0
Saturday 4 May 2019 - 16:37

Sekjen Hizbullah: Pasukan Zionis akan Kita Hancurkan Jika Masuk Lebanon

Story Code : 792170
Syed Hassan Nasrallah
Syed Hassan Nasrallah
Pernyataan itu diutarakan Sekjen Hizbullah saat berpidato memperingati tiga tahun kesyahidan komandan militer Hizbullah, Mustafa Badreddine di Beirut.

Sayyid Hassan Nasrallah menanggapi pernyataan AS, Eropa dan beberapa negara Teluk tentang kemungkinan perang Israel di Lebanon. Menurutnya, pernyataan seperti itu adalah bagian dari kampanye intimidasi untuk memberikan karet gelang tekanan pada pemerintah Lebanon untuk kemudian menawarkan konsesi.

Namun demikian dalam konteks ini, Sayyid Nasrallah mengulang janji sebelumnya untuk menghancurkan Israel jika terjadi perang di masa depan, "Pada ulang tahun ketiga syahid Sayyed Badreddine, kami menegaskan kembali janji kami bahwa semua brigade Israel yang akan memasuki Lebanon akan kita hancurkan, didepan mata media mainstrean dan seluruh dunia."

"Israel menginginkan perang? Biarkan mereka berperang. Unit-unit dan brigade-brigade Israel yang berani memasuki Lebanon selatan akan kita hancurkan," kata  Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi al-Manar.

Menurutnya, rezim Zionis sebenarnya tidak berharap adanya perang, mengingat akan kemampuan dan kecakapan militer Hizbullah.

"Saya tidak akan bicara, apakah tentang Haifa dan Amonia, atau tentang persenjataan roket perlawanan. Ada perkembangan besar, yaitu pendudukan Galilea.

"Kemampuan tempur darat kami sangat kuat," katanya, dan Israel memperhitungkan itu. Israel khawatir terjerat di Gaza, meskipun Gaza terkepung di semua sisi, jadi apakah Israel berani memasuki Lebanon?," tanya Sayyid Hassan Nasrallah.

Sayyid Hassan Nasrallah juga mengutuk rezim pendudukan Israel dan Amerika Serikat yang menyebakan kemiskinan di wilayah Timur Tengah.

"Seluruh wilayah kami tunduk pada plot Amerika dan Israel dan hegemoni; kemiskinan dan pengangguran disebabkan oleh mereka," katanya. "Semua minyak dan uang mengalir ke AS dan Israel ... Mereka mengeksploitasi kami," tambah Nasrallah.

Bulan lalu, komando pasukan darat rezim Zionis dalam sebuah pernyataan mengatakan Hizbullah berencana melakukan invasi mendadak ke Palestina utara.  Mayjen Yoel Strick di tengah meningkatnya kecaman dari beberapa kalangan di kementerian perang Israel, mengakui bahwa pasukan Zionis tidak siap untuk perang melawan Hizbullah.

"Hizbullah masih memiliki rencana untuk menyerang Galilea," katanya kepada situs berita Ynet dalam sebuah wawancara. "Tentu saja, kami tidak akan membiarkan itu terjadi. Kami akan menggagalkan rencana ini," katanya.

Namun demikian, Strick mendukung perang Israel terhadap Lebanon secara penuh jika perang Israel dengan Hizbullah terjadi.

"Perang berikutnya, akan menjadi kesalahan bagi kami jika membedakan antara negara Lebanon dan Hizbullah, karena Hizbullah adalah aktor politik dan bagian dari pemerintah," kata Strick.

Dalam konflik seperti itu, saya akan merekomendasikan dan menyatakan perang terhadap Lebanon dan Hizbullah. Saya tidak akan ragu apa hasilnya nanti ... Ini akan menjadi sebuah kemenangan yang menentukan."

Sementara pada bulan Maret, Kepala Staf Angkatan Darat Israel yang baru saja pensiun, Gadi Eisenkot mengatakan, rezim Zionis semakin mendekati konflik habis-habisan dengan Hizbullah.

Saat ini ketegangan di sepanjang perbatasan Lebanon utara dengan Israel semakin mendidih, ditambah lagi deklarasi Trump atas kepemilikan Golan oleh Israel.

"Ancaman Hizbullah adalah ancaman serius," kata Eisenkot dalam sebuah konferensi. "Hizbullah adalah organisasi kuat yang telah memperoleh pengalaman dalam berbagai operasi besar, dan tengah mempersiapkan rencana serangan untuk menaklukkan Galilea dan membawa 5.000 pejuang bawah tanah ke Palestina", katanya.

Dia juga mengakui ancaman perang Israel dengan Hizbullah kian meningkat dalam tiga tahun terakhir ini.

Terkait kehadiran pejuang Hizbullah di Suriah, Sayyid Nasrallah mengatakan, para pejuang telah memasuki Suriah untuk menggagalkan konspirasi AS, Zionis dan Saudi di sana. "Apa yang terjadi di Suriah adalah skema beragam, dan bukan perubahan untuk demokrasi."

Kepala Hizbullah juga menyentil negara-negara Arab Teluk Persia tertentu yang menyalurkan uang dan amunisi kepada kelompok teroris ISIS dan menurutnya, Takfiri ISIS tidak mungkin mampu membanjiri sebagian besar tanah di Irak dan Suriah tanpa dukungan dan liputan media mereka.

"Amerika Serikat dan Arab Saudi menciptakan dan mensponsori ISIS. Salah satu tujuan utama Barat dalam hal ini adalah untuk mengalahkan Hizbullah. ISIS diciptakan oleh Washington dan ditugasi untuk berdiri melawan semua orang yang menghadapi plot AS-Israel di wilayah tersebut. Inilah yang diakui oleh para pejabat Amerika sendiri.

Menurut Nasrallah, ISIS diciptakan sebagai upaya legitimasi kepada Pentagon untuk mengirim pasukan militer ke Irak dan Suriah.

"ISIS hanya melayani AS, Israel, dan musuh-musuh lain bangsa kita. Ia telah menghancurkan tentara dan masyarakat di kawasan itu. Pakaian teror mereka masih tetap menjadi ancaman karena ideologinya bertahan dan sel-sel tidurnya yang dapat dibangkitkan".

Menurut Sayyid Hassan Nasrallah, ISIS masih menjadi ancaman di semua wilayah,  meskipun fakta kekhalifahan dan negara sudah berakhir. Namun kelompok Takfiri ISIS ini akan menjadi ancaman dimana saja, termasuk di Lebanon.

Terkait penghinaan yang dilakukan Presiden AS terhadap raja Saudi Salman al-Saud, Trump mengatakan bahwa ia telah membuat raja Saudi membayar banyak uang dengan imbalan dukungan militer yang diterima kerajaan dari Washington. Penghinaan itu dilakukan Donald Trump ketika berpidato didepan pendukungnya saat kampanye di Green Bay, Wisconsin, pada 27 April.

"Saya merasa kasihan kepada raja Saudi di balik penghinaan Trump terhadapnya dalam sambutan terakhir. Trump sejauh ini memenuhi janji kampanye (presiden 2016) mengenai apa yang disebut sebagai kesepakatan abad, dan memeras susu Arab Saudi," kata Nasrallah.

Sekjen Hizbullah juga mengutuk Arab Saudi atas eksekusi 37 warga negaranya, dan menyebut, petrodolar dan keuntungan finansial sangat cukup untuk mencegah apa yang disebut oleh para pembela hak asasi manusia tidak mengecam aksi barbar Saudi. []


 
Comment