0
2
Komentar
Monday 6 September 2010 - 18:01

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Story Code : 36436
Generasi Indonesia
Generasi Indonesia
Bincang Bersama Ustadz Abdullah
Saat ini, persoalan karakter bangsa banyak kembali diperbincangkan dan diperdebatkan. Sementara, ia merupakan sesuatu yang sangat krusial bagi arah dan masa depan bangsa ini ke depan. Dalam perbincangan santai tapi berbobot antara reporter Islam Times dengan seseorang yang sangat prihatin dan perhatian terhadap persoalan bangsanya, Ustadz Abdullah Assegaff, terungkap bahwa serangan ideologi asing, khususnya liberalisme dan kapitalisme, telah mengguncang dasar-dasar ideologis dari karakter bangsa Indonesia. Dalam kesempatan tersebut beliau lantas menawarkan sebuah solusi segar nan menjanjikan untuk sebuah karakter bangsa yang maju dan progresif. Berikut petikan percakapan tersebut.

Menurut pandangan Ustadz, berkait dengan persoalan karakter bangsa Indonesia dan upaya untuk memperbaiki karakter bangsa ini ke depan, apa yang ideal dan ancaman apa yang terbesar terhadapnya?
Bismillahirrahmanirrahim. Apabila kita berbicara tentang nilai ideal atau tidak idealnya karakter suatu bangsa, maka ini berkaitan dengan pola atau cara pandang; apakah ia didasarkan pada sudut pandang agama ataukah bukan. Dan kita semua tahu bahwa sejauh ini ideologi liberal dan kapitalis adalah ideologi yang sangat anti-agama. Mereka berusaha agar masyarakat tidak lagi memiliki keyakinan terhadap agama. Dalam arti, untuk membangun struktur sosial, ekonomi, dan politik bangsa ini agar tidak lagi berkiblatkan pada agama. Sementara, kita ketahui pula bahwa norma-norma agama adalah sesuatu yang suci; sesuatu yang sangat agung.

Agama berbicata tentang keindahan; berbicara tentang masalah keadilan; berbicara tentang persoalan kemanusiaan. Apakah karakter bangsa kita sudah mencukupi berkait dengan hal tersebut?

Kalau kita lihat sekilas saja, maka amat disayangkan bahwa Indonesia ini berkiblat bukan kepada dasar-dasar agama, tetapi sudah terarahkan untuk menjadi kapitalis dan menjadi liberal. Dan kita semua telah mafhum tentang hal ini. Tentu saja, hal ini sangat berpengaruh terhadap bangunan karakter bangsa Indonesia sendiri, di mana tadinya dipenuhi dengan semangat dan rasa persaudaraan, tetapi sekarang telah berubah menjadi kelompok demi kelompok yang mementingkan diri mereka sendiri. Dan berbagai kasus sebagai akibat dari hal ini telah menjadi sesuatu yang dirasakan secara berkepanjangan oleh bangsa Indonesia.

Jadi, dasar dari sebuah karakter adalah ideologi, dan kalau kita perhatikan, ideologi liberal dan kapitalis telah merusak dasar karakter dari bangsa Indonesia. Nah, apakah ideologi agama itu sendiri relevan bagi kehidupan bangsa Indonesia? Atau, kita perlu membangun suatu ideologi baru yang bersifat kebangsaan Ustadz?

Pada dasarnya, agama itu relevan untuk semua manusia. Dan ia pun sangat relevan untuk menjadi basis ideologi bagi seluruh bangsa di dunia. Lantas, apakah agama ini relevan untuk bangsa Indonesia? Maka, sesuai dengan kaidah awal di atas, ia sangat relevan sekali. Agama ini tidak berlawanan dengan semangat kebangsaan. Karena, agama memang mengajarkan patriotisme, meskipun agama tentu menolak sebuah semangat nasionalisme; agama menolak tindakan suatu negara yang mengganggu negara lain untuk kepentingan negara itu sendiri. Setiap bangsa harus memiliki kepedulian yang besar terhadap bangsa lain. Dan usaha seperti ini tentu didorong oleh ideologi agama.

Sebaliknya, liberalisme dan kapitalisme, yang bersumberkan pada semangat materialism, justru berupaya membangun kebesaran sebuah bangsa dengan cara mengganggu dan merusak bangsa lain, sebagaimana yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Zionis Israel. Nah, mereka juga mendorong bangsa Indonesia untuk tidak peduli dan mengesahkan tindakan untuk mengganggu bangsa-bangsa lain di dunia.

Jadi kalau kembali kepada pertanyaan di atas, bagaimana relevansi agama sebagai sebuah ideologi bagi sebuah bangsa, maka jawabannya adalah sangat-sangat relevan. Meskipun, tentu saja akan ada yang mengatakan bahwa agama itu tidak dapat dicampuradukkan dengan persoalan politik dan seterusnya.

