0
Tuesday 5 January 2021 - 13:43
Eropa dan Islamopobia:

Duo Anti-Muslim Polandia Berkomplot 'BOM MASJID' dan 'MERACUN' Muslimin

Story Code : 908181
Polish police.JPG
Polish police.JPG
Kedua pria itu ditangkap pada November 2019, sehari sebelum pawai nasionalis besar-besaran di Warsawa.
 
Polisi menyita senjata, obat-obatan, bahan peledak dan bahan kimia, dan penyelidikan dimulai.
 
Pada saat penangkapan mereka, orang-orang itu sudah diselidiki atas dugaan keterlibatan dalam komplotan tahun 2012 oleh seorang akademisi Polandia - dijuluki "Breivik Polandia" yang diambil dari nama teroris sayap kanan Norwegia Anders Behring Breivik - untuk meledakkan gedung parlemen.
 
Jaksa penuntut negara pada hari Senin mendakwa orang-orang itu karena menyiapkan bahan peledak yang mereka katakan "mengancam kehidupan dan kesehatan banyak orang."
 
Seorang juru bicara pemerintah mengatakan kepada Onet bahwa orang-orang itu menargetkan "objek religius tertentu dari komunitas Islam", yang diyakini sebagai masjid.
 
Juru bicara itu menambahkan bahwa para konspirator juga berencana untuk "menyebarkan zat beracun ke orang-orang tertentu," dalam kampanye yang bertujuan untuk mencegah "Islamisasi" di Polandia.
 
Orang ketiga juga dituduh memiliki bahan kimia prekursor untuk bahan peledak. Seperti Breivik di Norwegia dan penembak masjid Brenton Tarrant di Selandia Baru, salah satu calon penyerang menyiapkan manifesto yang menurut jaksa "menghasut kebencian atas dasar perbedaan etnis dan agama."
 
Kedua pelaku bom menghadapi hukuman 10 tahun penjara jika terbukti bersalah, sementara orang ketiga menghadapi dua tahun di balik jeruji besi karena memiliki bahan kimia ilegal. Polandia adalah negara Katolik yang kukuh, di mana Muslim membentuk sekitar 0,1 persen dari populasi.
 
Dua masjid Warsawa sama-sama menjadi sasaran para pengacau dalam beberapa tahun terakhir, dimana jendela yang pecah di salah satu masjid dan pusat budaya pada 2017.
 
Jajak pendapat Pew Research tahun lalu menemukan bahwa dua pertiga orang Polandia memiliki pandangan yang tidak baik tentang Muslim di negara mereka, dan partai Hukum dan Keadilan yang berkuasa di negara itu telah menolak menerima sejumlah besar migran Muslim, dimana menteri dalam negeri saat itu Mariusz Blaszcak membandingkan posisi partainya di tahun 2017 dengan posisi "Charles the Hammer yang menghentikan invasi Muslim ke Eropa pada abad ke-8".[IT/r]
 
Comment