Kematian Coronavirus Pertama Dikonfirmasi di Gaza, Saat Wilayah Palestina Mencabut Lockdown

Korban, yang telah menderita penyakit sebelumnya, baru-baru ini memasuki Gaza dari Mesir dan dikarantina pada saat kedatangan. Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan kematiannya pada hari Sabtu (23/5).

Wanita itu adalah pasien coronavirus pertama yang meninggal di wilayah sepanjang 41 km, yang 1,8 juta penduduknya dibentengi Zionis Israel ke utara dan timur, dan dari Mesir ke selatan. Tiga kematian kini telah dicatat oleh pihak berwenang di Gaza dan Tepi Barat, dan dua lainnya di Yerusalem, yang diklaim oleh Palestina sebagai ibukota mereka.

Wilayah Palestina bernasib relatif baik di seluruh pandemi coronavirus. Sebanyak 423 kasus telah dicatat oleh kementerian kesehatan - hanya 83 per juta orang. Sebaliknya, di entitas Zionis Israel telah menyaksikan hampir 280 kematian dan 17.000 kasus, atau 1.900 per juta.

Namun, rendahnya jumlah infeksi kemungkinan mencerminkan terbatasnya kapasitas pengujian di wilayah tersebut. Ventilator adalah komoditas langka, dan, bahkan sebelum pandemi, blokade Zionia Israel atas Gaza disorot oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai penghambat akses warga Palestina ke layanan kesehatan berkualitas. Di seluruh wilayah Palestina secara keseluruhan, tersedia kurang dari 80 unit perawatan intensif (ICU) untuk merawat pasien yang paling sakit.

Namun, dengan jumlah kasus yang rendah dan tidak ada pasien yang membutuhkan tempat tidur ICU saat ini, otoritas Palestina meredakan langkah-langkah penguncian di Tepi Barat pada hari Senin, membuka kembali toko-toko dan mengizinkan perjalanan lokal. Meskipun demikian, larangan grosir pada pergerakan antara kota dan kota tidak dicabut tepat waktu untuk hari raya Idul Fitri pada hari Sabtu, yang menandai akhir dari bulan suci Ramadhan.[IT/r]