Menlu Iran: Gencatan Senjata Dicapai karena 'Israel' Hanya Mengerti Bahasa Kekuatan

Menurut Amir abdollahian, Zionis ‘Israel’ meluncurkan “serangan membabi buta terhadap perempuan dan anak-anak” untuk “menutupi krisis berlapis-lapis di wilayah pendudukan,” tetapi serangan itu selalu gagal dan semakin mengisolasi Zionis ‘Israel’.

Amir Abdollahian membuat pernyataan di sebuah posting Instagram Senin (8/8) pagi setelah berbicara dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan rekan-rekannya dari Qatar, Suriah, dan Lebanon tentang serangan mematikan Israel baru-baru ini di Jalur Gaza yang terkepung.

Diplomat top Iran menyatakan dalam posnya bahwa Republik Islam menolak kejahatan yang dilakukan oleh Zionis 'Israel' dan menegaskan kembali dukungannya untuk "perlawanan aktif yang menghentikan kejahatan penjajah" selama pembicaraan dengan sekutunya dan negara-negara tetangga.

Menteri luar negeri Iran juga mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa rezimZionis  Israel “hanya memahami bahasa kekerasan”.

Sejak perang 33 hari di Lebanon pada Juli 2006, di mana Zionis 'Israel' dipaksa untuk menerima gencatan senjata tanpa mencapai tujuan yang dinyatakan, Tel Aviv telah berusaha untuk "mengubah keseimbangan kekuatan dan teror," katanya.

Gencatan senjata diberlakukan “karena Zionis hanya memahami bahasa kekerasan,” menurut Amir abdollahian, yang menambahkan bahwa “hanya pengamat yang adil dan bijaksana yang dapat bersaksi apakah mereka telah menang atau telah dikalahkan.”

Pada hari Jumat (5/8), rezim Zionis Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan daerah pemukiman di Kota Gaza, menewaskan puluhan orang, termasuk Taysir al-Jabari, seorang komandan senior gerakan perlawanan Palestina Jihad Islam, dan lima belas anak-anak.

Serangan Zionis Israel mendorong Brigade al-Quds, sayap militer Jihad Islam, untuk menanggapi dengan menembakkan ratusan roket ke wilayah pendudukan, memaksa Tel Aviv untuk meminta gencatan senjata untuk menghentikan serangan balasan.[IT/r]