0
Saturday 4 July 2020 - 13:58

Indonesia Angkat Isu Perlindungan ABK di Samudera Hindia

Story Code : 872393
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang juga Senior Official Indonesia untuk IORA, Desra Percaya (tengah). Foto: Dok.Kemenlu RI via Medcom
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang juga Senior Official Indonesia untuk IORA, Desra Percaya (tengah). Foto: Dok.Kemenlu RI via Medcom
Konsistensi Indonesia dalam mendorong isu kelautan dan kemaritiman ditandai dengan kehadiran dan berpartisipasi pada pertemuan the Tenth IORA Bi-Annual Meeting of the Committee of Senior Officials (CSO) yang diselenggarakan secara online selama tiga hari berturut-turut pada 29 Juni-1 Juli 2020.
 
“Saat ini merupakan momentum yang sangat tepat bagi seluruh negara untuk merealisasikan kerja sama yang konkret dalam mendorong sektor kelautan sebagai penggerak pemulihan ekonomi pasca pandemi,” jelas Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang juga Senior Official Indonesia untuk IORA, Desra Percaya, dalam keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri RI, yang diterima Medcom.id, Kamis 2 Juli 2020.

“Untuk itu, Indonesia telah menyusun Rencana Kerja yang bersifat action oriented bagi IORA yang antara lain terfokus pada pemulihan kesejahteraan nelayan, perlindungan terhadap ABK di kapal ikan, serta revitalisasi pariwisata bahari,” tegas Desra.
 
Indonesia selaku Lead Coodinator untuk area kerja sama prioritas Pengelolaan Perikanan menyerukan kepada seluruh Negara Anggota dan Mitra Wicara IORA untuk terus bekerja sama secara kolektif dalam menghadapi pandemi covid-19 melalui penguatan kerja sama ekonomi, fasilitasi perdagangan dan investasi pada sektor perikanan.
 
Sebelumnya, Indonesia telah menjadi tuan rumah penyelenggaraan the 1st Meeting of IORA Cluster Group on Fisheries Management (CGFM) yang juga dilaksanakan secara online pada 23 Juni 2020. Kelompok kerja ini diketuai oleh Indonesia dan akan bertugas untuk mendiskusikan, menyusun, dan memastikan implementasi program konret IORA terkait isu perikanan secara menyeluruh di Samudera Hindia. Segenap anggota IORA menyampaikan apresiasi dan siap mendukung kepemimpinan Indonesia dalam memajukan sektor ini di kawasan.
 
Sejak Jakarta Concord dan IORA Action Plan 2017-2021 disepakati, isu pemajuan kerja sama perikanan dan kelautan memang menjadi prioritas dan kepentingan Indonesia di kawasan Samudera Hindia.
 
Desra Percaya juga menambahkan bahwa Indonesia terus mendorong peran sentral IORA di kawasan dalam visi Indo-Pasifik sebagai ‘new sustainable economic growth’ yang netral dan dapat memberikan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Dalam waktu dekat Indonesia juga akan menandatangani MoU terkait Pemajuan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan MoU Search and Rescue di kawasan Samudera Hindia.
 
IORA merupakan satu-satunya organisasi intra-kawasan di Samudera Hindia yang berdiri pada 1997 di Mauritius, yang beranggotakan: Australia, Afrika Selatan, Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Sri Lanka, Somalia, Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Yaman, serta 10 negara Mitra Wicara, yaitu: Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jerman, Jepang, Korea Selatan, Mesir, Prancis, Tiongkok, dan Turki.
 
Di bidang perdagangan, IORA memiliki peranan sentral, salah satunya, sebagai upaya alternatif penetrasi produk Indonesia ke pasar non-tradisional. Kontribusi volume perdagangan antar negara IORA mencapai 96 persen dan dipengaruhi oleh enam negara utama, yaitu Singapura, Malaysia, India, Indonesia, Australia dan Afrika Selatan. [IT/onh/Medcom]


 
Comment