0
2
Komentar
Tuesday 8 July 2014 - 06:59
Kavling Kekuasaan

Refleksi Jelang Pemilu Presiden: Pesan Khusus buat Muslimin Indonesia

Story Code : 397997
Capres (Merdeka)
Capres (Merdeka)

SIDANG pembaca, beberapa bulan lalu, menjelang deklarasi Aliansi Nasional Anti Syiah, redaksi Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times melayangkan Surat Terbuka buat warga Syiah Indonesia. Tujuannya sederhana: kami menginginkan persatuan Muslimin terjaga di atas segalanya. Kami khawatir momen deklarasi itu justru jadi awal babak baru pertikaian di tubuh Muslimin. Kita sama tak mengharapkan ini, bukan? Toh, dalam pertikaian, semua pihak jatuhnya merugi. Lagi pula, jika pertikaian itu terjadi dan berlanjut, persatuan Muslimin Indonesia – satu-satunya modal melawan penindasan global – dengan sendirinya bakal sirna. Bahkan, sebab pertikaian itu lah, umat ini bisa tetap dan terus terpuruk, jadi budak di negeri sendiri, hingga ratusan tahun ke depan. Na’udzu billahi min dzalik.

Kini, izinkan kami kembali menyampaikan pesan khusus untuk muslimin Indonesia, khususnya Syiah. Pesan ini penting karena bangsa Indonesia sedang berada dalam pusaran badai. Dan bila kita semua gegabah mengarunginya, bisa jadi bangsa yang tercinta ini bakal tergulung fitnah yang keji.

Saudara-saudaraku, pemilihan presiden adalah hak sekaligus tanggungjawab kita sebagai warganegara. Jangan pernah menghindarinya hanya karena alasan bingung, tak punya pilihan, tak mampu memilih, atau sebangsanya. Ingat-ingat pesan Imam Ali bin Abi Thalib: “berbuat salah lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa; karena kesalahan dapat diperbaiki dengan tobat. Tapi yang tidak melakukan apa-apa tak bisa lagi mengganti kerugiannya.”

Perintah itu adalah perintah yang datang dari pemimpin agung yang menginginkan semua pengikutnya bertanggungjawab, terlibat aktif dan ikut serta dalam seluruh lembar kehidupan bermasyarakat tanpa pernah melepaskan diri dari situasi apapun – apalagi lari dari kenyataan.

Memang, pilihan tak pernah mudah. Sebab pilihan terkait nasib, baik di dunia maupun, terlebih susah lagi, kelak di akhirat. Hidup dan segala pilihannya juga bukan urusan beli pisang goreng di kedai. Ia adalah bagaimana kita berusaha -- bukan pada apa yang berhasil atau gagal dia gapai. Kalaupun kita salah, Allah Yang Maha Tinggi telah menyediakan pintu darurat yang mudah: mengakui kesalahan, memperbaiki diri dan kembali aktif meredam, bahkan jika mungkin, membalikkan seluruh konsekuensi dari kesalahan pilihan kita. Itulah mengapa Allah menyatakan ‘sangat mencintai orang-orang yang bertobat’ (QS. 2: 222). Selalu ada kesempatan untuk berusaha memperbaiki kesalahan. Tapi, yang tidak berbuat, sudah pasti tak dapat apa-apa.

Pemilihan presiden kali ini rasanya memang tidak seperti pemilihan presiden sebelumnya. Ada potensi konflik yang besar. Ada kampanye hitam yang saling membabat tengkuk. Ada saling ancam. Saling kecam, saling libas. Dan ini yang lebih gawat: ada yang sudah menyatakan perang atas lawan politiknya dengan mengatasnamakan agama. Yang terakhir ini sungguh berbahaya. Sumbu disintegrasi yang bermerek agama ini sangat pendek. Situasi boleh jadi lebih tegang di saat hari H dan jauh setelahnya, sekalipun, syukurnya, otoritas keamanan negara kita sejauh ini menjamin keamanan sebelum maupun pasca pemilu.

Nah, masing-masing kita harus memilih dalam satu kerangka pikir yang paling wajib: menjaga integritas bangsa. Pegangan kita bukan pada kandidat calon presiden dan seluruh koalisi parpol yang mengusungnya. Kita, sebagai warga Indonesia hanya berpegang pada pilar keutuhan bangsa ini, pada konstitusi, pada Pancasila, pada prinsip-prinsip yang tertanam di dalamnya, pada sejarah dan masa depannya. Sebagai warga Indonesia, kita percaya bahwa tugas historis kita adalah menjaga keutuhan bangsa. Seperti Imam Ali, imam pertama seluruh muslimin, kita harus siap jadi jembatan perdamaian seluruh komponen bangsa. Dan, seperti kisah hidup Imam Ali, jembatan harus siap untuk diinjak-injak, dilewati, dan kemudian dilupakan.

Tidak memilih dalam situasi seperti ini justru, menurut hemat kami, sama dengan tidak berbuat apa-apa. Ini mirip dengan melepaskan tanggungjawab dan lari dari tugas. Tidak memilih adalah pilihan terburuk dalam perjalanan manusia yang serba singkat ini, karena itu berarti negativitas murni. Jika kita mengetahui dengan pasti bahwa yang ada semuanya ‘jelek’ dan ‘buruk’, maka pilihannya adalah aktif memilih untuk menyampaikannya dengan sopan dan simpatik. Tapi, jika kita tidak mengetahui dengan pasti, maka aktiflah mencari, meneliti, dan mengamati.

Namun, jika pada akhirnya di antara kita ada yang tetap tidak menemukan pilihan terbaik di antara dua kandidat presiden, ini sedikit pesan dari kami: jadilah ‘golongan putih’ yang aktif. Kalian yang memilih di sisi ini perlu mengkaji strategi dan taktik menjadi golput aktif. Tunjukkanlah bahwa suara golput adalah suara dari mereka yang tidak percaya dengan sistem demokrasi palsu, atau kerap disebut sebagai demokrasi prosedural. Di titik ini, Anda bakal sekubu dengan kalangan aktivis yang secara sadar menggugat upaya politisi yang menjadikan politik sekadar bisnis lima tahunan dan melulu soal tampilan dan prosedur yang kosong dari kesadaran, program dan kebijakan politik yang memperhatikan keinginan orang banyak.

Ingat, pada Anda yang memilih jadi golput aktif ada tanggung jawab yang jauh lebih berat. Sebab kalian, karena keputusan itu, tidak hanya harus menengok politik saat pemilu, namun setiap saat. Kalian wajib terus-menerus melakukan penyadaran dan pendidikan tentang politik, ideologi, Pancasila, kewarganegaraan, kebangsaan, filosofi hukum dan sebagainya untuk masyarakat luas. Anda bertanggungjawab untuk menjadikan diri Anda sebagai politisi profesional -- bukan politisi musiman yang Anda kecam perilakunya karena lebih jago bergosip ketimbang memikirkan kepentingan publik.

Nah, semuanya kembali ke kesadaran diri kita masing-masing. Selamat mencoblos! Jayalah Indonesia! [Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times]
Comment


Norway
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
(Qs Al-Anfal 8:30)
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah MENGGAGALKAN tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik PEMBALAS tipu daya.
Indonesia
SELAMAT MEMILIH MENURUT HASIL RENUNGAN DAN PEMIKIRAN ANDA. SEMOGA PILIHAN ANDA BAIK MESKIPUN TIDAK TEPAT. DAN JAYALAH INDONESIAKU.