Sanksi Medis AS Terhadap Iran Ancaman Terhadap Kesehatan Dunia

Sanksi medis dari pemerintah Amerika Serikat terhadap Republik Islam sama dengan "ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap kesehatan publik global, kata seorang diplomat senior Iran, yang mendesak masyarakat internasional untuk bereaksi dengan sungguh-sungguh terhadap pembatasan Washington di tengah pandemi virus korona yang mematikan itu.

Dalam sebuah surat kepada Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Jumat, Duta Besar Iran dan Perwakilan Tetap untuk kantor PBB di Jenewa Esmaeil Baqaei Hamaneh mengatakan pengenaan sanksi kejam dan ilegal terhadap Iran, yang telah mengakibatkan warga sipil Iran tidak mendapatkan akses ke obat-obatan dan peralatan dan layanan medis yang seharusnya, dengan jelas mencontohkan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Dia menambahkan bahwa sanksi telah memblokir interaksi perbankan Iran dengan negara-negara lain untuk membeli komoditas yang diperlukan dalam perang melawan virus corona dan memperingatkan bahwa pembatasan ilegal adalah ancaman serius bagi upaya Teheran untuk memerangi dan mengendalikan virus.

Utusan Iran itu menekankan pentingnya menarik kembali sanksi internasional di seluruh dunia sebagaimana ditekankan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Dalam suratnya kepada kekuatan ekonomi G-20, Guterres mengatakan sanksi itu meningkatkan risiko kesehatan bagi jutaan orang dan melemahkan upaya penahanan global.

“Saya mendorong pelepasan sanksi yang dikenakan pada negara-negara untuk memastikan akses ke makanan, pasokan kesehatan penting, dan dukungan medis COVID-19. Inilah saatnya solidaritas bukan pengecualian, ”tulis kepala PBB itu.

Di tempat lain dalam suratnya, Baqaei Hamaneh mengatakan intensifikasi pembatasan ekonomi dan perbankan AS di Iran di tengah pandemi bertentangan dengan peraturan internasional, menambahkan bahwa Gedung Putih memikul tanggung jawab internasional dalam hal ini.

Amerika Serikat telah menolak untuk mencabut sanksi terhadap Iran dan bahkan memperketatnya beberapa kali dalam beberapa pekan terakhir, sehingga hampir tidak mungkin bagi Republik Islam untuk mengakses obat-obatan yang dapat menyelamatkan rakyatnya.(IT/TGM)