0
Wednesday 14 February 2024 - 05:16
Afrika - AS:

Studi: Terorisme di Afrika Meningkat 100.000% Selama 'Perang Melawan Teror' AS

Story Code : 1116045
Studi yang dilakukan oleh Pusat Studi Strategis Afrika mengungkapkan bahwa selama tahun 2002 dan 2003, ketika Amerika baru saja memulai perang selama puluhan tahun, total hanya ada sembilan serangan teroris yang tercatat di seluruh Afrika, sehingga hanya menyebabkan 23 korban jiwa.

Namun setelah sekitar dua dekade intervensi AS di Afrika dengan tujuan membantu benua tersebut dan melakukan upaya kontra-terorisme, kematian akibat kekerasan Takfiri di Afrika meningkat menjadi 23.322 pada tahun lalu, mencapai “rekor tingkat kekerasan mematikan,” menurut Pusat Afrika.

Angka tersebut mewakili lonjakan 101,300 persen sejak 2002-2003 dan peningkatan 20 persen dari 19,412 pada tahun 2022, katanya.

“Temuan ini bertentangan dengan klaim Komando AS di Afrika (AFRICOM) bahwa mereka menggagalkan ancaman teroris di benua itu dan meningkatkan keamanan dan stabilitas,” kata sebuah artikel yang diterbitkan oleh Responsible Statecraft pada hari Senin (12/2).

Mengingat bahwa apa yang disebut sebagai upaya kontra-terorisme AS “telah dipusatkan pada dua front utama: Somalia dan Sahel Afrika Barat”, artikel tersebut menyatakan, “Masing-masing front mengalami peningkatan signifikan dalam terorisme tahun lalu.”

Mengutip Africa Center, artikel tersebut mengatakan Somalia mengalami “peningkatan angka kematian sebesar 22 persen pada tahun 2023 – mencapai rekor tertinggi yaitu 7.643 kematian.” Angka tersebut mewakili tiga kali lipat kematian sejak tahun 2020.

“Temuan ini bahkan lebih memberatkan bagi Sahel… Saat ini, negara-negara Sahel (Burkina Faso, Cameroon, Chad, The Gambia, Guinea Mauritania, Mali, Niger, Nigeria dan Senegal) di Afrika Barat dilanda kelompok teroris yang telah tumbuh, berevolusi, terpecah, dan membentuk kembali diri mereka sendiri,” artikel tersebut menambahkan.

Menurut laporan Pusat Afrika, “kematian di Sahel berjumlah 50 persen” dari seluruh kematian terkait teroris Takfiri yang dilaporkan di benua tersebut pada tahun 2023.

Pada bulan April lalu, analis geopolitik yang berbasis di AS, Elias Amare, mengatakan kepada Press TV bahwa kekuatan imperialis Barat adalah sumber meningkatnya terorisme di seluruh Afrika, dan oleh karena itu mereka tidak dapat menjadi bagian dari solusi terhadap tantangan yang dihadapi benua tersebut.

Amare mengatakan sisa-sisa kelompok teroris yang disewa oleh Amerika Serikat kini telah memperluas aktivitasnya dan memunculkan terorisme, khususnya di wilayah Sahel.

“Kekuatan militer Barat tidak seharusnya mengakhiri terorisme [di Afrika], terorisme adalah dalih untuk melanjutkan perang proksi dan membenarkan kehadiran militer kekuatan imperialis Barat untuk menduduki Afrika dan mengendalikan militer dan sumber dayanya,” katanya.[IT/r]
Comment