Memang, pada kenyataannya agama itu bukan politik, tetapi politik itu merupakan bagian dari agama; ekonomi itu adalah bagian dari agama. Sebab, agama sendiri telah berbicara tentang semua hal dan telah memiliki semua cara pemecahan dan solusi atas problem suatu umat. Kita melihat sekaitan dengan ideologi yang berlaku di negeri kita, di Indonesia, sekarang ini bagaimana nilai suatu bangsa telah direndahkan dan diremehkan; bagaimana semangat para pemuda kita telah dihancurkan oleh liberalisme dengan cara merendahkan cita-cita mereka atau menyederhanakan cita-cita mereka atau bahkan memutus mereka dengan sebuah cita-cita besar melalui media sebuah bahasa atau istilah misalnya.

Kita tahu misalnya, bagaimana produk bahasa gaul telah diciptakan secara terus-menerus di kalangan remaja untuk menjadikan mereka hanya menyukai kegiatan nongkrong di emperan pertokoan dengan celana yang robek, sementara di hidung mereka menggantung sebuah anting-anting. Mereka menganggap itu sebagai sebuah gaya, padahal di balik itu semua pada hakikatnya terdapat upaya-jahat untuk menjadikan cita-cita dan keinginan mereka berhenti hanya pada satu titik itu saja. Remaja dengan gaya dan semangat semacam ini tentu saja sudah tak dapat diharapkan lagi untuk membangun dan menjaga bangsa dan negaranya. Inilah dampak dari semangat liberalisme yang disuntikkan untuk merusak negeri ini.

Selama ini sering digembar-gemborkan bahwa bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang religius dan nilai-nilai keagamaan selalu ditanamkan oleh orang tua mereka. Namun, apa masalahnya sehingga agama itu sendiri tidak berhasil membangun suatu karakter yang memenuhi syarat bagi sebuah bangsa yang tangguh, besar, dan maju?
Ya, karena agama sudah dikebiri oleh orang-orang yang memiliki kepentingan. Sebagaimana saya katakan tadi bagaimana politik itu telah dicabut dari agama, ekonomi itu telah dicampakkan dari agama, sementara mereka kemudian menawarkan politik liberal, membangun sistem kapitalis, dan itu jauh serta bertentangan dengan nilai-nilai agama.

Padahal kita tahu bahwa agama memiliki sistem ekonomi, politik, dan sosial tersendiri, tetapi masyarakat telah dijauhkan dari semua itu. Agama itu dikebiri dalam artian bahwa agama hanya untuk kebutuhan ritual belaka, sementara untuk ruang-ruang di luar permasalahan ritual, masyarakat diasingkan dari semua itu. Bahkan terkadang masyarakat ditakut-takuti dengan kalimat-kalimat semacam ekstrim, teroris, dan sebagainya, kalau mereka berbicara sedikit saja tentang politik, ekonomi, dan seterusnya yang didasarkan pada basis pandangan agama itu sendiri.

Terakhir Ustadz, yang penting mungkin adalah bagaimana menerjemahkan pandangan agama itu sendiri di seputar persoalan kebangsaan dan seterusnya. Nah, apa yang paling pertama mesti dilakukan?

Kita sebagai bangsa Indoensia berasaskan kepada Pancasila, dan kita harus memahami filsafat Pancasila secara baik dan benar. Kita tidak mengatakan bahwa Pancasila itu sama dengan Islam. Pancasila adalah produk filosofis manusia, sementara Islam bersumberkan kepada Tuhan. Namun demikian, ini bukan berarti bahwa Islam itu tidak dapat sejalan dengan Pancasila. Bahkan Pancasila harus ditafsirkan secara baik dan benar, sehingga tidak berlawanan dengan nilai-nilai agama itu sendiri; dan tentu saja tidak ada pertantangan antara Pancasila dan Islam apabila digali secara baik.

Sekaitan dengan persoalan ketuhanan, keadilan, bagaimana membangun kesejahteraan, misalnya, ia memiliki muatan nilai keagamaan yang sangat besar di dalamnya. Sehingga, saya rasa, Pancasila sebagai sebuah filosofi bagi bangsa Indeonesia kalau diterjemahkan dengan dasar-dasar agama yang baik, akan menutup peluang di mana pergantian setiap pemimpin akan berusaha memaknai Pancasila sesuai dengan kehendaknya. Pancasila ini tidak dapat dijadikan seperti sebuah gelas kosong yang setiap naik presiden baru, ia kemudian diisi sesuai dengan keinginan sang presiden.[]
Comment


Germany
saya _setuju dg penjelasan d atas
Australia
saya juga _setuju dengan tulisan di atas, karena islam memang bisa diterapkan di sebuah negara, karena dalam pemerintahan islam juga mempunyai toleransi beragama, sama seperti nilai yang terkandung dalam pancasila. Ketegasan hukumnya juga akan lebih membuat efek jera, keadilan perkonomian, sistem pollitik juga akan menjadi pengaruh terbesar untuk membentuk karakter suatu bangsa :)