0
Sunday 22 August 2021 - 14:32
Eropa dan Gejolak Afghanistan:

'Mustahil' Mengevakuasi Sekutu Afghanistan Hingga Akhir Agustus: Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Mengatakan Amerika Menciptakan Masalah

Story Code : 949737
Afghan people sit as they wait to leave the Kabul airport in Kabul.jpg
Afghan people sit as they wait to leave the Kabul airport in Kabul.jpg
Hampir seminggu setelah jatuhnya Kabul ke tangan pasukan Taliban, AS dan negara-negara Barat lainnya masih mengevakuasi warganya dari Bandara Internasional Hamid Karzai, yang tetap menjadi satu-satunya jalur kehidupan antara Kabul dan Barat.
 
Setelah ribuan orang Afghanistan yang putus asa menyerbu landasan pacu dan berusaha untuk naik ke pesawat angkut Amerika dengan cara apa pun yang diperlukan – beberapa sekarat dalam prosesnya – bandara sekarang dikelilingi oleh pasukan AS, dengan pejuang Taliban di luar juga meningkatkan keamanan.
 
Keamanan itu telah menghambat upaya UE untuk mengevakuasi warga Eropa, Josep Borrell, perwakilan tinggi UE untuk urusan luar negeri, mengatakan kepada AFP, Sabtu (21/8).
 
“Masalahnya adalah akses ke bandara,” jelas Borrell.
“Kontrol dan langkah-langkah keamanan Amerika sangat kuat. Kami mengeluh. Kami meminta mereka untuk menunjukkan lebih banyak fleksibilitas. Kami tidak dapat membawa karyawan kami masuk. ”
 
Masing-masing negara Eropa telah memulangkan warganya selama seminggu terakhir, dengan beberapa diangkut dengan helikopter dan yang lain diperintahkan untuk pergi sendiri ke bandara.
 
Masalah yang lebih rumit adalah upaya AS dan negara-negara Uni Eropa untuk mengevakuasi staf Afghanistan dan keluarga mereka yang bekerja sama dengan militer penyerang dan oleh karena itu sekarang menghadapi risiko pembalasan Taliban.
 
Berbicara kepada AFP, Borrell mengatakan bahwa "secara matematis tidak mungkin" untuk menarik puluhan ribu pekerja Afghanistan ini keluar dari Kabul pada akhir Agustus, ketika pasukan AS terakhir dijadwalkan meninggalkan Afghanistan.
 
Selain itu, Borrell tidak menyebutkan banjir pengungsi tambahan yang diterima oleh negara-negara Eropa.
 
Apa pun yang terjadi pada akhir bulan, Borrell telah menerima masa depan hubungan diplomatik dengan Afghanistan yang dipimpin Taliban.
 
“Taliban telah memenangkan perang sehingga kami harus berbicara dengan mereka,” katanya pada hari Senin (16/8), mencatat bahwa diskusi akan diperlukan untuk “mencegah bencana kemanusiaan dan potensi migrasi.”[IT/r]
 
Comment