0
Tuesday 11 February 2020 - 12:02
AS, Zionis Israel dan Palestina:

Analis: "Kesepakatan Abad Ini" Cetak Biru Pencaplokan Tanah Palestina

Story Code : 843855
Donald Trump meets with Benjamin Netanyahu, Mike Pence, Mike Pompeo and  Jared Kushner in White House in Washington, DC.jpg
Donald Trump meets with Benjamin Netanyahu, Mike Pence, Mike Pompeo and Jared Kushner in White House in Washington, DC.jpg
"Kesepakatan abad ini" adalah "rencana perdamaian" baru untuk Timur Tengah yang dibuat oleh menantu Trump yang pro-Israel dan penasihat Gedung Putih Jared Kushner.

AS pada hari Minggu (9/2) memperingatkan Zionis Israel tentang aneksasi "sepihak" Tepi Barat Palestina, memperingatkan bahwa itu "membahayakan" apa yang disebut rencana perdamaian Trump.

Duta Besar AS untuk Israel David Friedman turun ke Twitter untuk meminta Tel Aviv untuk menunggu "penyelesaian proses pemetaan."

Pada hari Jumat, lebih dari seratus anggota Demokrat dari Dewan Perwakilan Rakyat AS telah menyatakan ketidaksetujuan yang kuat terhadap rencana Trump.

Mereka menyalahkan tim di balik rencana itu untuk tidak berkonsultasi dengan Palestina, dengan mengatakan itu akan "melukai orang Zionis Israel dan Palestina, mendorong mereka ke arah konflik lebih lanjut."

 "Ketika mereka meluncurkan rencana 'perdamaian' mereka, itu dipahami sebagai cetak biru pencaplokan dan penundukan berkelanjutan rakyat Palestina," kata Hoenig.

"Tampaknya sangat tidak biasa bagi Trump untuk melakukan istirahat aneksasi Tepi Barat pada saat ini ketika di seluruh administrasi ini tidak ada tekanan balik dari tindakan Zionis Israel dan hanya dukungan.
 
Ketika mereka meluncurkan rencana 'perdamaian' mereka, itu dipahami sebagai cetak biru pencaplokan dan pendudukan berkelanjutan rakyat Palestina," katanya.

“Jared Kushner memainkan peran kunci dalam mengembangkan rencana itu, jadi jika ini datang darinya maka itu akan tampak seperti pisau di punggung. Pertanyaannya adalah apa yang ditunggu AS karena Zionis Israel sudah tahu apa rencana mereka. Trump tidak khawatir tentang serangan balasan karena dia telah melakukan langkah-langkah yang sangat provokatif yang mendapat banyak kecaman tetapi gagal mengembalikan aksi, yaitu memindahkan kedutaan Amerika,” katanya.

“Sekarang setelah Presiden Trump menghindari pemecatan dari jabatannya, dia pasti merasa berani untuk melakukan apa pun yang dikatakan instingnya sendiri, terlepas dari hasil atau konsekuensi. Apa pun penyelesaian rencana yang perlu dilakukan, sangat tidak mungkin memiliki signifikansi besar, dan tentu saja tidak akan memperkenalkan orang Palestina ke dalam proses tersebut,” pungkasnya.[IT/r]
 
Comment