kesejarahan mereka dalam menyambut fajar kemenangan Islam. Wallahu a’lam.






Comment


Australia
Pemuda selalu menjadi sasaran intrik dan pengrusakan oleh musuh... Selamat bagi yang berjuang untuk menyelamatkan mereka...