0
Tuesday 30 June 2009 - 15:32

Pilpres: Apa Manfaatnya bagi Bangsa Indonesia?

Story Code : 7366
Pemilu untuk Bangsa Idoneisia?
Pemilu untuk Bangsa Idoneisia?



Pertanyaan pertama, dari apa yang berlangsung saat ini, yaitu memanasnya situasi berkait dengan pemilu presiden, sebetulnya apa yang dapat diharapkan oleh bangsa Indonesia lebih dari sekadar hanya memilih seorang presiden?

Proses pemilu adalah pendidikan politik. Sebenarnya, melalui pemilu ini kita mengharapkan munculnya seorang pemimpin yang sesuai dengan harapan kita. Dan otomatis karena dia dipilih, maka dia juga akan bertanggung jawab; memiliki ikatan batin dengan pemilih. Ke depan, hubungan antara pemimpin dengan rakyatnya diharapkan akan lebih baik, terlepas dari kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang ada. Semua ini adalah proses. Namun yang penting bagaimana kita berperan-serta untuk ikut terlibat dalam memperbaikinya.

Jadi, proses pendidikan politiklah yang paling penting dari apa yang berlangsung hari ini?
Begitulah memang, sebenarnya kan tujuan keberadaan konsep politik itu salah satunya secara undang-undang adalah untuk melakukan pendidikan politik…

Nah, kalau ditilik, apakah proses itu telah berlangsung pada jalurnya? Artinya, apakah partai politik telah menjalankan peran itu sejauh ini?

Kalau kita berbicara tentang kondisi politik dan keberadaan partai politik di Indonesia, ya memang masih banyak hal yang belum terpenuhi. Artinya, partai politik ini masih sibuk dengan dirinya sendiri; masih sibuk hanya sekadar untuk mengejar kekuasaan saja. Tampaknya juga–menurut hemat saya—belum banyak orang yang mengerti tentang hakikat berpolitik yang sebenarnya. Bahwa politik itu bukan hanya sekadar untuk mengejar kekuasaan, untuk berkuasa, tetapi lebih daripada itu. Politik itu kan sebuah ilmu, sebuah seni, yang membutuhkan keterampilan, ketulusan, kemauan-baik, dan untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Yang terbaik itu sendiri sebetulnya apa bagi bangsa Indonesia? Selama ini, rupanya perhatian masyarakat hanya berkutat pada persoalan ekonomi atau janji-janji yang diumbar oleh para calon presiden di seputar persoalan ekonomi…

Sebenarnya, dalam proses pemilu ini kan kita harapkan hadirnya pemerintahan yang sebenarnya mampu menjalankan apa yang sudah tercantum dalam konstitusi negara kita. Intinya kan menyejahterakan rakyat, mencerdaskan bangsa, memberikan rasa aman, memberikan rasa damai, dan tentu saja pemerintahan itulah yang memegang amanah untuk melaksanakannya.

Kalau ditilik dari proses yang berlangsung, apakah para calon presiden ini telah menjalankan apa yang mestinya mereka jalankan dalam proses pendidikan politik?

Ya, masing-masing mereka secara subjektif tentu merasakan dan meyakini hal itu. Soal secara objektif bagaimana penilaian dan persepsi masyarakat, itu sisi lain lagi. Di situlah terjadi dialektika politik, dialektika dalam kehidupan berpolitik. Orang-orang atau masyarakat kan bisa menilai; rakyat bisa menilai siapa mereka itu; apakah yang mereka ucapkan itu benar atau tidak. Ini juga bergantung pada tingkat kecerdasan; tingkat kesadaran masyarakat itu sendiri. Juga, kemampuan mereka dalam menyerap informasi, juga kemampuan untuk menyadari apakah berita yang disampaikan kepada mereka itu merupakan pengelabuan ataukah kenyataan. Karena, kan banyak yang menuduh bahwa yang terjadi saat ini adalah pembohongan publik. Namun kita juga tidak bisa sekadar menuduh. Sebab, banyak juga yang saling menuduh ini sebetulnya pernah memegang kekuasaan.

Kalau ada yang mengasumsikan begini, bahwa masing-masing calon itu sebetulnya berjalan demi kepentingannya masing-masing; mereka mungkin akan menggadaikan keselamatan dan kepentingan bangsa Indonesia secara keseluruhan demi meraih kemenangan; memperoleh suara rakyat. Bagaimana pandangan Anda?

Sulit bagi kita untuk menilainya. Yang jelas, mereka semua merasa bahwa dirinya yang terbaik; mereka semua merasa bahwa mereka ingin memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara. Tergantung kita masing-masing dan bagaimana persepsi masyarakat dalam melihatnya. Perlu diberikan peluang kepada mereka yang lain. Mungkin masih banyak orang baik yang lain dalam masyarakat ini tetapi sistem tidak memberikan ruang bagi mereka untuk tampil ke depan. Atau mereka sendiri tidak mengorganisir diri. Mungkin banyak orang yang baik tetapi mereka tidak berperan, tidak melakukan upaya untuk bekerja, untuk berorganisasi, untuk mewujudkan kebaikan dalam dirinya. Kalau demikian halnya, maka orang-orang yang punya ambisi, orang-orang yang merasa dirinya benar, merasa baik, akan terpanggil untuk melakukan perubahan. Mereka ini punya uang, punya organisasi, dan mereka punya sarana untuk itu semua. Maka merekalah yang muncul. Kalau mau, orang-orang yang merasa baik ini, yang merasa telah berbuat ini—dan sebenarnya kita tidak boleh juga merasa baik, tapi orang-orang yang berusaha untuk menjadi orang baik—yang semestinya mengorganisir dirinya menjadi lebih baik. Mereka harus berorganisasi dengan jalan terbaik, berjuang demi organisasi yang baik. Karena dalam al-Quran disebutkan bahwa Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dengan terorganisir. Kita tak bisa menyalahkan siapa-siapa. Kita mesti berusaha dan tak menunggu orang lain. Kita masing-masing bertanggung jawab semampu kita. Kalau tidak, maka orang-orang yang tidak kita setujui yang akan muncul ke permukaan, karena kita sendiri pasif. Nabi saw misalnya menyatakan bahwa kebatilan itu tidak tegak kecuali karena orang-orang yang haq ini, yang membawa bendera haq ini, lalai. Mereka tidak menerapkan apa yang ada dalam al-Quran atau apa yang menjadi kebenaran itu sendiri.

Menurut perkiraan Anda, Insya Allah ke depan, apakah situasi seperti ini, proses pemilihan presiden seperti ini, akan memberikan wajah cerah atau masa depan yang cerah bagi bangsa Indonesia?

Semuanya kembali kepada prinsip bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga kaum itu sendiri yang mengubahnya. Artinya, kalau kita mau pemimpin yang baik, maka kita sendiri tentu harus baik. Kita harus mengontrol mereka, kita bersikap kritis terhadap mereka, kemudian mengorganisir diri kita untuk mengawasi mereka. Tapi sebaliknya kalau kita sendiri diam, kita sendiri lalai, kita sendiri tidak peduli, kita sendiri yang frustasi, maka jangan harap kita bisa melakukan perubahan.[IslamTimes/Jv/R]
Comment