0
Monday 18 February 2019 - 17:17

Maroko Tarik Pulang Duta Besar untuk Saudi Akibat Konflik Yaman dan Qatar

Story Code : 778678
Ketegangan hubungan Maroko-Saudi secara diam-diam muncul sejak naiknya kekuasaan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman (MBS), penguasa de facto kerajaan Teluk, kata analis politik di Maroko.
Ketegangan hubungan Maroko-Saudi secara diam-diam muncul sejak naiknya kekuasaan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman (MBS), penguasa de facto kerajaan Teluk, kata analis politik di Maroko.
Maroko memanggil pulang duta besarnya di Arab Saudi untuk konsultasi adanya celah yang jelas dalam hubungan antara sekutu negara-negara Muslim di Yaman, Qatar dan Sahara Barat, lapor media Maroko pada Jumat, 15/02/19.

(Sahara Barat merupakan sebuah daerah di bagian barat laut Afrika yang belum merdeka. Di sebelah timur laut, berbatasan dengan Aljazair dan selanjutnya di sebelah utara berbatasan dengan Maroko dan dengan Mauritania di sebelah timur dan selatan. Kota terbesar dengan jumlah penduduk terbanyak ialah Laayoune)

Duta Besar Maroko untuk Saudi, Mustapha Mansouri mengkonfirmasi penarikan itu seperti dilansir situs Le360.

Duta Besar mengatakan bahwa Maroko dan Arab Saudi terikat oleh ikatan yang kuat dan lama yang saat ini sedang mengalami "krisis sementara", lapor Le360.

Tidak ada konfirmasi resmi dari kementerian luar negeri Maroko, sementara Kedutaan Saudi di Rabat menolak berkomentar.

Seorang pejabat pemerintah mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis bahwa duta besar telah berada di Maroko selama sekitar satu minggu, tanpa menyebutkan alasannya.

Penarikan itu karena penayangan saluran TV Saudi al-Arabiya dari sebuah film dokumenter yang menyimpang dari posisi Maroko tentang masalah Sahara Barat, kata duta besar kepada Le360.

Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya secara tradisional mendukung kedaulatan Maroko atas Sahara Barat, bekas jajahan Spanyol yang juga diklaim oleh Front Polisario yang didukung Aljazair.

Film dokumenter al-Arabiya muncul setelah saluran TV Qatar al-Jazeera bulan lalu menyiarkan wawancara dengan Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita yang menyatakan keprihatinannya atas krisis kemanusiaan di Yaman.

Maroko, anggota koalisi Arab dalam perang Yaman, tidak lagi berpartisipasi dalam operasi militer dan tidak menghadiri manuver militer aliansi dan pertemuan menteri baru-baru ini, kata menteri.

Maroko "mengubah bentuk dan isi partisipasinya dalam koalisi Arab setelah penilaian perkembangan di lapangan," katanya.

Ketegangan hubungan Maroko-Saudi secara diam-diam muncul sejak naiknya kekuasaan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman (MBS), penguasa de facto kerajaan Teluk, kata analis politik di Maroko.

Arab Saudi bersama dengan Uni Emirat Arab tidak memilih untuk tawaran Piala Dunia 2026 Maroko setelah kerajaan Afrika utara itu mengambil sikap netral dalam perselisihan antara Qatar dan sejumlah negara Teluk yang telah memutuskan hubungan dengan Doha.

MBS tidak diterima di Maroko tahun lalu saat melakukan tur di Afrika Utara. Bourita, menteri luar negeri, mengatakan kunjungan itu tidak terjadi karena apa yang ia sebut sebagai konflik waktu.

Maroko juga tidak menyuarakan dukungan kepada Arab Saudi setelah terbunuhnya jurnalis Jamal Khashoggi oleh agen Saudi di konsulat Saudi di Istanbul tahun lalu, sebuah insiden yang merusak reputasi Riyadh secara internasional. [IT]

Sumber: Reuters
Comment