0
Wednesday 6 January 2021 - 22:57
Syahid Al Quds:

Komandan Pasukan Quds IRGC: AS Mungkin Akan Membalas Dendam di Dalam Negaranya

Story Code : 908564
Esmail Qaani- Commander of Islamic Revolutionary Guard Corps’ Quds Force.jpg
Esmail Qaani- Commander of Islamic Revolutionary Guard Corps’ Quds Force.jpg
Berbicara dalam konferensi untuk memperingati Jenderal Suleimani, yang diadakan di Kerman pada Rabu (6/1) pagi, Qaani mengingatkan AS bahwa kejatuhannya dan proses balas dendam telah dimulai.
 
"Anda tidak bisa bersantai lagi bahkan di negara Anda, dan bukan tidak mungkin kita akan membalas dendam di dalam negari," kata jenderal tertinggi itu memperingatkan musuh Amerika itu.
 
Dia menasihati presiden AS yang akan keluar dan orang lain di balik pembunuhan Jenderal Suleimani untuk belajar dari nasib Salman Rushdie, seorang penulis yang hidupnya telah dihabiskan dalam persembunyian dan di bawah perlindungan polisi karena novel ofensifnya melawan Islam "The Satanic Verses".
 
"Mereka tidak bisa membunuh pahlawan kita dan hidup nyaman setelah itu," tambah jenderal itu.
 
Dia juga menyebut pemakaman besar-besaran Jenderal Soleimani sebagai "tamparan pertama" yang diterima di muka AS atas serangan pembunuhan itu, dengan mengatakan bahwa pukulan kedua adalah serangan rudal Iran di pangkalan AS di Ain al-Assad di Irak.  
 
Tamparan berikutnya yang akan diterima di wajah AS adalah "penarikan arogansi dari wilayah tersebut", katanya.
 
Pekan lalu, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Hossein Baqeri memperingatkan bahwa balas dendam berat menanti para penjahat yang memerintahkan dan melakukan pembunuhan Letjen Soleimani.
 
Jenderal Suleimani, komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, bersama dengan Abu Mahdi al-Muhandis dan beberapa rekan mereka, dibunuh dalam serangan udara AS yang disahkan oleh Presiden AS Donald Trump di dekat Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari.
 
Baik Jenderal Suleimani dan al-Muhandis memainkan peran kunci dalam mengalahkan kelompok teroris Takfiri Daesh yang pada puncaknya mengancam pengambilalihan penuh atas Irak dan Suriah.
 
Anggota parlemen Irak dengan suara bulat menyetujui RUU pada 5 Januari, menuntut penarikan semua pasukan militer asing yang dipimpin oleh Amerika Serikat dari negara itu menyusul pembunuhan dua komandan anti-teror Iran tersebut.[IT/r]
 
 
Comment